Angka 1000
sering kita temukan
penggunaannya dalam bahasa sehari-hari,
yang sangat umum ialah
pada
tiga momen di bawah ini:
·
Saat menghadapi
musuh.
Ketika berhadapan dengan musuh yang lebih kuat dan
ditaksir tidak akan bisa mengalahkannya, orang sering menghindar sebelum
bertarung, yang dalam bahasa lainnya ialah “mengambil langkah 1000”.
·
Saat menutupi
kesalahan.
Karena tidak ingin kesalahan-kesalahannya
mempermalukan dan menjatuhkan harga dirinya, dia berusaha berdalih dan
menutup-nutupinya dengan “1000 alasan”.
·
Saat merasa
bahagia dalam hidup ini.
Kebahagiaan dalam hidup ini membuat banyak orang
menjadi merasa betah tinggal dalam dunia ini. Sehingga tidak heran kalau
kemudian keluar kata-kata: “Ingin hidup 1000 tahun lagi”.
Saya akan membahas angka 1000 yang berhubungan dengan kehidupan di
dunia ini.
Mengapa manusia ingin hidup “1000 tahun lagi”?
Alasannya yang sangat kuat ialah karena orang-orang
seperti itu sudah “merasa cinta, betah dan bahagia tinggal di dunia ini”. Alloh sudah menuliskan pernyataan mereka itu dalam
Al-Quran:
“Dan sungguh kamu akan mendapati mereka seserakah-serakahnya manusia terhadap kehidupan (di
dunia), bahkan (lebih serakah) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur 1000 tahun.
Padahal keinginan itu tidak akan menghindarkan mereka
dari azab Alloh dengan berumur panjang itu. Dan Alloh Maha Mengetahui apa yang
mereka kerjakan.”(QS. Al-Baqoroh: 96).
Ya!
Orang-orang yang sudah tertanam dalam diri mereka rasa
cinta, betah dan bahagia (CBB) dalam kehidupan di dunia ini, tentulah mereka
tidak akan mau pergi meninggalkannya, bahkan mereka menginginkan tambahan umur
“1000 tahun” lagi. Dan akhirnya, mereka tidak peduli lagi dengan kehidupan di
akhirat yang kekal dan selama-lamanya itu...
“Orang-orang yang lebih mencintai kehidupan dunia
daripada kehidupan akhirat...”(QS. Ibrohim: 3).
Dalam sebuah hadits Rosululloh hal itu dinyatakan
sebagai “al-wahn”
yaitu “hubbud-dunya wa karohiyatul-maut (cinta dunia
dan benci mati)”.
Mari kita kaji dan renungi dua perkara besar di bawah ini, sebagai sebuah
perbanadingan di antara keduanya, yakni:
Kesenangan Dunia dan Kesenangan Akhirat.
Pertama: Kesenangan Dunia
Kita tidak dilarang oleh Alloh Sang Pencipta untuk
menikmati kesenangan hidup di dunia ini sebanyak apapun. Karena memang semua
itu disediakan untuk kita sebagai bagian dari penghuninya. Asalkan, kita tidak
terjebak dan terlena oleh kesenangan itu, lalu memandangnya sebagai kesenangan
satu-satunya yang tiada tandingannya.
Sebab, Alloh sudah menerangkan tentang sifat-sifat kesenangan dunia
itu, ialah:
·
Sementara (fana).
“Apa yang ada di sisimu akan lenyap,
dan apa yang ada di sisi Alloh adalah kekal...”(QS. An-Nahl: 96).
·
Permainan (la’ibun).
Seperti anak-anak yang sedang bermain, setelah bosan,
cape dan lelah, mereka pun meninggalkan permainan itu. Besoknya, permainan itu
sudah digantikan oleh orang lain.
·
Senda-gurau/canda-ria (lahwun).
Sama halnya dengan permainan, senda-gurau atau
canda-riapun akan sampai pada perasaan bosan, cape dan lelah, yang akhirnya
mulut pun bungkam untuk selama-lamanya.
·
Perhiasan (zinatun).
Seindah apapun perhiasan yang kita pakai, cepat atau
lambat (suatu saat) pastilah akan timbul rasa bosan memakainya. Lalu perhiasan
itupun kita lepaskan dan tidak ingin lagi memakainya.
