Rosululloh
dan Ali tidur bersama.
Di
kegelapan malam yang kian larut, lima sosok bayangan mengendap-endap
menghampiri rumah Rosululloh. Mereka adalah lima pemuda tangguh dan pemberani
utusan Kaum Quraisy sebagai hasil rapat tadi siang itu. Mereka mengatur posisi
masing-masing sesuai yang sudah direncanakan itu. Sesekali mereka mengintip
tempat tidur Rosululloh lewat celah-celah bilik...
“Nampaknya
mereka belum tidur,” bisik pemuda-satu
“Betul,”
angguk pemuda-dua.
Sementara
pemuda-tiga dan pemuda-empat mengawasi keadaan sekeliling untuk memastikan
tidak seorangpun tahu tentang aksi mereka itu.
Setelah
beberapa jam berlalu...
“Terlalu
lama rasanya kalau kita menunggu Muhammad keluar sendiri,” keluh pemuda-empat
tak sabar. ”Kita serbu sajalah langsung ke dalam.”
“Hush,
jangan!” cegah pemuda-lima. “Kalau gagal, kita yang disalahkan. Tunggu saja
sebentar lagi.”
“Kalau
tidak keluar juga?”
“Biasanya
Muhammad keluar setelah tengah malam untuk sholat. Saat itulah kita beraksi.”
Malam terus
merayap...
Hening...
Sepi...
Hanya
suara-suara binatang malam yang riuh terdengar. Angin malam terasa kian dingin
menusuk hingga ke tulang.
Kelima
pemuda suruhan Kaum Quraisy itu lama-lama akhirnya roboh diserang ngantuk.
Mereka tak mampu lagi bertahan jaga, lalu tertidur pulas...
Rosululloh
mengintip mereka dari dalam. Saat itulah beliau bersiap-siap keluar.
“Ali,
pakailah selimutku ini,” bisik Rosululloh. “Aku akan berangkat hijrah bersama
Abu Bakar. Tolong jaga keluargaku. Rahasiakan keberangkatanku ini.”
Ali
mengangguk, lalu menyelimuti tubuhnya, dan kembali tidur lagi.
Rosululloh
berjalan keluar perlahan-lahan. Kelima pemuda suruhan Kaum Quraisy yang tengah
dibuai mimpi itu dilangkahinya. Sambil membaca surah Yaasiin dari ayat satu
sampai ayat sembilan.
“Yaasiin.
Demi
Al-Quran yang penuh hikmah.
Sesungguhnya
kamu (Muhammad) salah seorang dari rosul-rosul.
Yang berada
di jalan yang lurus.
Sebagai
ketetapan yang diturunkan oleh Alloh Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.
Agar kamu
memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi
peringatan, sebaba itu mereka lalai.
Sesungguhnya
telah pasti berlaku ketetapan Alloh terhadap kebanyakan mereka, karena mereka
tidak beriman.
Sesungguhnya
Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke
dagu, maka mereka tertengadah.
Dan Kami
adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding, dan Kami tutup
mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.”
(QS.
Yaasiin: 1-9).
Dan beliau
menaburi kelima pemuda suruhan Kaum Quraisy itu dengan pasir. Tak seorangpun
yang terjaga.
Dengan
aman, beliau menemui Abu Bakar yang sudah menunggu di tempat yang telah
dijanjikan tadi siang. Tujuan mereka berdua adalah Gua Tsur yang
terletak di kaki gunung Tsur, beberapa kilometer di luar kota Mekkah
menuju arah kota Madinah. Ini adalah tempat persembunyian pertama
sebelum melanjutkan perjalanan menuju Madinah.
Sebelum
berangkat, Abu Bakar berpesan kepada anak laki-lakinya, Abdulloh,
katanya,“Kamu harus memata-matai gerakan orang-orang Quraisy, dan sore harinya
laporkan pada kami di Gua Tsur.”
Dan kepada
pembantunya, Abu Bakar berpesan, “Kamu gembalakan kambing-kambing di sekitar
gua tersebut untuk diperah susunya dan demi menghindari kecurigaan orang-orang
Quraisy.”
Terakhir
kepada anak perempuannya, Asma, Abu Bakar memerintahkan, “Kamu kirimkan
kami makanan dengan sembunyi-sembunyi.”
