Monday, December 7, 2015

ANGKA 1000 : INGIN HIDUP 1000 TAHUN ?






Angka 1000
sering kita temukan
penggunaannya dalam bahasa sehari-hari,
yang sangat umum ialah
pada tiga momen  di bawah ini:


·         Saat menghadapi musuh.
Ketika berhadapan dengan musuh yang lebih kuat dan ditaksir tidak akan bisa mengalahkannya, orang sering menghindar sebelum bertarung, yang dalam bahasa lainnya ialah “mengambil langkah 1000”.
·         Saat menutupi kesalahan.
Karena tidak ingin kesalahan-kesalahannya mempermalukan dan menjatuhkan harga dirinya, dia berusaha berdalih dan menutup-nutupinya dengan “1000 alasan”.
·         Saat merasa bahagia dalam hidup ini.
Kebahagiaan dalam hidup ini membuat banyak orang menjadi merasa betah tinggal dalam dunia ini. Sehingga tidak heran kalau kemudian keluar kata-kata: “Ingin hidup 1000 tahun lagi”.
                                                                                   

Saya akan membahas angka 1000 yang berhubungan dengan kehidupan di dunia ini.

Mengapa manusia ingin hidup “1000 tahun lagi”?
Alasannya yang sangat kuat ialah karena orang-orang seperti itu sudah “merasa cinta, betah dan bahagia tinggal di dunia ini”. Alloh sudah menuliskan pernyataan mereka itu dalam Al-Quran:
“Dan sungguh kamu akan mendapati mereka seserakah-serakahnya manusia terhadap kehidupan (di dunia), bahkan (lebih serakah) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur 1000 tahun.
Padahal keinginan itu tidak akan menghindarkan mereka dari azab Alloh dengan berumur panjang itu. Dan Alloh Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.”(QS. Al-Baqoroh: 96).

Ya!
Orang-orang yang sudah tertanam dalam diri mereka rasa cinta, betah dan bahagia (CBB) dalam kehidupan di dunia ini, tentulah mereka tidak akan mau pergi meninggalkannya, bahkan mereka menginginkan tambahan umur “1000 tahun” lagi. Dan akhirnya, mereka tidak peduli lagi dengan kehidupan di akhirat yang kekal dan selama-lamanya itu...
“Orang-orang yang lebih mencintai kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat...”(QS. Ibrohim: 3).

Dalam sebuah hadits Rosululloh hal itu dinyatakan sebagai “al-wahn” yaitu “hubbud-dunya wa karohiyatul-maut (cinta dunia dan benci mati)”.
                                                                                                           
Mari kita kaji dan renungi dua perkara besar di bawah ini, sebagai sebuah perbanadingan di antara keduanya, yakni: Kesenangan Dunia dan  Kesenangan Akhirat.

Pertama: Kesenangan Dunia

Kita tidak dilarang oleh Alloh Sang Pencipta untuk menikmati kesenangan hidup di dunia ini sebanyak apapun. Karena memang semua itu disediakan untuk kita sebagai bagian dari penghuninya. Asalkan, kita tidak terjebak dan terlena oleh kesenangan itu, lalu memandangnya sebagai kesenangan satu-satunya yang tiada tandingannya. 

Sebab, Alloh sudah menerangkan tentang sifat-sifat kesenangan dunia itu, ialah:

·         Sementara (fana).
“Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Alloh adalah kekal...”(QS. An-Nahl: 96).
·         Permainan (la’ibun).
Seperti anak-anak yang sedang bermain, setelah bosan, cape dan lelah, mereka pun meninggalkan permainan itu. Besoknya, permainan itu sudah digantikan oleh orang lain.
·         Senda-gurau/canda-ria (lahwun).
Sama halnya dengan permainan, senda-gurau atau canda-riapun akan sampai pada perasaan bosan, cape dan lelah, yang akhirnya mulut pun bungkam untuk selama-lamanya.
·         Perhiasan (zinatun).
Seindah apapun perhiasan yang kita pakai, cepat atau lambat (suatu saat) pastilah akan timbul rasa bosan memakainya. Lalu perhiasan itupun kita lepaskan dan tidak ingin lagi memakainya.
·         Berbangga-bangga (tafakhurun).
Bawaan kesenangan dunia adalah membuat kita membangga-banggakan apa-apa yang kita miliki. Lalu timbul dalam diri ini perasaan merendahkan orang lain yang tidak sederajat dengan kita.
·         Bermegah-megah (takatsur).
Tidak jauh beda dengan berbangga-bangga, bermegah-megahan ialah ingin memperlihatkan kepada orang lain, seolah-olah hanya kita sajalah yang paling kaya dan bahagia di dunia ini.

