BAB 1
ULASAN SINGKAT
TENTANG PUASA ROMADHON
Dalam ulasan singkat ini hanya membahas hal-hal penting yang sudah baku yang berkaitan dengan puasa, berdasarkan dalil-dalil yang mutawattir dan shohih, tanpa harus memperdebatkannya lagi. Tujuannya ialah untuk mengingatkan kembali ingatan kita setelah setahun berlalu tertumpuk-tumpuk oleh kesibukan-kesibukan yang melalaikan...
“Barangsiapa yang berbuka (tidak puasa) sehari saja di bulan Romadhon bukan karena alasan rukhshoh dan tidak sakit, maka tidaklah bisa ditebus darinya dengan puasa seumur hidup, meskipun dia mengerjakannya.” (HR. Bukhori dan Muslim).
1. SEJARAH AWAL PUASA
Sebelum turun perintah puasa di bulan Romadhon, Rosululloh dan kaum muslimin sudah mengerjakan puasa tiga hari di pertengahan tiap-tiap bulan, yakni tanggal 13, 14 dan 15, ditambah dengan puasa tanggal 10 (asy-syuro) di bulan Muharrom. Saat itu posisi Rosululloh berada di Mekah.
Setelah hijrah ke Madinah, kira-kira 18 bulan (menjelang dua tahun) kemudian, di bulan Sya’ban turunlah wahyu Alloh tentang puasa pada bulan Romadhon itu.
“Hai orang-orang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, mudah-mudahan kamu bertakwa.” (Al-Baqoroh: 183).
Pada saat itu, mulailah Rosululloh dan kaum muslimin mengerjakan puasa di bulan Romadhon, satu bulan penuh.
Namun ada kekecualian bagi orang-orang tertentu, seperti:
· Orang sakit (yang diperkirakan akan sembuh).
· Orang dalam perjalanan (musafir).
· Wanita haidh (menstruasi).
· Wanita sehabis nifas (melahirkan)
· Orang tua yang sangat lemah (diperkirakan tidak akan kembali kuat lagi).
Penjelasannya, poin 1-4 harus mengganti hutang puasa di hari-hari selain bulan Romadhon. Dan poin yang terakhir (5), dia harus memberi makan orang-orang miskin selama bulan Romadhon, dan tidak perlu mengganti puasa lagi.
2. HUKUM PUASA
Berdasarkan surah Al-Baqoroh: 183 itu, Alloh sudah “menuliskan” dalam Al-Quran tentang ketetapan puasa, dengan kata kutiba (asal kata kataba).
Dengan demikian, kedudukan hukum puasa Romadhon ialah wajib bagi orang-orang beriman yang sehat dan mampu.
3. PENGERTIAN PUASA
Alloh memerintahkan puasa dengan kata shiyam. Akar kata shiyam ini berhubungan dengan kata shomma yang artinya “menutup benda berlubang (botol, telinga)”.
Dan dalam surah Al-Baqoroh: 18, kata shomma berubah menjadi shummun yang artinya “tuli, budek”.
Maka bisa ditarik kesimpulan, bahwa orang yang puasa (shoimin) itu laksana “orang tuli”. Dalam artian, dia tidak peduli dengan panggilan atau ajakan untuk makan, minum dan kesenangan-kesenangan lainnya.
Untuk memperkuat kesimpulan itu, dalam Kamus Bahasa Indonesia dikatakan, bahwa puasa adalah “tidak makan dan tidak minum dengan sengaja”.
Itu berarti, orang yang puasa ialah orang yang menghindarkan dirinya dari makan, minum dan nafsu biologi lainnya, walaupun dalam dirinya ada keinginan untuk hal-hal tersebut.
Semua itu dikerjakan atas dasar keimanan dan ketaatan kepada Alloh. Sabda Rosululloh:
“Sesungguhnya Alloh ‘Azza wa Jalla me-wajib-kan puasa Romadhon, dan aku men-sunah-kan sholat tarawihnya.” (HR. Attirmizy).
4. SAAT MULAI PUASA
Pelaksanaan puasa Romadhon diawali dengan makan sahur di malam hari sebelum waktu subuh tiba. (Tentang makan sahur selengkapnya ada di depan nanti: BANGUN SAHUR. UH, MALESNYAA...!).
Lebih jelasnya, firman Alloh...
“... Dan makan dan minumlah hingga jelas bagimu benang putih dan benang hitam, yaitu fajar...” (QS. Al-Baqoroh: 187).
Yang dikatakan fajar ialah saat warna hitam malam sebagian berubah perlahan-lahan menjadi keputihan (warna perak) di ujung langit timur. Menandakan posisi matahari sudah mendekat di ambang ufuk timur. Sebentar lagi waktu subuh tiba. Ketika azan subuh berkumandang di awal waktunya, maka berakhirlah waktu makan sahur, dan pelaksanaan puasa dimulai.
Namun sekarang ada istilah imsak yang menjadi ukuran berakhirnya waktu makan sahur. Padahal, sebelum waktu subuh tiba dan azan subuh berkumandang, makan dan minum masih boleh dilakukan (dalilnya ayat di atas tersebut).
