Tuesday, September 15, 2020

KISAH NYATA: SKANDAL CINTA ZULAIKHA SANG PERMAISURI

 

SKANDAL CINTA ZULAIKHA

SANG PERMAISURI

 


Qod syaghofaha hubba...

Adalah Zulaikha, sungguh teramat besar rasa cintanya. Padahal, laki-laki yang bikin hatinya tergoda setengah mati siang dan malam itu ialah seorang budak sahayanya, yang dibelinya dengan harga yang sangat murah, dan sudah tentu kedudukan laki-laki itu secara status sosial lebih hina dibandingkan dengan dirinya yang nota bene sebagai First Lady-nya Negeri Mesir.

Yusuf... Itulah nama sosok pribadi yang selalu membayang dalam benak Zulaikha setiap saat.

Dasar cinta, sulit dilogikakan memang. Kalau sudah nangkering di hati, sukarnya minta ampun untuk disuruh minggatnya. Membuat sang empunya hati itu tumpul akalnya, gelap mata batinnya. Dunia seakan-akan jadi miliknya saja. Segala yang ada di sekitarnya tak dipedulikannya lagi, termasuk diri dan posisinya sebagai apa. Lupa. Yang teringat cuma dia dan dia. Tiada yang lain yang teramat lekat membenalu di jantungnya.

Benar-benar gila...!

Zulaikha pun tak berdaya dibuatnya...

Hampir setiap detik permaisuri Al-Aziz Raja Mesir itu selalu melayangkan pikirannya ke diri Yusuf yang rupawan dan belia itu. Dalam bisik nuraninya, Yusuf seolah diboyong ke sisinya, disandarkannya dirinya, diajaknya bercumbu mesra, digelayutinya erat-erat, dan entah apa lagi khayalannya...

Melayang... Zulaikha serasa terbang. Selalu setiap saat. Ke angkasa semu. Dalam khayal. Tak membuatnya lelah, malah terus melayang ingin menggapai keinginannya...

Mabuk kepayang Zulaikha kepada budak sahayanya itu kian hari tambah tinggi temperaturnya. Demam asmaranya makin membuat tubuhnya meradang. Ia senantiasa terkulai dalam resah dan gulana. Rasanya ia tak kuasa lagi menahan amukan cinta yang terus mendebur. Dadanya bagaikan hendak pecah menahan rindu yang selalu menggelegak, beriak, meronta dan tak bersamabut tangan itu. Entah sampai kapan ia harus menggelepar-gelepar. Dalam hampa. Dalam sepi. Dalam gelisah. Dalam ketidak-pastian. Ah.....

Sementara Yusuf tidak tahu-menahu kalau pesona dirinya tengah dipuji-puji dan digilai oleh majikan perempuannya itu. Setiap hari ia nampak biasa-biasa saja. Ia menyadari tentang keberadaan dirinya dalam istana Raja Mesir itu. Ia harus bisa menempatkan diri sebaik-baiknya, kalau ingin tetap bertahan dan aman di Kerajaan Mesir itu.

Hingga suatu hari.....

“Hai Yusuf...” panggil Zulaikha, lembut, lirih, memelas. “Haita lak. Kemarilah, Yusuf. Mendekatlah ke sini...”

Harum semerbak wewangian dari tubuh Zulaikha menyebar ke seluruh sudut ruangan. Gaunnya kontras sehalus sutera. Penuh daya tarik dan gairah birahi.

Yusuf terkejut tidak kepalang. Sesaat mata orang muda ini terkesiap dibuatnya. Membelalak. Ada rasa cenderung untuk memeluk Zulaikha. Tapi kesadarannya mengingatkannya bahwa siapa perempuan di hadapannya itu. Lalu ia tertahan oleh tanda-tanda dari Alloh.

“O tidak!” tolak Yusuf bergetar. “Ma’adzalloh. Aku berlindung kepada Alloh. Suami tuan sudah memperlakukan aku dengan baik. Tidak mungkin aku harus berkhianat di belakangnya. Sungguh aib yang sangat besar.”

Zulaikha tak peduli lagi.....

Yusuf mundur ke belakang sambil mencari-cari jalan untuk lolos. Tapi rupanya ia telah tejebak. Seluruh pintu, jendela dan celah-celah lainnya sudah ditutup rapat oleh Zulaikha. Sebuah muslihat yang terencana rapi. Kaida ‘adzhim.

Menampak Yusuf malah menghindar, Zulaikha melangkah ke arah mangsanya itu layaknya seekor kucing hendak menerkam seekor tikus. Penuh nafsu membara.....

“Kau harus dapat kutangkap, hai Yusuf!” gumam Zulaikha makin menggila nafsu asmaranya.

“Aku mohon pertolongan-Mu, ya Alloh...” bisik Yusuf perlahan.