·         Menipu (ghorur).
Setelah sampai di titik kematian dan semua kesenangan dunia kita tinggalkan, barulah kita akan sadar. Ternyata, kesenangan dunia itu telah menipu kita, yang membuat kita lalai/lengah dalam mempersiapkan bekal (amal sholih) untuk kehidupan sesudah mati itu.
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan, senda-gurau, perhiasan, berbangga-bangga di antara kamu, dan berbanyak-banyak tentang harta dan anak. Perumpamaannya seperti hujan yang (menghasilkan) tanam-tanamannya mengagumkan para petani. Kemudian tanaman itu menjadi kering, maka kamu melihatnya menjadi kuning, kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat, ada azab yang keras, dan ada ampunan dan keridhoan dari Alloh. Dan tidaklah lain kehidupan dunia itu kecuali kesenangan yang menipu.”(QS. Al-Hadid: 20).
·         Laksana bunga (zahrotan).
Awal kemunculan bunga ialah kuncup, lalu
mekar, kemudian layu. Setelah itu, kering dan hancur. Seperti itulah umur kesenangan dunia ini: indahnya sesaat dan harumnya selewat, lalu hilang semuanya.
“Dan janganlah tujukan kedua matamu kepada kesenangan yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk menguji mereka dengannya. Dan rezeki Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.”(QS. Thoha: 131).
·         Kesenangan sedikit (mataa’un qoliilun).
Karena hidup ini hanya sementara, maka kesenangan yang kita nikmatipun hanyalah sedikit. Alloh sudah memberi gambaran kepastian tentang orang-orang yang sudah berada di akhirat nanti, apabila ditanya tentang lamanya mereka tinggal di bumi (dunia)...
“Mereka menjawab: ‘Kami tinggal hanya sehari atau setengah hari saja, maka tanyalah kepada orang-orang yang menghitung’.”(QS. Al-Mu’minun: 113).

Itulah, sejatinya kesenangan hidup di dunia ini...

Dengan demikian, apalah enaknya meminta umur hingga “1000 tahun”, kalau hanya untuk menikmati kesenangan hidup yang seperti itu? Sementara nanti setelah mati, azab di akhirat sudah menunggu. Alangkah ruginya...!
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan bertemu dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia, dan merasa tentram (betah) dengan kehidupan itu, serta orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itulah tempatnya ialah neraka, tersebab apa yang selalu mereka kerjakan.”(QS. Yunus: 7-8).

Orang-orang yang menginginkan berumur “1000 tahun” ialah mereka yang telah tertipu oleh bisikan-bisikan syetan! Sebagaimana dulu syetan telah menipu Nabi Adam (‘alaihissalam) dan isterinya  sewaktu tinggal di surga. Waktu itu, Alloh melarang Nabi Adam agar tidak mendekati sebuah pohon, yang tujuannya agar tidak memakan buahnya.

Dengan lihainya syetan membisiki Nabi Adam diiringi dengan bersumpah, katanya:
“Tidaklah Tuhanmu melarangmu berdua dari mendekati pohon ini, melainkan agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal... Sesungguhnya aku adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua.”(QS. Al-A’rof: 20-21).

Dan Nabi Adam pun termakan oleh tipuan syetan itu, hingga ia dan isterinya dikeluarkan dari surga dan diturunkan ke bumi yang sekarang kita pijak ini.

