Pada bagia
akhir ini merupakan menu-tambahan, yang bertujuan untuk mengingatkan pembaca,
bahwa setelah selesai ibadah puasa dan berlalunya bulan Romadhon bukan berarti
selesai pula pekerjaan puasa. Tapi, masih ada lanjutannya dari ibadah di bulan
Romadhon itu, yakni ibadah-ibadah sunnah untuk mengisi tenggang-waktu menuju
bulan Romadhon tahun depan, dan hal tersebut adalah berdasarkan contoh-contoh
yang diberikan oleh Rosululloh...
“... Apa yang diberikan Rosul kepadamu, maka terimalah
itu; dan apa yang kamu dilarang daripadanya, maka tinggalkanlah...”(QS.
Al-Hasyr: 7).
“Amal-amal ibadah yang paling dicintai Alloh ialah
yang terus-menerus dikerjakan, meskipun sedikit.”(HR. Bukhori dan Muslim)
1.
PUASA LANJUTAN
Puasa lanjutan yang saya maksud di sini ialah puasa
setelah puasa wajib Romadhon, yaitu puasa-puasa sunnah yang sudah
dicontohkan/dikerjakan oleh Rosululloh. Tujuannya ialah:
·
Untuk melengkapi
puasa Romadhon, sehingga yang wajib seimbang dengan yang sunnah.
·
Untuk membiasakan
atau mengingatkan diri sebelum tiba puasa wajib Romadhon berikutnya.
·
Untuk menyambung
terapi/diet puasa Romadhon sampai bertemu lagi dengan Romadhon selanjutnya.
Sebab, hanya puasa sebagai cara yang ampuh untuk mengistirahatkan kerja mesin
pencernaan dari asupan-asupan makanan dan minuman yang berlebihan.
·
Sebagai
kehati-hatian, agar orang-orang yang punya hutang puasa Romadhon tidak lupa dan
segera membayarnya.
Adapun puasa-puasa sunnah lanjutan itu (yang biasa
dikerjakan oleh Rosululloh) ialah:
·
Puasa Nabi Dawud (‘alaihissalam).
·
Puasa
Senin-Kamis.
·
Puasa ayyamul-bidh (3 hari tiap tengah bulan).
·
Puasa tanggal 1
Muharrom.
·
Puasa Asy-Syuro
(tanggal 10 Muharrom).
·
Puasa Arofah.
·
Puasa 10 hari
bulan Zulhijjah.
·
Puasa bulan
Sya’ban.
Demikianlah beberapa puasa sunnah yang cukup mutawwatir
dan shohih,
yang bisa kita kerjakan setelah Romadhon sampai bertemu lagi dengan Romadhon
tahun depan. Insya Alloh...
2.
PUASA TERLARANG
Puasa terlarang ialah puasa yang tidak berdasarkan
dalil dan tidak ada contoh dari Rosululloh, di antaranya ialah:
·
Puasa wishol
(bersambung, tanpa ada buka).
Sabda Rosululloh:
o
“Nabi
shollallohu ‘alaihi wa sallam telah melarang menyambung puasa (siang dan
malam).”(HR. Bukhori dan Muslim).
o
“Tidak ada
puasa bagi yang puasa selamanya. (Diucapkan dua kali).”(HR. Bukhori).
·
Puasa khusus hanya hari Jumat saja.
Sabda Rosululloh:
o
“Jangan
mengkhususkan hari Jumat dengan puasa di antara hari-hari yang lain, kecuali
puasa wajib yang dikerjakan salah seorang kamu.”(HR. Muslim).
o
“Jangan puasa
salah seorang kamu (khusus) pada hari Jumat, kecuali hari sebelumnya (hari
Kamis) mengerjakan puasa, atau hari sesudahnya (hari Sabtu) puasa.”(HR. Bukhori
dan Muslim).
·
Puasa mutih (pati geni), yakni puasa
yang hanya membolehkan makan dari makanan yang tertentu saja, misalnya hanya
makan nasih putih, air putih dan garam putih saja. Hal ini sama saja dengan
“menyiksa diri sendiri”. Dalam ajaran Islam, tentu dilarang perbuatan tersebut.
o
Rosululloh ketika
mendengar cerita sahabat Mujibah Albahiliyah bahwa dirinya selama satu tahun
hanya makan di waktu malam hari saja, sehingga badannya kurus-kering dan
Rosululloh sampai tidak bisa mengenalinya lagi, maka sabda beliau:
“ ‘Adzdzabta nafsaka. Kau telah menyiksa dirimu!” (HR.