Kian dekat Zulaikha melangkah. Yusuf berusaha terus menjauh. Rasa takut menyelimuti dirinya. Zulaikha makin greget. Langkahnya dipercepat.....

Terjadilah aksi kejar-kejaran di ruangan tertutup itu. Yusuf memburu pintu. Zulaikha berhasil menjambret baju gamis Yusuf dari belakang hingga robek.

Lalu, begitu daun pintu terbuka, tahu-tahu Raja Al-Aziz sudah berdiri di hadapan mereka berdua. Beliau memperhatikan mereka berdua dengan cermat, tajam dan penuh selidik. Belum sempat beliau buka mulut.....

“Wahai, kanda tercinta...” isak Zulaikha. “Kiranya balasan apakah yang akan kanda timpakan kepada orang yang telah berani hendak menodai isteri kanda ini selain ia dipenjarakan atau dihukum seberat-berratnya?”

Begitu lancar kata-kata yang lepas dari bibir Zulaikha, diiringi dengan mimik dan emosi yang meyakinkan dan dibuat-buat. Ia putar balikkan fakta yang sebenarnya. Sebab, ia tidak ingin suaminya tahu kenyataan yang sebenarnya. Tapi orang yang jadi korban tipu dayanya tidak tinggal diam.

“Dusta!” sanggah Yusuf. “Dialah yang pertama menggodaku, tuan. Bersikeras hendak memaksaku menuruti keinginannya.”

Raja Al-Aziz bingung. Siapa yang benar dan yang salah, keduanya sama membela diri. Untunglah ada seorang pembantu yang sempat menyaksikan diam-diam kejadian di ruangan tertutup itu.

“Tuan Raja, menurutku sebaiknya diperiksa keadaan baju Yusuf,” ujar pembantu itu. “Andai baju Yusuf robek di bagian depan, maka Yusuf yang bersalah dan permaisuri yang benar. Dan bila baju Yusuf robeknya di bagian belakang, maka Yusuf yang benar dan permaisuri yang bersalah.”

Raja Al-Aziz setuju dengan pendapat pembantu itu. Maka, setelah baju Yusuf diperiksa, ternyata yang robek di bagian belakangnya. Itu berarti, yang ingin melampiaskan dorongan hawa nafsunya ialah Zulaikha, bukan Yusuf. Seketika wajah Zulaikha merah padam. Ia kena batunya. Tak bisa lagi mengelak.

"Sungguh ini adalah perbuatanmu dan tipu-dayamu,” ujar Sang Raja kepada isterinya. “Segeralah bertaubat! Dan sembunyikanlah kejadian aib ini, wahai Yusuf.”

Apa hendak dikata...?

Kejadian aib itu laksana bangkai yang tak bisa ditutup-tutupi lagi aroma busuknya. Segera menyebar di kalangan istana dan menembus ke pelosok-pelosok negeri. Ramailah orang-orang mempergunjingkannya.

Zulaikha sangat malu, sedih dan terpuruk. Ia tak berani lagi memperlihatkan wajahnya di hadapan orang banyak. Ia merasa tak punya harga diri lagi.

Tapi yang paling terasa menyakitkan ialah pergunjingan di antara isteri-isteri para pejabat di kalangan istana. Terasa begitu mengejek dan merendahkan dirinya yang sesama wanita. Di antaranya.....

“Sungguh keterlaluan! Seorang isteri raja hendak memperkosa budaknya. Apa itu tidak terbalik? Dibuang kemana harga diri dan kehormatannya? Gila! Hanya gara-gara nafsu cinta. Sungguh sesat...!”

Timbul rasa dendam dalam hati Zulaikha. Ia ingin membalas perlakuan para isteri pejabat istana itu. Ia bersumpah akan memberi pelajaran kepada mereka, bahwa bagaimana seandainya keadaan mereka itu menjadi seperti dirinya di hadapan Yusuf.

Zulaikha memutar otaknya untuk mendapatkan rencana yang jitu.....

Setelah pikir sana-sini, Zulaikha merasa menemukan sebuah ide yang pas untuk dicoba sebagai aksi untuk memberi pelajaran kepada para isteri pejabat istana itu, agar mereka merasakan apa yang selama ini belum mereka alami.

Tibalah saatnya Zulaikha mengadakan acara resepsi makan-makan gratis. Yang diundang hanya para isteri pejabat, terutama isteri-isteri pejabat di lingkungan istana.

Dalam acara resepsi makan-makan itu disediakan bangku-bangku yang rapi, hidangan yang lezat, buah-buahan yang banyak dan pisau-pisau (untuk memotong dan mengupas makanan).

Banyak para isteri pejabat yang memenuhi undangan Zulaikha di acara resepsi makan-makannya itu. Mereka semua tampil luar biasa. Dandanan mereka bersaing satu sama lain. Wajah-wajah mereka nampak cerah, ceria dan penuh hiasan senyum.