·
Berbangga-bangga (tafakhurun).
Bawaan kesenangan dunia adalah membuat kita
membangga-banggakan apa-apa yang kita miliki. Lalu timbul dalam diri ini
perasaan merendahkan orang lain yang tidak sederajat dengan kita.
·
Bermegah-megah (takatsur).
Tidak jauh beda dengan berbangga-bangga,
bermegah-megahan ialah ingin memperlihatkan kepada orang lain, seolah-olah
hanya kita sajalah yang paling kaya dan bahagia di dunia ini.
·
Menipu (ghorur).
Setelah sampai di titik kematian dan semua kesenangan
dunia kita tinggalkan, barulah kita akan sadar. Ternyata, kesenangan dunia itu
telah menipu kita, yang membuat kita lalai/lengah dalam mempersiapkan bekal
(amal sholih) untuk kehidupan sesudah mati itu.
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan, senda-gurau,
perhiasan, berbangga-bangga di antara kamu, dan berbanyak-banyak tentang harta
dan anak. Perumpamaannya seperti hujan yang
(menghasilkan) tanam-tanamannya mengagumkan para petani. Kemudian tanaman itu
menjadi kering, maka kamu melihatnya menjadi kuning, kemudian menjadi hancur.
Dan di akhirat, ada azab yang keras, dan ada ampunan dan keridhoan dari Alloh.
Dan tidaklah lain kehidupan dunia itu kecuali kesenangan yang menipu.”(QS.
Al-Hadid: 20).
·
Laksana bunga (zahrotan).
Awal kemunculan bunga ialah kuncup, lalu
mekar, kemudian layu. Setelah itu, kering dan hancur.
Seperti itulah umur kesenangan dunia ini: indahnya sesaat dan harumnya selewat,
lalu hilang semuanya.
“Dan janganlah tujukan kedua matamu
kepada kesenangan yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari
mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk menguji mereka dengannya. Dan
rezeki Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.”(QS. Thoha: 131).
·
Kesenangan sedikit (mataa’un qoliilun).
Karena hidup ini hanya sementara, maka kesenangan yang
kita nikmatipun hanyalah sedikit. Alloh sudah memberi gambaran kepastian
tentang orang-orang yang sudah berada di akhirat nanti, apabila ditanya tentang
lamanya mereka tinggal di bumi (dunia)...
“Mereka menjawab: ‘Kami tinggal hanya sehari atau setengah hari
saja, maka tanyalah kepada orang-orang yang menghitung’.”(QS. Al-Mu’minun:
113).
Itulah, sejatinya kesenangan hidup di dunia ini...
Dengan demikian, apalah enaknya meminta umur hingga
“1000 tahun”, kalau hanya untuk menikmati kesenangan hidup yang seperti itu?
Sementara nanti setelah mati, azab di akhirat sudah menunggu. Alangkah
ruginya...!
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan
bertemu dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia, dan merasa tentram
(betah) dengan kehidupan itu, serta orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami,
mereka itulah tempatnya ialah neraka, tersebab apa yang selalu mereka
kerjakan.”(QS. Yunus: 7-8).
Orang-orang yang menginginkan berumur
“1000 tahun” ialah mereka yang telah tertipu oleh bisikan-bisikan syetan!
Sebagaimana dulu syetan telah menipu Nabi Adam (‘alaihissalam) dan isterinya
sewaktu tinggal di surga. Waktu itu, Alloh melarang Nabi Adam agar tidak
mendekati sebuah pohon, yang tujuannya agar tidak memakan buahnya.
Dengan lihainya syetan membisiki Nabi Adam diiringi
dengan bersumpah, katanya:
“Tidaklah Tuhanmu melarangmu berdua dari mendekati
pohon ini, melainkan agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi
orang-orang yang kekal... Sesungguhnya aku adalah termasuk orang yang memberi
nasehat kepada kamu berdua.”(QS. Al-A’rof: 20-21).
Dan Nabi Adam pun termakan oleh tipuan syetan itu,
hingga ia dan isterinya dikeluarkan dari surga dan diturunkan ke bumi yang
sekarang kita pijak ini.
Oleh karena itu, untuk kesekian kalinya, janganlah
sampai tertipu lagi oleh bisikan dan sumpah syetan itu,
meskipun terdengar indah dan menjanjikan hal-hal yang menyenangkan, seperti
“andai bisa berumur 1000 tahun lagi...”