Abu Dawud).
o
Firman Alloh:
“... Dan janganlah kamu menjatuhkan diri sendiri ke
dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah...”(QS. Al-Baqoroh: 195).
·
Puasa di dua hari raya (‘idain),
yaitu pada hari raya Idul Fithri dan Idul Adha (hari raya qurban).
Sabda Rosululloh:
“Bahwa Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam telah
melarang berpuasa pada hari raya Idul
Fithri dan Idul Adha.”(HR. Bukhori).
·
Puasa di hari tasyrik (tiga hari sesudah hari raya Idul Adha).
Dan mungkin masih ada lagi puasa-puasa yang tidak
berdasarkan dalil dan contoh Rosululloh, yang berkembang dan mentradisi di
tengah-tengah masyarakat, yang mana orang-orang Islam dilarang mengerjakannya.
Secara hukum, puasa-puasa terlarang itu bisa
dikategorikan menjadi:
§
Makruh, karena hanya buang-buang waktu dan energi saja.
§
Haram, karena mengandung bahaya secara fisik dan
psikologis, atau karena ada unsur-unsur penyerupaan dari ajaran-ajaran agama
lain. Sebagaimana sabda Rosululloh ini:
“Siapa orang yang menyerupai/meniru kepada suatu kaum,
maka ia termasuk bagian dari kaum itu.”
Kesimpulannya: puasa-puasa terlarang itu ditolak dalam
ajaran Islam, sebab tidak ada perintah, contoh dan dalil yang menjelaskannya.
Sabda Rosululloh secara umum menegaskan:
“Siapa yang mengerjakan amalan yang bukan atas
perintah kami (tidak ada keterangan dari Alloh dan Rosul-Nya), maka amalan itu
tertolak.”(HR. Muslim).
Dan
firman Alloh memperkuat:
“... Apa yang diberikan Rosul kepadamu, maka terimalah
dia; dan apa yang dilarang kamu daripadanya, maka tinggalkanlah...”(QS.
Al-Hasyr: 7).
3.
SHOLAT TARAWIH LANJUTAN
Sholat sunnah di malam hari (setelah sholat wajib
isya) mempunyai beberapa sebutan, seperti:
·
Sholatul-lail (sholat malam).
·
Qiyamul-lail (berdiri malam).
·
Tahajjud (bangun malam).
·
Tarawih (istirahat malam).
Semua sholat sunnah malam itu pelaksanaannya sama di
bulan apapun, yakni:
- Waktu: setelah sholat fardhu isya sampai datangnya waktu sholat subuh.
- Jumlah rokaat: 11 atau 13 rokaat (sudah termasuk sholat wititr). Sudah dibahas di halaman muka di: SHOLAT TARAWIH.
Di bulan Romadhon, sholat malam menjadi “qiyam
romadhon”
atau yang populernya ialah “sholat tarawih”. Dan
pelaksanaannya tidak ada perubahan, baik waktunya atau bilangan rokaatnya (sama
seperti di atas itu).
Dan di luar Romadhon, sholat malam sebutannya “tahajjud”.
Waktu dan jumlah rokaatnya sama dengan sholat tarawih. Dan sholat tahajjud
ini memiliki “keistimewaan” yang lebih dibandingkan dengan sholat-sholat sunnah
lainnya. Sebab, perintah sholat tahajjud ini ada dalam Al-Quran:
“Dan pada sebagian malam sholat tahajjudlah kamu yang
mana sebagai ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke
posisi yang terpuji.”(QS. Al-Isro: 79).
Jadi, setelah Romadhon berlalu bukan berarti sholat
malam kita berhenti, tapi dilanjut lagi dengan sholat tahajjud itu. Sebagai
mana pesan Rosululloh kepada sahabat Abdulloh bin ‘Amru bin Al-‘Ash ini:
“Hai Abdulloh! Janganlah kamu seperti si Fulan yang
dulunya sholat malam, maka sekarang meninggalkan sholat malam itu.”(HR. Bukhori
dan Muslim).
Nah! Kembali ke diri ini...
Segalanya tergantung kesiapan, kesanggupan dan
kesempatan yang kita miliki. Ada tiga pilihan waktu untuk sholat tahajjud itu
dalam setiap malamnya.
1.
Di awal malam (setelah sholat fardhu isya, kira-kira mulai jam 07.00
kurang-lebih).
Adalah sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq yang biasa
mengerjakan sholat malam di awal waktu (sebelum tidur). Karena ia khawatir
bangun malamnya kelewat hingga waktu shubuh. Kemudian ia dinyatakan sebagai
orang yang “hati-hati”.
Sedangkan sahabat Umar bin Khoththob, sholat malamnya
setelah bangun malam. Kemudian beliau ini disebut sebagai orang yang “kuat”.
