Saturday, September 19, 2020

PERANG MU'TAH

 



EPISODE 1 :

PEMBUKAAN

Muhammad Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam (SAW) berdakwah di Mekkah selama 13 tahun, yang merupakan kota tempat kelahirannya. Menyeru Kaum Kafir Quraisy dengan kalimat Laa ilaaha illalloh (Tiada Tuahan selain Alloh).

Bukan perkara yang mudah menyampaikan dakwah tersebut. Ejekan, cacian, ancaman dan halangan harus Rosululloh hadapi dengan penuh kesabaran dan keberanian. Karena pihak Kaum Quraisy tidak ingin agama Islam yang baru itu menggantikan agama nenek moyang mereka yang sudah turun-temurun di tanah Arab.

Kian hari reaksi Kaum Kafir Quraisy makin keras terhadap dakwah Rosululloh. Klimaknya, mereka ingin mengusir Rosululloh bahkan berencana hendak membunuhnya.

Maka kemudian turun perintah hijrah dari Alloh. Rosululloh bersama sekelompok kecil orang-orang yang sudah masuk Islam pergi menuju Madinah.

Di Madinah, jumlah Kaum Muslimin makin bertambah. Setelah 6 tahun, jumlah kaum Muslimin sudah ribuan. Hingga kemudian Rosululloh mengajak mereka untuk melakukan umroh ke Mekkah.

Namun, pihak Kaum Kafir Quraisy menghadang perjalanan Rosululloh dan rombongannya itu sebelum memasuki Mekkah. Mereka tidak mengizinkan Rosululloh dan rombongannya itu untuk melakukan umroh di Mekkah.

Maka, setelah mengadakan negosiasi antara kedua belah pihak, terjadilah sebuah perjanjian yang disebut dengan “Perjanjian Hidaibiyah”.

Dalam “Perjanjian Hudaibiyah” itu di antaranya tertulis:

“Kedua belah pihak (Kaum Quraisy dan Kaum Muslimin) menyetujui adanya gencatan senjata selama 10 tahun. Selama masa itu, kedua belah pihak tidak saling menyerang dan menahan diri dari berperang terhadap sebagian mereka atas sebagian yang lain.”

 

DAKWAH LEWAT SURAT

Selama masa damai 10 tahun dengan pihak Kafir Quraisy itu, dimanfaatkan oleh Rosululloh untuk berdakwah ke daerah-daerah lain dengan ajakan melalui surat.

Salah satu surat dakwah Rosululloh ialah kepada penguasa kota Bashrah di wilayah Syam (Syiria, termasuk daerah kekuasaan Kerajaan Romawi saat itu). Surat dakwah itu dibawa oleh seorang sahabat yang bernama Harits bin Umair Al-Azady.

Namun, belum sampai surat dakwah itu ke tangan penguasa kota Bashrah, sahabat Harits dihadang oleh Syurahbil bin Amr Al-Ghossany (seorang gubernur daerah di luar kota Bashrah) dan anak buahnya di daerah Mu’tah.

“Mau kemana anda?” tanya Syurahbil.

“Ke Syam,” jawab Harits.

“Apakah anda ini utusan Muhammad?”

“Ya.”

Syurahbil kemudian menyuruh anak buahnya untuk menangkap Harits. Lalu mengikat tangan dan kaki Harits hingga ia tak bisa berbuat apa-apa. Selanjutnya, Harits dipenggal lehernya tanpa alasan yang jelas.

Angin padang senantiasa berhembus.....

Desas-desus berita kematian sahabat Harits bin Umair Al-Azady utusan pembawa surat dakwah ke kota Bashrah itu, sampailah kepada Rosululloh di Madinah. Beliau dan Kaum Muslimin sangat marah. Karena, menurut kebiasaan yang berlaku di mana-mana bahwa seorang utusan tidak boleh dibunuh.

>>> Lanjut ke episode 2

 

No comments:

Post a Comment