Thursday, December 3, 2015

JURUS MENGALAH




Bilang “maaf” adalah sebagai bukti nyata yang terucap di mulut untuk mengakui kekeliruan, kekurangan atau kesalahan. Adapun “mengalah” ialah sebagai jalan untuk menghindari perdebatan dan salah-paham yang berkepanjangan.
Misalnya, saya pernah dituntut oleh konsumen seperti ini:
“Pokoknya, saya tidak mau tahu tentang barang yang kurang dan rusak itu...”
“Saya hanya akan membayar berdasarkan barang yang ada dan tidak rusak!”

Saya sendiri sempat bingung...
Kenapa barang-barang kok jadi kurang dan ada yang rusak lagi? Padahal sebelum dibongkar, saya periksa lagi sebaik-baiknya. Apa mungkin kurang teliti? Atau... ada oknum pengangkut yang lalai dan curang?
Setelah saya pikir-pikir, sudahlah... Gak perlu saya mencari kambing hitam, nanti malah yang ada “maling teriak maling”.
Melihat gelagat konsumen yang tidak mau berubah dengan pendiriannya, mau tidak mau, sayalah yang harus bertanggung-jawab mengganti barang-barang yang hilang dan rusak itu. Sebab, berdasarkan surat keterangan keluar barang, sudah di-acc tidak ada yang kurang dan rusak. Pihak perusahaan tidak mau lagi melakukan penggantian terhadap barang-barang hilang dan rusak itu, dan tidak mau ada pemotongan pembayaran untuk barang-barang yang hilang dan rusak itu.
Apa boleh buat, sayalah yang harus mengalah!
Sebenarnya, saya bisa saja lepas dari tanggung-jawab itu, yakni keluar dari pekerjaan saat itu. Tapi saya tidak mau pihak konsumen dan perusahaan lantas mendefinisikan saya sebagai “orang yang lari dari anggung-jawab”. Dan ini akan menjadi citra buruk bagi diri saya sebagai orang yang pernah malang-melintang di dunia marketing selama bertahun-tahun. Saya ingin akhir perjalanan saya di dunia marketing ini endingnya “husnul-khathimah” (penutupan yang baik).
Sebagaimana doa yang selalu saya ucapkan di malam hari:

Ya Tuhanku,
masukkanlah aku dengan cara yang baik,
dan keluarkanlah aku dengan cara yang baik,
dan jadikanlah untukku dari sisi-Mu kekuatan yang menolong.”
(QS. 17 : 80).

Yah, saya harus mengalah, tapi bukan berarti kalah!
Sebab, sebenarnya orang-orang yang kalah dalam dunia marketing ialah mereka yang banyak ditolak oleh konsumen/nasabah gara-gara dirinya banyak bermasalah!
Sampai saya pensiun dari dunia marketing dan menulis buku ini, mantan-mantan konsumen/nasabah saya masih tetap respon dan dekat di hati...
Itulah keuntungan yang lebih besar yang saya dapat hingga hari ini, melebihi dari nilai material duniawi...



*****

No comments:

Post a Comment