Firman Alloh:
“Setengahnya (dari malam) atau kurangilah dari
setengah itu sedikit (menjadi awal malam).” (QS. Al-Muzzammil: 3).
2.
Di tengah malam (sekitar jam 24.00). Seiring dengan surah Al-Muzzammil: 3
itu.
3.
Di akhir malam (sekitar jam 03.00 dini hari menjelang waktu sholat shubuh).
Firman Alloh:
“Atau lebihkan dari setengah itu (menjadi akhir malam).”(QS. Al-Muzzammil: 4).
Sabda Rosululloh:
“Tuhan kita turun setiap malam ke langit dunia saat
malam tinggal sepertiga akhir dan berfirman: ‘Siapa yang memohon (berdoa)
kepada-Ku, akan Aku kabulkan baginya; siapa yang meminta kepada-Ku, akan Aku
berikan; siapa yang memohon ampun pada-Ku, akan Aku ampuni’.”(HR. Al-Jamaah).
Itulah tiga pilihan waktu untuk sholat malam. Tinggal
sesuaikan saja dengan diri ini. Dan sebaiknya jangan mengejar yang kita tidak
akan mampu mengerjakannya. Sebab, dalam beribadah itu yang dituntut ialah “kelanggengannya (dawwam)” sampai tiba
kematian, bukan banyaknya jumlah yang hanya sekali atau dua kali saja. Seperti
ketika Rosululloh ditanya tentang “amal
yang dicintai”, sabda beliau:
“Amal-amal ibadah yang paling dicintai Alloh ialah
yang terus-menerus (dikerjakan) meskipun sedikit.”(HR. Bukhori dan Muslim).
Nah, siap! Lanjutkan sholat malamnya...!
4.
LAIN-LAIN
Hadhirin
rohimakumulloh...
Sebagai ibadah inti dalam bulan Romadhon ialah puasa
dan sholat tarawih. Namun masih ada ibadah-ibadah lainnya yang tidak kalah
pentingnya untuk melengkapi ibadah-ibadah inti itu, antara lain:
·
Membaca Al-Quran.
Ini harus dirutinkan terus (sebagaimana sudah dibahas di muka). Walaupun hanya
beberapa ayat dalam sehari, diusahakan menyempatkan diri untuk membacanya. Agar
berkah Alloh itu kita dapatkan dari Romadhon ke Romadhon.
“Dan Al-Quran ini adalah sebuah kitab yang mempunyai
berkah yang telah kami turunkan. Maka mengapa kamu mengingkarinya?”(QS.
Al-Anbiya: 50).
·
Sedekah. Kepedulian
terhadap sesama bukanlah hanya di bulan Romadhon saja, tapi di bulan-bulan
lainnya. Karena rezeki Alloh-pun diberikan kepada kita setiap hari. Ya,
lanjutkan sedekahnya...
Berkata sahabat Jabir : “Tidak pernah Rosululloh kalau diminta sesuatu lalu berkata: ‘Tidak’.”(HR. Bukhori dan Muslim).
·
Ke Mesjid. Memakmurkan mesjid tidak hanya
di bulan Romadhon saja. Selain kita beribadah di dalamnya, kita juga tidak
putus komunikasi dan silaturahim dengan ikhwan-ikhwan yang lainnya.
“Sesungguhnya yang memakmurkann mesjid-mesjid Alloh
itu ialah orang-orang yang beriman kepada Alloh dan hari akhir, serta tetap
mendirikan sholat, menunaikan zakat dan tidak takut kepada selain Alloh. Maka
merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang
mendapat petunjuk.”(QS. At-Taubah:18).
·
Menjaga Lidah. Yakni, mengatur kata-kata yang
dikeluarkannya. Ingatlah, orang yang “terpeleset lidah” itu ialah orang yang
banyak bicara. Maka bicaralah yang baik dan seperlunya, atau diam!
“Sangat besar kebencian di sisi Alloh tersebab kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”(QS. Ash-Shoff: 3).
·
Dan Seterusnya...
Ya, masih banyak lagi amalan-amalan lainnya yang harus
kita lanjutkan setelah Romadhon ini berlalu, hingga bertemu lagi dengan
Romadhon tahun depan. Insya Alloh.
Nah, yang pasti, tetaplah pada jalan yang lurus,
selalu berpegang-teguh pada tali (agama) Alloh...
·
“...
Berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan...”(QS. Al-Baqoroh: 148).
·
“Dan bersegeralah
kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit
dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imron: 130).
Barokallohu
lii wa lakum...
*********
No comments:
Post a Comment