Saturday, September 19, 2020

PERANG MU'TAH

 


EPISODE 5 (TAMAT) :

TAMPILNYA SANG PEDANG ALLOH

Sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam:

“Dan yang terakhir sebilah pedang dari pedang-pedang Alloh yang memegang bendera itu, hingga Alloh memberikan kemenangan atas mereka.” (Shohih Bukhori).

Seorang tentara Islam yang bernama Tsabit bin Arqam, dengan cepat mengambil bendera Islam yang baru saja terlepas dari tangan Abdulloh itu.

Untuk sementara panglima pasukan Islam dikomandoi oleh Tsabit sambil mengangkat bendera Islam tinggi-tinggi, agar pasukan Islam terus maju menghadapi musuhnya.

Namun, Tsabit tidak berniat untuk menjadi panglima pasukan Islam, sebab ia tidak ditunjuk sebelumnya oleh Rosululloh. Ia hanya mengisi kekosongan kepemimpinan pasukan Islam sementara, sambil mencari-cari orang yang cocok untuk jadi panglima pasukan Islam selanjutnya menggantikan Abdulloh ibnu Rowahah.

“Wahai saudara-saudara!” teriak Tsabit di antara pasukan Islam. “Pilihlah seorang pemimpin di antara kalian untuk melanjutkan pertempuran ini!”

“Engkau sajalah! Engkau sajalah!” jawab pasukan Islam yang tak bisa panjang lebar lagi, karena suhu pertempuran masih seru dan dahsyat.

“Tidak!” sanggah Tsabit. “Aku tidak sanggup!”

Kemudian tentara-tentara Islam memandang ke arah Kholid bin Walid yang kebetulan ia ikut dalam perang Mu’tah ini.

Perlu diketahui, saat itu Kholid baru masuk Islam. Sewaktu masih kafir, ia terkenal sebagai orang yang pandai dalam siasat perang. Contohnya sewaktu perang Uhud, ia adalah panglima kafir yang berhasil melakukan pukulan-balik terhadap pasukan Islam hingga kocar-kacir.

Namun penunjukkan Kholid untuk menjadi panglima pasukan Islam menggantikan Abdulloh ibnu Rowahah di medan perang Mu’tah ini tidak disetujui oleh sebagian pasukan Islam. Sebab, dikhawatirkan kesetiaan Kholid pada Islam belum sepenuhnya.

Sedangkan menurut Tsabit tidak ada pilihan lain dalam situasi yang genting ini, dan tidak ada waktu banyak untuk berlama-lama menentukan panglima perang menggantikan Abdulloh itu.

“Terimalah,” pinta Tsabit tanpa banyak basa-basi lagi.

“Engkaulah yang lebih berhak dari pada aku,” tolak Kholid halus. “Sebab engkau adalah salah seorang yang telah ikut dalam perang Badr.”

“Sudahlah, peganglah bendera ini!” tukas Tsabit. “Aku sengaja mengambil bendera ini untuk aku serahkan kepada orang yang lebih cocok, yaitu dirimu. Engkau adalah orang yang lebih memahami tentang urusan perang dari pada kami semua, hai Kholid!”

“Tunggu dulu...” tolak Kholid masih ragu.

“Wahai saudara-saudara!” seru Tsabit meminta perestujuan. “Pastikanlah oleh kalian semua, bahwa Kholid sebagai pemegang bendera pasukan ini. Maka dialah yang cocok menjadi panglima perang kita!”

“Setuju !!!” jawab seluruh pasukan Islam.

Kholid tak bisa menolak lagi. Akhirnya ia harus menerima menggantikan Abdulloh menjadi seorang pemimpin pasukan Islam di perang Mu’tah ini.

 

SIASAT KHOLIB BIN WALID

Sebagai orang yang pandai dalam strategi perang, tentu Kholid sudah mengamati jalannya pertempuran dari awal meletusnya hingga tewasnya 3 panglima Islam (Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Tholib dan Abdulloh bin Rowahah) itu. Dan tentu, ia punya gambaran strategi untuk diterapkan agar dalam pertempuran selanjutnya posisi pasukan Islam menjadi lebih baik.

Kholid merubah komposisi pasukan Islam secara berlawanan. Yang di depan dipindahkan kebelakang, dan sebaliknya. Yang di sebelah kiri dipindahkan ke sebelah kanan, dan sebaliknya.

Perlu diketahui, bahwa gempuran pasukan Romawi hampir setiap waktu, karena mungkin mereka merasa berjumlah sangat banyak, jadi mereka tidak perlu takut kehabisan tentara. Sedangkan pasukan Islam menghadapinya dengan sangat hati-hati, agar pasukan yang sangat sedikit itu tidak langsung hancur dalam waktu singkat.  

Selanjutnya, di malam hari yang ketujuh, Kholid memerintahkan sebagian pasukan kecil untuk keluar dari wilayah yang menjadi markas pasukan induk Islam, menuju suatu tempat  yang tidak terlalu jauh.

Esok harinya, di pagi hari yang masih remang-remang, kedua pasukan sudah saling berhadapan untuk melanjutkan pertempuran.

