Tuesday, October 13, 2015

PENGEJARAN DI PADANG PASIR (episode 2)



MALAM TIBA...

Rosululloh dan Ali tidur bersama.
Di kegelapan malam yang kian larut, lima sosok bayangan mengendap-endap menghampiri rumah Rosululloh. Mereka adalah lima pemuda tangguh dan pemberani utusan Kaum Quraisy sebagai hasil rapat tadi siang itu. Mereka mengatur posisi masing-masing sesuai yang sudah direncanakan itu. Sesekali mereka mengintip tempat tidur Rosululloh lewat celah-celah bilik...
“Nampaknya mereka belum tidur,” bisik pemuda-satu
“Betul,” angguk pemuda-dua.
Sementara pemuda-tiga dan pemuda-empat mengawasi keadaan sekeliling untuk memastikan tidak seorangpun tahu tentang aksi mereka itu.

Setelah beberapa jam berlalu...
“Terlalu lama rasanya kalau kita menunggu Muhammad keluar sendiri,” keluh pemuda-empat tak sabar. ”Kita serbu sajalah langsung ke dalam.”
“Hush, jangan!” cegah pemuda-lima. “Kalau gagal, kita yang disalahkan. Tunggu saja sebentar lagi.”
“Kalau tidak keluar juga?”
“Biasanya Muhammad keluar setelah tengah malam untuk sholat. Saat itulah kita beraksi.”

Malam terus merayap...
Hening...
Sepi...
Hanya suara-suara binatang malam yang riuh terdengar. Angin malam terasa kian dingin menusuk hingga ke tulang.
Kelima pemuda suruhan Kaum Quraisy itu lama-lama akhirnya roboh diserang ngantuk. Mereka tak mampu lagi bertahan jaga, lalu tertidur pulas...
Rosululloh mengintip mereka dari dalam. Saat itulah beliau bersiap-siap keluar.
“Ali, pakailah selimutku ini,” bisik Rosululloh. “Aku akan berangkat hijrah bersama Abu Bakar. Tolong jaga keluargaku. Rahasiakan keberangkatanku ini.”
Ali mengangguk, lalu menyelimuti tubuhnya, dan kembali tidur lagi.
Rosululloh berjalan keluar perlahan-lahan. Kelima pemuda suruhan Kaum Quraisy yang tengah dibuai mimpi itu dilangkahinya. Sambil membaca surah Yaasiin dari ayat satu sampai ayat sembilan.

“Yaasiin.
Demi Al-Quran yang penuh hikmah.
Sesungguhnya kamu (Muhammad) salah seorang dari rosul-rosul.
Yang berada di jalan yang lurus.
Sebagai ketetapan yang diturunkan oleh Alloh Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.
Agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, sebaba itu mereka lalai.
Sesungguhnya telah pasti berlaku ketetapan Alloh terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman.
Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, maka mereka tertengadah.
Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding, dan Kami tutup mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.”
(QS. Yaasiin: 1-9).

Dan beliau menaburi kelima pemuda suruhan Kaum Quraisy itu dengan pasir. Tak seorangpun yang terjaga.
Dengan aman, beliau menemui Abu Bakar yang sudah menunggu di tempat yang telah dijanjikan tadi siang. Tujuan mereka berdua adalah Gua Tsur yang terletak di kaki gunung Tsur, beberapa kilometer di luar kota Mekkah menuju arah kota Madinah. Ini adalah tempat persembunyian pertama sebelum melanjutkan perjalanan menuju Madinah.
  
Sebelum berangkat, Abu Bakar berpesan kepada anak laki-lakinya, Abdulloh, katanya,“Kamu harus memata-matai gerakan orang-orang Quraisy, dan sore harinya laporkan pada kami di Gua Tsur.”
Dan kepada pembantunya, Abu Bakar berpesan, “Kamu gembalakan kambing-kambing di sekitar gua tersebut untuk diperah susunya dan demi menghindari kecurigaan orang-orang Quraisy.”
Terakhir kepada anak perempuannya, Asma, Abu Bakar memerintahkan, “Kamu kirimkan kami makanan dengan sembunyi-sembunyi.”
Setelah dianggap beres semuanya, Rosululloh dan Abu Bakar berangkat menuju Gua Tsur dalam kegelapan malam. Mereka berdua berjalan kaki agar lebih mudah menghindar bila ada orang terutama dari kalangan Kaum Quraisy. Dan mereka mengambil jalur jalan yang tidak biasa dilewati oleh orang-orang umum.

