KHUTBAH
IDUL FITHRI:
SABDA
AL-QUSHWA
“ WISUDA TAKWA ”
Hadhirin
rohimakumulloh...
Alhamdulillah.
Dengan izin Alloh, pagi ini kita bisa berkumpul untuk melaksanakan ibadah
sholat Idul Fithri dalam putaran satu tahun sekali. Dan mudah-mudahan kita
masih dipertemukan-Nya dengan Romadhon tahun depan. Insya Alloh...
Hadhirin
rohimakumulloh...
Pada hari ini berlalu sudah
kepenatan, kelelahan, kepayahan, kelaparan, kehausan dan kebosanan. Semua
berganti dengan keceriaan, kebahagiaan, tawa dan canda...
Wajah-wajah semua nampak cerah
bagai matahari yang merekah di pagi hari ini, diiringi hawa segar yang
menyentuh raga, rasa dan jiwa, membangkitkan gairah dan semangat hidup yang
penuh pengharapan dan kepasrahan...
Hari ini adalah hari di mana
telah sempurnanya hitungan bulan Romadhon. Kita sudah mencukupi bilangannya dan
menjalaninya dengan ibadah-ibadah di dalamnya...
Sebagai ungkapan rasa syukur
yang melimpah, hari ini kita semarakkan dengan...
- Takbir: Allohu Akbar Allohu Akbar.
- Tahlil: Laa ilaaha illalloh wallohu Akbar.
- Tahmid: wa lillaahil-hamd.
Sebagaimana dalam firman-Nya ini:
“...
Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangan (puasa)-nya, dan hendaklah kamu
mengagungkan Alloh atas petunjuk-Nya yang telah diberikan kepadamu, agar kamu
bersyukur.”(QS. Al-Baqoroh: 185).
Hadhirin
rohimakumulloh...
Romadhon adalah “bulan pembinaan” atau sebagai “Sekolah
Tahunan” selama satu bulan penuh.
Orang-orang beriman digodok secara intensif, singkat dan padat, dengan
pengisian-pengisian berupa materi dan praktek-praktek ibadah, seperti: puasa wajib,
sholat tarawih, sedekah, akhlak, kajian-kajian dan lainnya.
Tujuan akhir dari pembinaan “Sekolah
Tahunan” itu ialah: “gelar takwa”.
Sebagaimana firman Alloh seiring dengan perintah puasa itu, yakni: “la’alakum
tattaquun
(agar kamu bertakwa)”. (QS. Al-Baqoroh:
183).
Maka, berakhirnya hari-hari
Romadhon, itu berarti sudah selesai (tamat) prosesi pembinaan di “Sekolah
Tahunan” tersebut. Dan inilah saatnya untuk memberikan pernyataan kelulusan dan
gelar.
Oleh sebab itu, tepatnya, hari
ini adalah sebagai “hari wisuda” bagi orang-orang beriman, yaitu
bagi mereka yang sudah mengisi hari-hari Romadhon dengan muatan-muatan ibadah
yang maksimal: fokus, sungguh-sungguh dan habis-habisan (layaknya Romadhon itu
tak akan ada lagi)!
Hadhirin
rohimakumulloh...
Saya tegaskan lagi, bahwa hari
ini adalah sebagai “hari wisuda”, yakni “wisuda takwa” bagi orang-orang
beriman!
Dengan demikian, hari ini
menjadi “suci” (fithrah). Karena orang-orang beriman “kembali” dinobatkan sebagai orang-orang yang “takwa”. Maka sangatlah tepat, kalau hari ini sebagai hari Idul
Fithri, yang berarti “kembali suci”.
Karena kesuciannya hari ini,
seolah-olah sebagai “hari kelahiran yang kedua” bagi
orang-orang beriman. Sebab pada kelahirannya yang pertama dulu pun dalam
keadaan suci (fithrah). Sebagaimana sabda Rosululloh ini:
“Setiap
anak yang dilahirkan adalah lahir di atas fithrah (suci). Maka orang tuanyalah
yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi.” (HR. Bukhori).
Hadhirin
rohimakumulloh
Setelah lulus dari “Sekolah
Tahunan” Romadhon dan hari ini diwisuda untuk mendapatkan gelar takwa, maka
Alloh menyematkan gelar takwa itu di “sini”
(ditunjukkan ke dada). Sebagaimana
sabda Rosululloh ini:
“At-taqwaa
hahuna, at-taqwaa haahunaa. (Takwa itu di sini).”(HR. Muslim).
