Fulanah sudah dua minggu dirawat di
rumah sakit. Dia menderita penyakit tipes berat. Saat pihak rumah sakit
menyatakan dia sudah layak pulang, dia dan suaminya kesulitan untuk melunasi
pembayaran biaya pengobatannya itu.
Selama perjalanan pulang itu,
Fulan benar-benar puyeng: dari mana lagi dia bisa mendapatkan uang untuk
melunasi biaya berobat isterinya itu.
Sedang kalut-kalutnya pikiran,
tiba-tiba ada suara mengagetkannya...
“Paaa..., tolong belum makan
dari pagi...” ujar seorang anak kecil sambil menadahkan tangannya, di
belakangnya berdiri seorang ibu yang nampak sudah bongkok punggungnya.
Fulan terenyuh dan merasa kasihan memandangnya. Tapi dia
bingung. Uang disakunya tinggal 14.000. Kalau dia berikan 4.000 ke anak kecil
itu, rasanya tidak cukup buat makan mereka berdua. Kalau 10.000 yang diberikan,
maka untuk ongkos pulang ke rumah kurang, mau tidak mau harus jalan kaki
kurang-lebih 5 km.
Dihitung-hitungnya... Kesana
kurang, kesini kurang...
Akhirnya, Fulan nekad. Dia
berikan saja 10.000 ke anak kecil itu. Urusan ongkos ke rumah, terserah nanti.
Sebab, dia sendiri bisa merasakan bagaimana kalau perut sudah sangat lapar,
apalagi untuk orang yang sudah tua.
La hawla wa la quwwata illa billaah...
Setelah itu, pikiran Fulan
kembali ke soal biaya pengobatan isterinya itu. Sementara anak kecil dan ibunya
itu sudah menghilang entah kemana...
Setibanya di rumah sakit,
Fulan memburu kamar isterinya. Dia kaget sekali. Isterinya sudah tidak ada di
tempat pembaringannya.
Setelah menanyakan kepada
pasien yang di sebelahnya, katanya isterinya tadi pulang terburu-buru sekali.
Fulan terpikir, jangan-jangan
isterinya kabur. Maka diapun segera buru-buru pergi, takut disandera oleh pihak
rumah sakit.
Setelah berjalan kaki
kurang-lebih 3 jam, Fulan sampai di rumah dengan nafas terengah-engah. Lalu
menemui isterinya dan menanyakan proses kepulangannya itu.
Isterinya kemudian menceritakannya...
Ada seorang ibu dan anak kecil
perempuan datang menemuinya dan memberinya sebuah amplop berisi uang, yang
tidak tahu berapa jumlah yang sebenarnya. Dan katanya:
“Ini bayaran hutang kami
kepada suami ibu. Terimalah...”
Isterinya menerimanya dengan rasa ragu. Sebab dia tidak
kenal dengan orang itu dan tidak tahu permasalahannya.
Belum sempat isterinya mengucapkan
terima kasih dan juga mau menanyakan nama dan tempat tinggal, kedua ibu dan
anak itu sudah menghilang.
“Memangnya ibu dan anak itu
siapa?” tanya sang isteri setelah cerita.
“Tidak tahu juga,” suaminya
menggelengkan kepala.
Tiba-tiba sang suami teringat
kepada kejadian tadi di terminal itu...
“Mungkinkah mereka berdua itu
adalah ibu dan anak yang di terminal itu?” gumamnya pelan.
Fulan dan Fulanah lalu
menyungkur sujud kepada Alloh. Mereka sangat bersyukur karena Dia sudah memberikan jalan kepadanya...
“...
Barangsiapa yang bertakwa kepada Alloh,
niscaya
Dia akan memberikan jalan keluar kepadanya.
Dan
memberinya rezeki dari arah yang tiada diduga-duga...” (QS. Ath-Tholaq: 2-3).
“Jika
kamu berbuat baik,
maka
kamu berbuat baik buat dirimu sendiri...”
(QS.
Al-Isro: 7).
“Dan
berbuat baiklah kepada siapapun,
sebagaimana
Alloh telah berbuat baik kepadamu...”
(QS.
Al-Qoshosh: 77).
“Siapa
yang mau memberi pinjaman kepada Alloh berupa pinjaman yang baik,
maka
Alloh akan melipat-gandakan pembayarannya dengan kelipatan yang banyak.
Dan
Alloh menyempitkan dan melapangkan (rezeki),
dan
kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”
(QS.
Al-Baqoroh: 245).
“Siapa
orang yang ingin doanya terkabul
dan
terbebas dari kesulitannya,
maka
hendaklah dia
mengatasi
(membantu) kesulitan/penderitaan orang lain.”
(HR.
Ahmad).
Semoga kita selalu merasa
terketuk hati dan peduli terhadap kesususahan, penderitaan dan kekurangan orang
lain, lalu mau membantu dan membereskannya. Insya
Alloh, aamiin......
>>>>>>>>kajian.dan.motivasi-diri******
No comments:
Post a Comment