Bilang “maaf”
adalah sebagai bukti nyata yang terucap di mulut untuk mengakui kekeliruan,
kekurangan atau kesalahan. Adapun “mengalah” ialah sebagai jalan untuk menghindari perdebatan
dan salah-paham yang berkepanjangan.
Misalnya, saya pernah dituntut oleh konsumen seperti
ini:
“Pokoknya,
saya tidak mau tahu tentang barang yang kurang dan rusak itu...”
“Saya hanya
akan membayar berdasarkan barang yang ada dan tidak rusak!”
Saya sendiri sempat bingung...
Kenapa barang-barang kok jadi kurang dan ada yang
rusak lagi? Padahal sebelum dibongkar, saya periksa lagi sebaik-baiknya. Apa
mungkin kurang teliti? Atau... ada oknum pengangkut yang lalai dan curang?
Setelah saya pikir-pikir, sudahlah... Gak perlu saya mencari kambing hitam, nanti malah
yang ada “maling teriak maling”.
Melihat gelagat konsumen yang tidak mau berubah dengan
pendiriannya, mau tidak mau, sayalah yang harus bertanggung-jawab mengganti
barang-barang yang hilang dan rusak itu. Sebab, berdasarkan surat keterangan
keluar barang, sudah di-acc tidak ada yang kurang dan rusak. Pihak
perusahaan tidak mau lagi melakukan penggantian terhadap barang-barang hilang
dan rusak itu, dan tidak mau ada pemotongan pembayaran untuk barang-barang yang
hilang dan rusak itu.
Apa boleh buat, sayalah yang harus mengalah!
Sebenarnya, saya bisa saja lepas dari tanggung-jawab
itu, yakni keluar dari pekerjaan saat itu. Tapi saya tidak mau pihak konsumen
dan perusahaan lantas mendefinisikan saya sebagai “orang
yang lari dari anggung-jawab”. Dan ini akan menjadi citra buruk bagi
diri saya sebagai orang yang pernah malang-melintang di dunia marketing selama
bertahun-tahun. Saya ingin akhir perjalanan saya di dunia marketing ini endingnya
“husnul-khathimah”
(penutupan yang baik).
Sebagaimana doa yang selalu saya ucapkan di malam
hari:
“Ya Tuhanku,
masukkanlah aku dengan cara yang baik,
dan keluarkanlah aku
dengan cara yang baik,
dan jadikanlah untukku
dari sisi-Mu kekuatan yang menolong.”
(QS. 17 :
80).
Yah, saya harus mengalah, tapi bukan
berarti kalah!
Sebab, sebenarnya orang-orang
yang kalah dalam dunia marketing ialah mereka yang banyak ditolak oleh
konsumen/nasabah gara-gara dirinya banyak
bermasalah!
Sampai saya pensiun dari dunia marketing dan menulis
buku ini, mantan-mantan konsumen/nasabah saya masih tetap respon dan dekat di
hati...
Itulah keuntungan yang lebih besar yang saya dapat hingga hari ini,
melebihi dari
nilai material duniawi...
*****
No comments:
Post a Comment