MENDINGAN
BANYAK ROKAATNYA SAMBIL NGEBUT,
ATAU SEDIKIT TAPI SANTAI...?
Hadhirin
rohimakumulloh...
Ibadah penting yang kedua setelah puasa di bulan Romadhon ialah sholat tarawih. Pada
kajian terdahulu, sholat tarawih sudah dibahas dasar-dasarnya.
Sekarang saya akan mengajak hadirin mencermati
pelaksanaan sholat tarawih di lapangan.
Sholat
tarawih yang umumnya ada di
masyarakat saat ini ialah antara 23
rokaat (sudah termasuk witir) dan 11
rokaat (sudah termasuk witir).
Untuk memperkuat keterangan saya yang terdahulu
tentang sholat tarawih ini, rinciannya ialah:
·
11 rokaat
adalah yang dikerjakan atau dicontohkan oleh Rosululloh. Ummul Mukminin ‘Aisyah
(rodhiyallohu anha) menerangkan:
“Rosululloh tidak melebihi 11 rokaat sholat malam,
baik di bulan Romadhon atau di bulan lainnya...”(HR. Bukhori dan Muslim).
Dan kata beliau lagi:
“Sesungguhnya Rosululloh biasa sholat malam 11 rokaat,
sujud satu kali sama dengan orang membaca Al-Quran 50 ayat...”(HR. Bukhori).
·
23 rokaat
atau lebih adalah perubahan yang dilakukan oleh Umar bin Khoththob, yang diikuti oleh Utsman bin Affan, Ali bib Abi Tholib dan sahabat-sahabat lainnya.
Pada saat itu, sholat tarawih masih sendiri-sendiri walaupun mereka berkumpul
di dalam mesjid. Lebih baik simak penjelasan sahabat Abdurrahman bin Abdul Qoriyyi ini:
Aku keluar bersama Umar bin Khoththob menuju mesjid. Orang-orang yang sholat (pada malam
Romadhon) terpisah-pisah. Ada yang sendiri-sendiri, ada yang diikuti beberapa
orang makmum. Lalu Umar berkata: “Andai aku satukan mereka di belakang seorang
imam, tentunya lebih afdhol”. Maka malam esoknya Umar menyatukan mereka dan
menunjuk sahabat Ubai bin Ka’ab
sebagai imam. Setelah orang-orang yang sholat tarawih bersatu dengan seorang
imam, Umar berkata: “Alangkah bagusnya bid’ah ini. Dan
orang-orang yang kini tidur (menunda sholatnya lebih malam lagi) adalah lebih
afdhol daripada mereka yang kini sholat”. (Riwayat Bukhori, Baihaqi dan Ibnu
Khuzaimah).
Perubahan rokaat menjadi 23, tentu ada alasannya.
Alasan yang paling utama ialah untuk memperpendek bacaan ayat-ayat Al-Qurannya.
Maklum, para sahabat kalau membaca ayat-ayat Al-Quran dalam sholat selalu
panjang-panjang. Sedangkan dalam sholat terdiri dari anak-anak, ibu-ibu, orang
tua-tua dan orang-orang yang kondisinya lemah. Maka untuk menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan, lebih baik bacaan ayat-ayatnya dipecah-pecah ke dalam 23
rokaat sehingga menjadi pendek. (Bahkan mungkin penambahan rokaat ada yang
lebih banyak lagi, sehingga bacaan ayat-ayat Al-Qurannya menjadi lebih pendek-pendek
lagi).
Hadhirin
rohimakumulloh...
Kalau kita bertanya: manakah yang benar dan manakah yang salah?
Maka, jawabannya: tidak
ada yang salah, semuanya benar. Yang 11 rokaat adalah yang pertama
dikerjakan oleh Rosululloh, dan yang 20 rokaat lebih adalah perubahan yang
dilakukan oleh sahabat Umar bin Khoththob yang kemudian diikuti oleh
sahabat-sahabat lainnya itu.
Perihal mengikuti keputusan/ketetapan sahabat, hanya
boleh mengikuti sahabat yang empat orang ini saja: Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin Khoththob, Utsman bin Affan dan Ali bin
Abi Tholib, yang semuanya tergabung dalam kepemimpinan sebagai Khulafa Ar-Rosyidin. Sebagaimana
pernyataan Rosululloh ini:
“Maka wajib atas kamu berpegang-teguh atas sunnahku
dan sunnah Khulafa Ar-Rosyidin yang diberi petunjuk oleh Alloh.”(HR. Abu Dawud
dan At-Tirmizy).
Tapi, kalau kita bertanya-tanya: manakah yang lebih baik, 11 rokaat ataukah 20 rokaat
lebih? Tentu ada yang lebih baik!
Jawabannya dengan tegas: yang lebih baik ialah mengikuti apa yang sudah dicontohkan oleh
Rosululloh. Sebab, beliau adalah suri-tauladan kita yang baik. Ini
diperkuat oleh firman Alloh:
“Sungguh bagi kamu telah ada pada diri Rosululloh itu
suri-tauladan yang baik...”(QS. Al-Ahzab: 21).
Lebih
tegas lagi Alloh menekankan:
“Katakanlah: ‘Jika kamu mencintai Alloh, maka ikutilah
aku (Rosul), niscaya Alloh mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu’. Dan Alloh
Maha Pengampun, Maha Penyayang.”(QS. Ali Imron: 31).
Dengan demikian, sebaiknya ialah selama masih ada
contoh dan dalil dari Rosululloh, tidaklah tepat mengambil contoh yang lain
dengan mencari-cari dalil untuk memperkuatnya, apalagi tidak ada dukungan dari
ayat-ayat Al-Quran.