Setelah menyampaikan sambutan alakadarnya, Zulaikha mempersilahkan para tamu undangannya untuk menyantap hidangan yang sudah disediakannya di hadapan mereka masing-masing sepuas-puasnya.

Saat para tamu undangan sibuk memotong jamuan dan mengupas buah-buahan yang ada di tanga kiri dengan pisau yang ada di tangan kanan mereka, maka Zulaikha memerintahkan Yusuf untuk memperlihatkan dirinya kepada para tamu undangan itu.....

“Keluarlah kamu,” dorong Zulaikha kepada Yusuf. “Perkenalkan dirimu kepada mereka.”

Tatkala para tamu undangan yang terdiri dari kaum perempuan itu melihat kehadairan Yusuf, mereka semua terkesima luar biasa memandangi ketampanan Yusuf yang seakan-akan menyala dan tiada tandingannya itu yang belum pernah mereka lihat sepanjang umur mereka. Seolah mata mereka enggan berkedip. Sementara bibir-bibir mereka tiada henti meluncurkan kata-kata pujian dan sanjungan.

Hasya lillah!” ujar mereka serempak. “Apakah ini mimpi? Baru kali ini kami melihat manusia tampan seperti ini. Ini layaknya bukanlah manusia. Sesungguhnya ini adalah malaikat yang mulia...!”

Saking asyiknya menikmati ketampanan diri Yusuf, mereka tidak merasakan lagi kalau pisau pengerat jamuan telah mengiris-iris jari-jari tangan mereka hingga merah oleh darah.

Dari kejauhan Zulaikha bersorak. Permainannya telah berhasil sesuai rencana. Senyum puas memoles bibirnya. Ia menang! Perlahan ia hampiri para tamu undangan yang belum sadar apa yang terjadi di tangan mereka itu.....

“Nah, bagaimana?” tanya Zulaikha dengan senyum sinis, lalu lanjutnya sambil menunjuk ke arah Yusuf, “itulah dia orangnya! Gara-gara aku tertarik padanya, kalian cela aku. Tapi sekarang kalian bisa rasakan sendiri, bukan? Baru satu kali saja melihat ketampanan dirinya, kalian sudah lupa dengan pisau di tangan kalian yang telah mengiri-iris jari-jari tangan kalian itu. Maka wajarlah kalau aku sempat tergila-gila padanya hingga lupa diri. Karena aku setiap hari melihatnya, bertemu dengannya dan tinggal di bawah atap istana yang sama dengannya. Tahulah kalian sekarang!”

Para tamu undangan tak ada yang bersuara. Perlahan-lahan mereka mulai menyadari ada rasa perih di jari-jari tangan mereka.

“Ohhh...! Kenapa ini...?!” seru mereka satu persatu.

Mereka kemudian sibuk mohon pamit dan bergegas pulang untuk segera mengobati luka-luka di jari-jari tangan mereka itu. Sebuah pelajaran telah mereka dapatkan dari acara makan-makan itu.

Mulai saat itu, berangsur menyusut pergunjingan tentang skandal cinta Zulaikha dengan Yusuf yang bertepuk sebelah tangan itu. Isu yang berkembang kemudian ialah tentang ketampanan diri Yusuf yang sungguh luar biasa itu.

Semakin banyak para wanita yang memuji dan menyanjung dirinya, Yusuf mulai khawatir dirinya akan tergoda oleh ajakan-ajakan romantisme mereka itu yang kemudian menimbulkan banyak masalah di lingkungan masyarakat. Lalu ia memohon kepada Alloh.....            

 “Duhai Tuhanku, penjara lebih aku cintai dari pada mengikuti ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindari dariku tipu daya mereka terhadapku, tentu aku akan cenderung mengikuti kemauan mereka, dan jadilah aku termasuk orang-orang yang bodoh,” doa Yusuf penuh harap.

              Sementara itu, para suami pun merasa khawatir kalau-kalau isteri mereka suatu saat tergila-gila pada Yusuf hingga lupa diri. Karena itu, timbul dalam pikiran mereka agar memenjarakan Yusuf hingga batas waktu yang tak tentu. Inilah pengabulan Alloh SWT atas doa Yusuf itu.

              Selama beberapa tahun kemudian Yusuf dipenjara.

              Setelah bebas dari penjara, Yusuf menjelaskan bahwa dirinya dipenjara bukan karena melakukan pengkhianatan di belakang Raja Al-Aziz, tapi demi menghindari kaum wanita yang tergoda padanya.

              Karena memang Yusuf tidak bersalah, maka kemudian Raja Al-Aziz mengangkat Yusuf menjadi pejabat kepercayaannya di Kerajaan Mesir.

             Maka, berakhirlah isu tentang permainan skandal cinta buta itu.....

 ( Sumber cerita: Surat Yusuf dalam Al-Quran )

**********

                                                                                                                                                      

 

 

 

No comments:

Post a Comment