Oleh karena itu, untuk kesekian kalinya, janganlah sampai tertipu lagi oleh bisikan dan sumpah syetan itu, meskipun terdengar indah dan menjanjikan hal-hal yang menyenangkan, seperti “andai bisa berumur 1000 tahun lagi...”
 Syetan memberikan janji-janji dan membangkitkan angan-angan kosong kepada mereka. Padahal syetan tidaklah menjanjikan kepada mereka, melainkan hanyalah tipuan belaka.”(QS. An-Nisa: 120).

Maka dari itu, seandaipun ditambah umur ini “1000 tahun” lagi, rasanya percuma saja kalau kemudian akhirnya mati-mati juga!

Nah, kalau memang mau mendapatkan kesenangan-kesenangan yang sepuas-puasnya itu, mari persiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk menuju akhirat. Yaitu, dengan mengisi perjalanan umur yang masih ada ini, dengan rajin-rajin beramal sholih sampai datangnya kematian.

Kedua: Kesenangan Akhirat

Sejatinya, kesenangan akhirat itu masih “disembunyikan” oleh Alloh kepada manusia-manusia di dunia ini. Sebagaimana firman-Nya ini:
“Maka tidak seorangpun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka
 (macam-macam nikmat) yang menggiurkan pandangan mata, sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”(QS. As-Sajdah: 32).

Seolah-olah Alloh ingin membangkitkan “rasa penasaran  dan seabagai “kejutan (surprise)” bagi orang-orang yang berusaha untuk mendapatkannya. Sesuai firman-Nya ini:
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu, dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.”(QS. Ali Imron: 133).
Dan lebih menantang lagi, Alloh menggebah orang-orang yang ingin mendapatkannya:
“... Dan untuk mendapatkan semua itu, hendaklah berlomba-lomba orang-orang yang menginginkannya.”(Al-Muthoffifin: 26).

Walaupun tentang kenikmatan akhirat itu belum ada satu orangpun bisa menceritakannya sesuai yang dialaminya, tapi Alloh sudah menjelaskannya dalam Al-Quran secara garis-besar -
keberadaannya. Firman-Nya:
“Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang bertakwa: di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, dan sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, dan sungai-sungai dari khomer (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka. Samakah dengan orang yang kekal di neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya?”(QS. Muhammad: 15).

Itulah sedikit gambaran tentang kesenangan di akhirat...
Adapun perbandingan kesenangan akhirat dengan kesenangan dunia, sangat jauh berbeda. Di antaranya yang sangat menonjol ialah:
·         “... Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, jika mereka mengetahui.”(QS. Al-Ankabut: 64).
·          “Dan sungguh kehidupan akhirat itu lebih baik dari kehidupan dunia.”(QS. Adh-Dhuha: 4).
“... Dan pasti kehidupan akhirat itu lebih besar derajatnya dan lebih besar keutamaannya.”(QS. Al-Isro: 21).
·         “Dan kehidupan akhirat lebih baik dan lebih kekal.”(QS. Al-A’la: 17).

Terlihat dengan jelas, timbangan ke arah akhirat itu lebih berat...
Maka, tentu saja kesenangan-kesenangan akhiratpun lebih panjang, lebih lama, lebih abadi dan lebih memuaskan...
Dengan demikian, tiadalah berguna tambahan umur “1000 tahun lagi” itu di dunia ini...
Nah, lebih baik sekarang adalah memfokuskan diri ke akhirat, daripada berkhayal ingin hidup “1000 tahun” lagi. Karena semua itu akan berakhir sia-sia...!

Inilah pesan Rosululloh yang sangat penting agar tidak terlena di “negeri sementara” ini dan enggan pulang ke “negeri abadi” yang merupakan tujuan terakhir dari perjalanan panjang hidup ini:
“Jadilah kamu di dunia ini seolah-olah sebagai orang asing, atau seperti orang yang menyeberang jalan.” (HR. Bukhori).

Dan doa Rosululloh:
“Ya Alloh, tiadalah  kehidupan (yang abadi), kecuali kehidupan akhirat.”(HR. Bukhori dan Muslim).

****


No comments:

Post a Comment