Tapi kalau memang mau mengikuti apa yang sudah
dilakukan oleh sahabat Umar, Utsman, Ali dan yang lainnya (dalam hal bilangan
rokaat sholat tarawih ini), maka silahkan saja. Karena memang ada pernyataan
dari Rosululloh yang membolehkan mengikuti sunnah empat sahabat yang tergabung
dalam Khulafa Ar-Rosyidin itu. (Tapi, kalau kita mau hati-hati, perlu diteliti
lagi mengenai hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmizy di atas
[tentang Khulafa Ar-Rosyidin] itu. At-Tirmizy
sendiri berkata: “Hadits itu
hasan-shohih”. Artinya, “tidak sepenuhnya
shohih”). Wallohu a’lam.
Adapun untuk diri saya, saya lebih nyaman mengikuti
contoh Rosululloh, yakni 11 rokaat. Kadang saya berjamaah di mesjid, kadang
sholat sendirian di rumah, tengah malam atau mendekati subuh.
Nah! Kalau pilihan sudah dijatuhkan diiringi dengan
keyakinan yang kuat, maka jangan ada lagi perdebatan, perselisihan dan saling
salah-menyalahkan. Yang akan menimbulkan perpecahana dan permusuhan di kalangan
kaum muslimin. Kita menjadi lemah dan mudah diacak-acak oleh musuh. Sementara
kita bermusuhan dengan saudara sendiri (sesama muslim)!
Mari kita berserah diri kepada Alloh. Dia-lah yang
akan menilai dan membalas ibadah kita. Dan Dia-lah yang lebih mengetahui: mana
yang benar, mana yang salah, dan mana yang terbaik.
Hadhirin rohimakumulloh...
Mari sekarang kita kerjakan sholat tarawih ini dengan
khusyuk. Bahkan di semua sholat kita dituntut agar khusyuk dalam
mengerjakannya. Karena, khusyuk itu adalah bagian terpenting dalam mengerjakan
sholat. Seperti firman Alloh ini:
“Ialah orang-orang yang dalam sholatnya khusyuk.”(QS.
Al-Mukminun: 2).
Lalu, apa khusyuk itu?
Secara sederhana khusyuk ialah:
ü
Merasa sadar
bahwa diri ini sedang mendirikan sholat.
ü
Ketenangan sikap.
ü
Tidak
tergesa-gesa dalam bacaan dan gerakan.
ü
Seluruh bacaan dan
gerakan terkontrol dengan baik oleh hati dan pikiran, dari awal sampai akhir
sholat.
Itulah sebabnya, saking khusyuknya, para sahabat
selalu berlama-lama bacaan dalam sholatnya. Mereka inilah orang-orang mukmin
yang beruntung (QS. Al-Mukminun: 1).
Nah, coba renungkan dua realita yang ada di masyarakat
di bawah ini:
§
Sholat
banyak-banyak rokaatnya sambil ngebut seperti orang balapan. Sehingga yang
rokaatnya 23 malah lebih dulu selesainya daripada yang 11 rokaat. Kadang
terdengar ledekan kepada orang-orang yang belum selesai sholatnya itu:
“Wah, payah
tuh, lelet. Kita yang banyak aja udah beres ya...”
§
Bacaan dan
gerakan sholatnya berlama-lama, sementara hati dan pikirannya terbang
kemana-mana, ingat ini ingat itu, sampai lupa bilangan rokaatnya. Dan ini sudah
menjadi kebiasaan. Mereka berkilah:
“Aah, yang
penting udah mengerjakan. Diterima atau tidak, itu urusan Alloh...”
Hadhirin
rohimakumulloh...
Sholat apapun yang kita kerjakan, berapapun rokaatnya,
siapa pun yang duluan atau belakangan selesainya, yang penting adalah khusyuk.
Tidak perlu ngebut-ngebut, atau berlama-lama yang ngaco kemana-mana. Harus
sesuai dengan aturan Alloh yang sudah dicontohkan oleh Rosul-Nya.
Ketahuilah, mengerjakan sholat yang khusyuk itu
tidaklah gampang, sebagaimana firman Alloh ini:
“Dan minta tolonglah dengan sabar dan sholat. Dan
sesungguhnya (sabar dan sholat) itu sungguh berat (mengerjakannya), kecuali
bagi orang-orang yang khusyuk.”(QS. Al-Baqoroh: 45).
Dari ayat ini tersirat dua sikap:
§
Orang-orang yang
berusaha keras untuk mengerjakan sholat demi meraih kekhusyukan. Mereka ini
adalah:
“Orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan bertemu
dengan Tuhannya dan kembali kepada-Nya.”(QS. Al-Baqoroh: 46).
§
Dan orang-orang
yang hanya asal-asalan dalam mengerjakan sholatnya, daripada tidak mengerjakan,
karena bagi mereka hal tersebut terasa sangat berat. Mereka ini adalah:
“Orang-orang yang lalai dalam mengingat Alloh,
sehingga tidak terpikirkan oleh mereka bahwa mereka akan bertemu dengan-Nya
yang menilai dan membalas semua amal ibadah mereka.”
Ya, kembali ke diri kita lagi...
Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang khusyuk
dalam mengerjakan sholat, terlebih-lebih di bulan Romadhon ini.
“Sholat berjamaah afdholnya melebihi sholat
sendiri-sendiri dengan (nilai) 27 derajat.”(HR. Bukhori dan Muslim).
Barokallohu
lii wa lakum...
*********
No comments:
Post a Comment