Dari hadits tersebut, dengan
jelas bisa pahami, bahwa antara “takwa”
dan ”hati” mempunyai hubungan yang
sangat erat satu sama lain, dan ini tidak boleh dipisahkan dalam kehidupan
orang-orang mukmin.
Saya akan rinci definisinya
satu per satu...
v Takwa
(penulisan arabnya menggunakan “q”,
yakni taqwa), asal rumpun katanya ialah qowiya, yang artinya:
kuat, keras, kuasa. Secara sederhana, “takwa” bisa disimpulkan ialah: “suatu kekuatan dalam hati yang mampu
menggerakkan diri manusia untuk menembus penghalang menuju Tuhan”.
Seiring
dengan firman Alloh ini:
“Demikianlah,
dan sesungguhnya orang yang mengagungkan syiar-syiar Alloh, maka sesungguhnya
itu lahir dari ketakwaan hati.”(QS. Al-Hajj: 32).
v Hati (qalb, heart), bisa diartikan dalam dua pemahaman:
Pertama:
secara jasadiyah (fisik, jasmani). Dalam pengertian ini, hati
diketahui merupakan segumpal darah di dalam tubuh manusia, yang berbentuk
seperti buah apel dibelah dua yang posisinya menelungkup. Ia bisa dilihat
(bentuknya), bisa disentuh (wujudnya), bisa digenggam (kecil/besarnya), bisa
ditimbang (beratnya) dan bisa diukur (luasnya). Dan ia terletak dalam dada sebelah kiri.
Kedua: secara ruhiyah
(bathiniyah, psikologis). Dalam pengertian ini, hati hanya bisa dirasakan
keberadaannya. Ia tidak bisa dilihat, tak bisa disentuh, tidak bisa ditimbang
dan tidak bisa diukur. Penunjukkannya ke dada (bila merasakan sesuatu), adalah
sebagai simbol keberadaannya di situ.
Hadhirin
rohimakumulloh...
Dalam pengertian yang kedua (ruhiyah) itulah, hati dan takwa bisa
saling berhubungan. Karena itu, Alloh menilai manusia berdasarkan hatinya .
Sebagaimana sabda Rosululloh ini:
“Sesungguhnya
Alloh tidak melihat ke badan kamu, tidak ke rupa kamu dan pekerjaanmu, tapi
melihat langsung ke hatimu.”(HR. Muslim).
Dengan jelas, standar penilaian
Alloh ialah pada hati. Sebab,
penguasaan diri manusia itu berawal dari hatinya. Sabda Rosululloh menjelaskan:
“Sesungguhnya
di dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh
tubuh; dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ingatlah, ia itu adalah
hati.”(HR. Muslim).
Dari hadits tersebut bisa
dipahami, bahwa hati bisa menjadi “baik”
(sholih) dan menjadi ”rusak” (fasad). Kebaikan dan/atau kerusakan ini bisa mempengaruhi seluruh
tubuh pemilik hati itu, bahkan juga bisa mempengaruhi lingkungan kehidupannya.
Adapun “hati yang baik” ialah hati yang diselimuti oleh
ketakwaan, dan “hati yang rusak” ialah hati yang dikuasai oleh syetan.
Hadhirin
rohimakumulloh...
Bersemayamnya ketakwaan dalam
hati, akan melahirkan dampak positif luar biasa dalam sistem kehidupan manusia
secara global. Artinya, tidak hanya diri
perorangan, tapi seluruh manusia di muka bumi ini akan merasakan kebaikannya
secara merata. Firman Alloh dengan tegas menyatakan:
“Dan
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi...” (QS. Al-A’rof: 96).
Dan dalam ayat lainnya, Alloh
menjelaskan dengan sangat menarik:
“...
Barangsiapa yang bertakwa kepada Alloh, niscaya Dia akan mengadakan baginya
jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada
disangka-sangka...”(QS. Ath-Tholaq: 2-3).
Tapi, sebaliknya dari takwa,
niscaya akan mendatangkan azab Alloh dari arah yang sama:
“...
Tapi mereka mendustakan (ayat-ayat Alloh), maka kami azab mereka tersebab
perbuatannya.”(QS. Al-A’rof: 96).
“Katakanlah:
‘Dia-lah yang berkuasa mengirimkan azab kepadamu dari atas kepalamu dan dari
bawah kakimu’...”(QS. Al-An’am: 65).
Hadhirin
rohimakumulloh...
Alangkah indahnya, nyamannya,
damainya dan bahagianya hidup di dunia ini, bila ketakwaan ada di dalam
dada-dada para penghuninya: Hidup penuh berkah, dan rezeki mengalir dari
mana-mana, bahkan tanpa diminta lagi...