Pasukan Romawi merasa heran, bahwa pasukan Islam sudah berubah dengan wajah-wajah baru. Pikir mereka, jangan-jangan pasukan Islam sudah mendapat balabantuan.

Lalu tiba-tiba, datanglah serombongan pasukan yang berbaris memanjang diiringi dengan suara takbir yang keras, dentingan suara alat-alat persenjataan yang beradu dan suara-suara gaduh lainnya, menuju barisan pasukan Islam yang sudah ada.

Melihat kenyataan tersebut, pasukan Romawi membayangkan, bahwa bagaimana mungkin lagi bisa mengalahkan pasukan Islam bila mereka sudah mendapat balabantuan? Yang kemarin 3000 tentara saja belum bisa dikalahkan, apalagi kalau mereka ada penambahan jumlah tentaranya, malah mungkin merekalah yang akan memenangkan pertempuran ini!

Wajah-wajah pasukan Romawi terlihat tegang. Sejenak mereka tak bergerak maju dari garis pertahanannya menuju medan tempur. Malah nampak pasukan di bagian belakangnya mundur perlahan-lahan. Sementara yang di bagian depannya masih dalam posisinya dan tetap  siap tempur, kalau-kalau pasukan Islam datang menyerangnya.

Pasukan Islam pun tidak bergerak dari garis pertahanannya demi melihat kemunduran sebagian pasukan Romawi itu. Mereka menunggu, apa sebenarnya yang sedang direncanakan pihak Romawi itu. Apakah itu siasat baru?

Tapi, ternyata pasukan Romawi yang berada di garis depan pun perlahan mundur dari garis pertahanannya hingga tak ada lagi pasukan yang berjaga di situ.

Kini, giliran pasukan Islam yang merasa aneh terhadap pasukan Romawi itu. Apa sebenarnya yang terjadi...?

Pasukan Islam belum meninggalkan garis pertahanannya. Mereka masih berjaga-jaga sambil mengawasi pergerakan mundur pasukan Romawi. Makin lama perjalanan pasukan Romawi itu makin menjauh, hingga sebagiannya sudah tak terlihat lagi. Maka sudah selayaknya muncul pertanyaan dalam pikiran pasukan Islam, apa peperangan berakhir hari ini?

Setelah yakin, bahwa kemunduran pasukan Romawi itu adalah untuk pulang ke kandangnya, bukan sebagai siasat dan tak akan melakukan serangan lagi, maka Kholid memerintahkan pasukannya untuk meninggalkan garis pertahanan, kembali ke markas pasukan. Kemudian berkemas-kemas membereskan segalanya untuk siap-siap meninggalkan Mu’tah, dan kembali pulang menuju Madinah.

 

PERKIRAAN KEMENANGAN DAN KEKALAHAN

Kemenangan dalam peperangan ialah apabila musuh bisa ditaklukkan atau menyerah atau dihancurkan.

Adapun kekalahan ialah apabila kita ditaklukkan atau menyerah atau dihancurkan oleh pihak musuh.

Dalam perang Mu’tah itu, tidak ada pihak yang ditaklukkan, menyerah atau hancur dari dua pasukan yang saling bertempur itu (pasukan Islam dan pasukan Romawi).

Diperkirakan dari korban yang berjatuhan ialah: di pihak pasukan Islam terdapat 12 yang orang syahid, dan di pihak pasukan Romawi 20.000 orang tewas.

Adapun yang menghentikan pertempuran dan mundur duluan dari medan perang ialah pasukan Romawi. Sedangkan pasukan Islam masih siap bertempur sampai tetes darah penghabisan.

Penghentian dan mundurnya pasukan Romawi dari medan tempur terlebih dahulu itu kemungkinan besar ialah akibat ketakutan bahwa pasukan Islam telah mendapat balabantuan. Sebuah keberhasilan strategi yang jitu dari Kholid bin Walid. Hal itu sama saja bahwa pasukan Romawi mengalah atau menyerah dan tidak mau bertempur lagi melawan pasukan Islam.

Dengan demikian, pasukan Islam layak disebut sebagai pemenang dalam perang Mu’tah itu, walaupun tidak ada pengakuan menyerah secara resmi dari pihak Romawi. Sebab, kalau saja jumlah pasukan Romawi itu berkisar 5000-10000 tentara, kemungkinan besar dalam waktu 1-2 hari sudah bisa dikalahkan total oleh pasukan Islam yang berjumlah 3000 tentara itu (insya Alloh). 

Dan akhirnya, dengan kemampuannya bertahan dan tidak mundur dari medan pertempuran hingga berakhirnya peperangan, telah membuktikan bahwa pasukan Islam (dengan 3000 tentaranya melawan 200.000 pasukan Romawi di perang Mu’tah) itu merupakan pasukan yang tiada duanya hingga hari ini. Siapa pun pasti mengakuinya!  

Sejarah pasti terulang. Insya Alloh.....

Semoga bermanfaat.

<<<Tamat>>>

( Diringkas dari berbagai sumber islami )

 

**********



No comments:

Post a Comment