Sunday, December 6, 2015

NABI KHIDHIR MEMPERBAIKI DINDING RUMAH ROBAH




3.   MEMPERBAIKI DINDING RUMAH

Firman Alloh:
“Maka keduanya berjalan (perjalanan ketiga, terakhir), hingga ketika keduanya sampai kepada penduduk suatu  desa (negeri), keduanya minta dijamu oleh penduduk desa itu, tapi mereka tidak mau menjamu keduanya. Maka keduanya menemukan di dalam desa itu sebuah dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan (memperbaiki) dinding itu. Musa berkata: ‘Jika kamu mau, kamu bisa mengambil upah atas pekerjaan itu’.”(QS. Al-Kahfi: 77).

Inilah pengajaran yang ketiga (terakhir) yang disampaikan oleh Nabi Khidhir, khususnya untuk Musa dan umumnya untuk umat-umat sesudahnya sampai akhir zaman.
“Khidhr berkata: ‘Inilah perpisahan antara aku dengan kamu. Aku akan beritahukan kepadamu makna (tujuan dari perbuatan-perbuatanku itu) yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya’.”(QS. Al-Kahfi: 78).

“Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak muda yatim di kota itu, di bawah (dinding) itu ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedangkan bapaknya adalah seorang yang sholih. Maka Tuhanmu menghendaki agar mereka sampai kepada kedewasaan yang matang, dan baru mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu. Dan bukanlah aku yang melakukan itu menurut kemauanku sendiri. Demikianlah makna dari apa-apa yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.”(QS. Al-Kahfi: 82).

Dalam ayat ini, poin-poin pentingnya yang harus diperhatikan, ialah:
·         Dinding rumah (al-jidaaru)
·         Dua orang anak yatim (yatiimaini).
·         Bapak yang sholih (abuuhumaa sholihan ).
·         Harta simpanan (kanzun).
·         Kedewasaan yang matang (yablughoo asyudda).

Nabi Khidhir memperbaiki (menegakkan) dinding rumah yang nyaris roboh, agar harta simpanan milik dua anak yatim  (yang ada di bawah dinding) itu, jadi terlindungi. Sebab, bila dinding rumah itu sampai roboh, bisa saja orang-orang akan mengambil puing-puingnya semaunya, kemudian tanpa disadarinya mereka menemukan harta simpanan itu, lalu merekapun berebutan untuk mendapatkannya.

Seperti itulah yang banyak terjadi hari ini...

Tidak sedikit orang yang memanfaatkan diri anak yatim dan memperebutkan harta warisannya...
  •          Memanfaatkan diri anak yatim, ialah menjadikannya sebagai “alasan” untuk mendapatkan materi dari orang lain. Misalnya, mengajukkan proposal bantuan atau meminta sumbangan dengan meng-atas nama-kan atau demi kepentingan anak yatim. Padahal setelah mendapatkan materi itu, semuanya masuk ke kantongnya pribadi, sedangkan untuk anak yatim hanya sebagian kecil saja (daripada tidak sama sekali).
  •          Memperebutkan harta anak yatim, ialah berlomba-lomba untuk menjadi pengurusnya. Lalu, sedikit-sedikit memakannya sambil berjalan, perlahan-lahan pula berusaha merubah data-data atau surat-surat kepemilikan  (tanah, rumah, perusahaan, kendaraan, rekening bank atau aset-aset lainnya) menjadi bukan hak milik anak yatim lagi.

Nah, Nabi Khidhir dengan jelas mencontohkan, bahwa mengurus harta anak yatim itu hendaknya laksana “menyimpan sebuah benda di dalam tanah”. Yakni, lupakan saja harta itu, seakan-akan tidak ada di antara kita. Artinya, kita jangan tergoda dan mengusik-usik keberadaannya: biarkan saja aman di dalam tanah, sampai nanti anak yatim itu dewasa dan matang kepribadiannya, barulah digali dan diberikan kepadanya.

Kepada orang-orang yang mengurus anak yatim, hendaklah hati-hati dalam memanfaatkan hartanya.

  •          Bagi orang-orang yang mampu (kaya, berkecukupan), tahanlah diri. Toh, harta milik sendiripun saja tidak akan kekurangan, malah akan bertambah subur digunakan untuk mengurus anak yatim.

“... Dan barangsiapa dalam keadaan mampu (kaya), maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu)...”(QS. An-Nisa: 6).

  •          Bagi orang-orang yang fakir (miskin, tidak berkecukupan), maka hendaklah ia tahu batasan, tidak seenaknya.
 “... Dan barangsiapa fakir, maka bolehlah ia memakannya secara baik-baik...”(QS. An-Nisa: 6).

Dan akhirnya,“akibat-baik” dan  akibat-buruk” bagi orang-orang yang memelihara anak yatim, inilah keterangannya:

  •          Sabda Rosululloha:
“Saya dan pengurus (penanggung jawab) anak yatim berada di dalam surga seperti ini” (Beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengah, dan merenggangkan antara keduanya).”(HR. Bukhori dan Muslim).

  •          Firman Alloh:
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zholim (semaunya), sesungguhnya mereka memakan (menelan)  api dalam perutnya, dan mereka pasti masuk ke dalam api yang menyala-nyala.”(QS. An-Nisa: 10).

>>>>>>>> ( TAMAT ) 

 
*****



No comments:

Post a Comment