Inilah detik-detik awal perjalanan hijrah Rosululloh ke Madinah......

Rute Hijrah Rosululloh dari Mekkah ke Madinah, jaraknya 550 km.

Selama perjalanan menuju Gua Tsur, Abu Bakar sebentar-sebentar berjalan di depan Rosululloh, kemudian ke belakang beliau, selalu begitu.
“Ada apa ini, hai Abu Bakar?” tanya beliau.
“Duh, Rosululloh, aku mengkhawatirkan dirimu,” jelas Abu Bakar. “Aku takut tiba-tiba ada musuh di depanmu atau di belakangmu.”
“Semoga Alloh senantiasa melindungi kita,” ujar beliau menenangkan.

Tak ada rintangan selama perjalanan...
Tiba di Gua Tsur keadaan malam cukup gelap. Cahaya bintang-bintang yang gemerlapan tak sampai ke bumi.

Sebenarnya, Gua Tsur itu jarang sekali diinjak oleh manusia, dan kebanyakan orang tak berani masuk ke dalamnya, kecuali orang yang terpaksa. Karena gua ini sering dihuni oleh binatang-binatang berbahaya dan liar, seperti ular berbisa.
“Gelap sekali, benar-benar asing,” bisik Rosululloh di mulut gua.
“Apa perlu kita nyalakan api?” tanya Abu Bakar.
“Jangan,” tolak beliau. “Keberadaan kita bisa terlacak oleh pihak Quraisy.“Lalu, bagaimana?
“Kita masuk saja.”
“Kalau begitu, biar aku saja yang masuk duluan,” pinta Abu Bakar.
“Kau tidak takut?” tanya beliau mengkhawatirkan.
“Semoga Alloh melindungiku.”
                            Pintu Gua Tsur

Abu Bakar merayap-rayap memasuki mulut gua itu. Setelah ke dalam, dia menemukan sebuah ruangan yang cukup untuk bersembunyi. Dia bersihkan debu-debu dan sarang laba-laba dengan baju yang dipakainya. Ketika hendak keluar, kakinya terantuk sebongkah batu, lalu dia singkirkan dengan kakinya. Tiba-tiba dia merasakan perih di bagian ujung kakinya. Rupanya ada ular yang menggigitnya.
“Bagaimana, ada tempat buat sembunyi?” tanya Rosululloh ketar-ketir.
“Ada, letaknya agak ke bawah,” jawab Abu Bakar sambil meringis menahan rasa sakit di kakinya. “Mari masuk, sudah aku bersihkan.”
Abu Bakar menuntun Rosululloh masuk. Di ruang persembunyian itu mereka merebahkan tubuh. Sebentar kemudian Rosululloh tertidur.
Malam di luar gua masih pekat dan sunyi. Sementara itu Abu Bakar tidak bisa tidur. Racun ular terasa panas dan pegal di kakinya. Sakit tak tahannya, tak disadarinya air matanya menitik jatuh mengenai pipi Rosululloh.
“Kenapa, hai sahabat?” Rosululloh terjaga.
“Aku... digigit ular...” jelas Abu Bakar.
“Kapan?”
“Sewaktu membersihkan ruangan ini.”
“Kenapa takl kau beri tahu aku?”
“Ku pikir tak akan apa-apa.”
“Mana yang digigit?”
Abu Bakar menyodorkan kakinya. Rosululloh meraba bekas gigitan ularnya. Dengan memohon pertolongan Alloh, berangsur-angsur kaki Abu Bakar terasa ringan dan nyaman. Barulah dia bisa tidur.
>>> Lanjut ke : episode 3

***

No comments:

Post a Comment