Setelah
dianggap beres semuanya, Rosululloh dan Abu Bakar berangkat menuju Gua Tsur
dalam kegelapan malam. Mereka berdua berjalan kaki agar lebih mudah menghindar
bila ada orang terutama dari kalangan Kaum Quraisy. Dan mereka mengambil jalur
jalan yang tidak biasa dilewati oleh orang-orang umum.
Inilah
detik-detik awal perjalanan hijrah Rosululloh ke Madinah......
Rute Hijrah Rosululloh dari Mekkah ke Madinah, jaraknya 550 km.
Selama
perjalanan menuju Gua Tsur, Abu Bakar sebentar-sebentar berjalan di depan
Rosululloh, kemudian ke belakang beliau, selalu begitu.
“Ada apa
ini, hai Abu Bakar?” tanya beliau.
“Duh,
Rosululloh, aku mengkhawatirkan dirimu,” jelas Abu Bakar. “Aku takut tiba-tiba
ada musuh di depanmu atau di belakangmu.”
“Semoga
Alloh senantiasa melindungi kita,” ujar beliau menenangkan.
Tak ada
rintangan selama perjalanan...
Tiba di Gua
Tsur keadaan malam cukup gelap. Cahaya bintang-bintang yang gemerlapan tak
sampai ke bumi.
Sebenarnya,
Gua Tsur itu jarang sekali diinjak oleh manusia, dan kebanyakan orang tak
berani masuk ke dalamnya, kecuali orang yang terpaksa. Karena gua ini sering
dihuni oleh binatang-binatang berbahaya dan liar, seperti ular berbisa.
“Gelap sekali,
benar-benar asing,” bisik Rosululloh di mulut gua.
“Apa perlu
kita nyalakan api?” tanya Abu Bakar.
“Jangan,”
tolak beliau. “Keberadaan kita bisa terlacak oleh pihak Quraisy.“Lalu,
bagaimana?
“Kita masuk
saja.”
“Kalau
begitu, biar aku saja yang masuk duluan,” pinta Abu Bakar.
“Kau tidak
takut?” tanya beliau mengkhawatirkan.
“Semoga
Alloh melindungiku.”
Pintu Gua Tsur
Abu Bakar
merayap-rayap memasuki mulut gua itu. Setelah ke dalam, dia menemukan sebuah
ruangan yang cukup untuk bersembunyi. Dia bersihkan debu-debu dan sarang
laba-laba dengan baju yang dipakainya. Ketika hendak keluar, kakinya terantuk
sebongkah batu, lalu dia singkirkan dengan kakinya. Tiba-tiba dia merasakan
perih di bagian ujung kakinya. Rupanya ada ular yang menggigitnya.
“Bagaimana,
ada tempat buat sembunyi?” tanya Rosululloh ketar-ketir.
“Ada,
letaknya agak ke bawah,” jawab Abu Bakar sambil meringis menahan rasa sakit di
kakinya. “Mari masuk, sudah aku bersihkan.”
Abu Bakar
menuntun Rosululloh masuk. Di ruang persembunyian itu mereka merebahkan tubuh.
Sebentar kemudian Rosululloh tertidur.
Malam di
luar gua masih pekat dan sunyi. Sementara itu Abu Bakar tidak bisa tidur. Racun
ular terasa panas dan pegal di kakinya. Sakit tak tahannya, tak disadarinya air
matanya menitik jatuh mengenai pipi Rosululloh.
“Kenapa,
hai sahabat?” Rosululloh terjaga.
“Aku...
digigit ular...” jelas Abu Bakar.
“Kapan?”
“Sewaktu
membersihkan ruangan ini.”
“Kenapa
takl kau beri tahu aku?”
“Ku pikir
tak akan apa-apa.”
“Mana yang
digigit?”
Abu Bakar menyodorkan
kakinya. Rosululloh meraba bekas gigitan ularnya. Dengan memohon pertolongan
Alloh, berangsur-angsur kaki Abu Bakar terasa ringan dan nyaman. Barulah dia
bisa tidur.
>>> Lanjut ke : episode 3
>>> Lanjut ke : episode 3
***
No comments:
Post a Comment