“Syetan memberikan janji-janji dan membangkitkan angan-angan
kosong kepada mereka. Padahal syetan tidaklah menjanjikan kepada mereka,
melainkan hanyalah tipuan belaka.”(QS. An-Nisa: 120).
Maka dari itu, seandaipun ditambah umur ini “1000
tahun” lagi, rasanya percuma saja kalau kemudian akhirnya mati-mati juga!
Nah, kalau memang mau mendapatkan
kesenangan-kesenangan yang sepuas-puasnya itu, mari persiapkan bekal
sebanyak-banyaknya untuk menuju akhirat. Yaitu, dengan mengisi perjalanan umur
yang masih ada ini, dengan rajin-rajin beramal sholih sampai datangnya kematian.
Kedua: Kesenangan Akhirat
Sejatinya, kesenangan akhirat itu masih “disembunyikan” oleh Alloh kepada
manusia-manusia di dunia ini. Sebagaimana firman-Nya ini:
“Maka tidak seorangpun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka
(macam-macam
nikmat) yang menggiurkan pandangan mata, sebagai balasan terhadap apa yang
telah mereka kerjakan.”(QS. As-Sajdah: 32).
Seolah-olah Alloh ingin membangkitkan “rasa penasaran” dan seabagai “kejutan (surprise)” bagi
orang-orang yang berusaha untuk mendapatkannya. Sesuai firman-Nya ini:
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu,
dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk
orang-orang yang bertakwa.”(QS. Ali Imron: 133).
Dan lebih menantang lagi, Alloh menggebah orang-orang
yang ingin mendapatkannya:
“... Dan untuk mendapatkan semua itu, hendaklah berlomba-lomba orang-orang
yang menginginkannya.”(Al-Muthoffifin: 26).
Walaupun tentang kenikmatan akhirat itu belum ada satu
orangpun bisa menceritakannya sesuai yang dialaminya, tapi Alloh sudah
menjelaskannya dalam Al-Quran secara garis-besar -
keberadaannya. Firman-Nya:
“Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang
bertakwa: di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan
baunya, dan sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, dan
sungai-sungai dari khomer (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan
sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala
macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka. Samakah dengan orang yang
kekal di neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga
memotong-motong ususnya?”(QS. Muhammad: 15).
Itulah sedikit gambaran tentang kesenangan di
akhirat...
Adapun perbandingan kesenangan akhirat dengan kesenangan dunia, sangat
jauh berbeda. Di antaranya yang sangat menonjol ialah:
·
“...
Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, jika mereka mengetahui.”(QS.
Al-Ankabut: 64).
·
“Dan sungguh kehidupan akhirat itu lebih baik dari
kehidupan dunia.”(QS. Adh-Dhuha: 4).
“... Dan pasti kehidupan akhirat itu lebih besar
derajatnya dan lebih besar keutamaannya.”(QS. Al-Isro: 21).
·
“Dan
kehidupan akhirat lebih baik dan lebih kekal.”(QS. Al-A’la: 17).
Terlihat dengan jelas, timbangan ke arah akhirat itu
lebih berat...
Maka, tentu saja kesenangan-kesenangan akhiratpun
lebih panjang, lebih lama, lebih abadi dan lebih memuaskan...
Dengan demikian, tiadalah berguna tambahan umur “1000
tahun lagi” itu di dunia ini...
Nah, lebih baik sekarang adalah memfokuskan diri ke
akhirat, daripada berkhayal ingin hidup “1000 tahun” lagi. Karena semua itu
akan berakhir sia-sia...!
Inilah pesan Rosululloh yang sangat penting agar tidak
terlena di “negeri sementara” ini dan enggan pulang ke “negeri abadi” yang merupakan tujuan terakhir dari perjalanan panjang hidup
ini:
“Jadilah kamu di dunia ini seolah-olah sebagai orang
asing, atau seperti orang yang menyeberang jalan.” (HR. Bukhori).
Dan
doa Rosululloh:
“Ya Alloh, tiadalah
kehidupan (yang abadi), kecuali kehidupan akhirat.”(HR. Bukhori dan
Muslim).
****
No comments:
Post a Comment