Oleh sebab itu, masing-masing
diri hendaknya menyadari, bahwa (sudah cukup jelas) betapa pentingnya ketakwaan
dalam hidup ini. Dan anjuran Rosululloh:
“Bertakwalah
kepada Alloh di mana pun kamu berada. It-taqillaha haitsumaa kunta.”(HR.
At-Tirmizy).
Itu artinya, ketakwaan akan
membawa kebaikan di mana pun adanya seseorang. Karenanya, orang yang takwa itu
sangat berguna dalam lingkungannya. Sebagaimana sabda Rosululloh ini:
“Sebaik-baiknya
kamu ialah yang berguna bagi manusia yang lain.”
Hadhirin
rohimakumulloh...
Kita ini sebenarnya ialah “pemimpin”. Awal kepemimpinan kita ialah
terhadap diri sendiri, sebelum terhadap orang lain. Sebagaimana sabda
Rosululloh ini:
“Setiap
kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu akan dimintai tanggung-jawabnya tentang
apa yang kamu pimpin.” (HR. Bukhori dan Muslim).
Pemimpin yang takwa ialah
pemimpin yang mengajak rakyatnya ke jalan Alloh saat di dunia, hingga kemudian
masuk ke dalam surga di akhirat. Di samping itu, ia juga berusaha mensejahterakan, melindungi,
menyayangi dan membela rakyatnya.
Dan, rakyat yang takwa ialah
rakyat yang setia kepada pemimpinnya yang takwa itu, selalu mendoakannya agar
tetap sehat dan amanah, membantu mempertahankan kepemimpinannya, dan berjuang
bersama demi membangun negara agar maju, kuat dan diridhoi Alloh ‘Azza wa
Jalla.
Nah, kalau pemimpin sudah sama-sama
takwa, maka negara di mana mereka berpijak..., itulah yang disebut “Baldah thoyibah wa
Robbun
ghofur.
Negeri yang indah dan Tuhan menyayanginya”!
Hadhirin
rohimakumulloh...
Inilah
keistimewaan-keistimewaan takwa yang bisa kita peroleh di dunia ini:
§ Takwa
membuat manusia menjadi mulia.
“...
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Alloh ialah orang
yang paling takwa di antaramu...” (QS. Al-Hujurot: 13).
§ Takwa
merupakan akhir kehidupan yang baik bagi manusia.
“...
Dan kesudahan (akhir) yang baik itu adalah bagi orang-orang yang takwa.”(QS.
Al-A’rof: 128).
§ Takwa
menjadi bekal terbaik satu-satunya menuju Negeri Akhirat.
“...
Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, Alloh mengetahuinya. Dan
berbekallah, maka sesungguhnya sebaik-baik bekal ialah takwa. Maka bertakwalah,
hai orang-orang yang berpikir!”(QS. Al-Baqoroh: 197).
Dan inilah keistimewaan-keistimewaan yang luar
biasa bagi orang-orang yang bertakwa di akhirat:
§ Ketakwaan
menjadi mahkota kebanggaan.
“Dan
mahkota di akhirat ialah takwa. wa syaroful-akhiratit-taqwaa.”(HR. At-Tirmizy
dan Baihaqi).
§ Ketakwaan
sebagai tiket satu-satunya untuk masuk surga dengan aman.
“Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas
langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.”(QS. Ali
Imron: 130).
Hadhirin
rohimakumulloh...
Dalam kesucian hari ini,
mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang lulus dari “Sekolah Tahunan”
Romadhon yang singkat itu. Dan hari ini merupakan hari “Wisuda Takwa” buat kita
sekalian, sehingga kita layak menyandang “Gelar Takwa” tahun ini, yang akan
membawa kemuliaan hidup sampai tibanya hari kematian.
Dan, akhirnya, mudah-mudahan
Alloh masih memperkenankan kita untuk bertemu dengan Romadhon tahun depan. Insya Alloh...
Allohu Akbar Allohu Akbar
Laa ilaaha illalloh wallohu
Akbar
Allohu Akbar wa lillahil-hamd.
Allhumma
sholli ‘ala Muammad wa ‘ala ali Muhammad.
Allohummaghfirli waliwalidaina
warhamhuma
kama robbayana shighoro.
Allohummaghfirlil-muslimin
wal-muslimat
wal-mu’minin wal-mu’minat
al-ahya-i minhum wal-amwat.
Robbanaa aatinaa fid-dunyaa
hasanatan
wa fil-aakhiroti hasanatan
wa qinaa ‘adzaaban-naar.
Barokallohu
lii wa lakum.
*******
No comments:
Post a Comment