Lebih tepatnya, imsak itu adalah “batasan kehati-hatian”, tidak sebagai dalil untuk berhenti makan sahur, tapi agar orang mempersingkat aktifitas makan sahurnya, karena beberapa menit lagi waktu subuh tiba.
5. SAAT BUKA PUASA
Waktu buka puasa ialah ketika matahari tenggelam (diiringi azan maghrib), dan perlahan-lahan malam menyelimuti bumi.
Sabda Rosululloh...
“Jika malam telah datang dari sini (timur) dan malam dari sini, dan terbenam matahari, maka sudah tiba waktu orang yang puasa.” (HR. Bukhori dan Muslim).
Perlu diperhatikan, bahwa yang menjadi patokan buka puasa ialah “matahari sudah tenggelam” di ufuk barat. Ada atau tidaknya orang yang azan maghrib (yang bisa terdengar) itu tidak masalah.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan mengenai masalah buka puasa:
· Segerakan berbuka.
Sabda Rosululloh:
“Selalu beruntung manusia dengan kebaikan, selama mereka menyegerakan buka puasa.” (HR. Bukhori dan Muslim).
· Berbuka sebelum sholat maghrib dengan makanan yang manis atau lunak.
“Adanya Rosululloh berbuka sebelum sholat maghrib dengan ruthob (kurma basah). Kalau tidak ada, dengan tamer (kurma kering). Kalau tak ada, cukup beberapa teguk air.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmizy).
· Berbuka dengan air putih.
Sabda Rosululloh:
“Jika berbuka salah seorang kamu maka dengan tamer. Jika tidak ada, maka berbukalah dengan air, karena sesungguhnya air itu membersihkan.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmizy).
Dari keterangan-keterangan Rosululloh itu bisa dipahami, bahwa...
· Utamakan berbuka dengan meminum air terlebih dahulu.
· Usahakan makanan atau minuman yang manis dan lunak, agar perut tidak kaget, mudah dicerna dan cepat memulihkan tenaga.
· Berbukalah sebelum sholat maghrib.
Demikianlah tentang soal berbuka puasa. Keterangan-keterangan dari Rosululloh itu adalah petunjuk yang harus kita ikuti.
6. SHOLAT TARAWIH
Mengenai sholat tarawih ini, tidak ada keseragaman dalam hal jumlah rokaatnya. Ada yang 11 rokaat, dan ada yang 23 rokaat (atau lebih). Bahasan di bawah ini menekankan, bahwa kita sebaiknya kembali kepada apa yang sudah dicontohkan oleh Rosululloh lewat hadits-hadits shohihnya.
· Secara bahasa, kata tarawih itu turunan dari tarwihah yang mengandung arti “istirahat”. Yakni, istirahat setelah mengerjakan sholat fardhu (isya).
· Adapun sholat tarawih itu hanya ada di bulan Romadhon saja.
· Waktunya setelah sholat fardhu isya sampai tiba waktu subuh.
· Boleh dikerjakan sendiri-sendiri atau berjamaah (di rumah, di mesjid, di mushola atau tempat-tempat lainnya).
Permasalahan pentingnya ialah dalam hal jumlah rokaatnya...
· Ada yang 8 rokaat ditambah 3 rokaat witir jadi 11 rokaat.
· Ada yang 20 rokaat ditambah 3 witir jadi 23 rokaat.
· Bahkan ada yang 30 rokaat, dan seterusnya.
Adapun yang populer di kalangan masyarakat ialah yang 11 rokaat dan 23 rokaat.
Lalu kalau dipertanyakan: mana yang terbaik?
Yang terbaik ialah kembali kepada yang dicontohkan oleh Rosululloh. Kalau adu dalil terus, gak ada beresnya! Akhirnya, malah saling berkelompok-kelompok, menjelek-jelekkan satu sama lain dan hubungan silaturahim antara sesama muslim menjadi renggang!
Ya! Kembali ke contoh (tauladan) Rosululloh.
Bukan mengikuti kata ustadz atau kata kyai dengan tanpa mempedulikan dalil dan contoh yang sudah ada. Sebab, kalau sudah ada dalil yang kuat dan contoh (tauladan) dari Rosululloh, mau cari-cari alasan apalagi?
Inilah yang dicontohkan oleh Rosululloh tentang sholat tarawih itu...
· Ummul Mukminin ‘Aisyah (rodhiyallohu anha) berkata: “Rosululloh tidak melebihi dari 11 rokaat sholat malam, baik di bulan Romadhon atau di bulan lainnya. Beliau sholat 4 rokaat yang baik dan lama, kemudian sholat lagi 4 rokaat yang baik dan lama, kemudian sholat 3 rokaat. Lalu aku bertanya: ‘Ya Rosululloh, apakah kau akan tidur sebelum witir?’
Jawab beliau: “Hai Aisyah, kedua mataku terpejam, tapi hatiku tidak tidur.” (HR. Bukhori dan Muslim).
· Dan dalam keterangan hadits shohih lainnya (yang dipersingkat), bahwa sholat tarawih itu boleh dikerjakan 2 rokaat-2 rokaat kemudian witir (1 atau 3 rokaat).
Adapun mengenai sholat tarawih 20 rokaat (belum termasuk witir) itu adalah perubahan yang dilakukan oleh sahabat Umar Bin Khoththob, Utsman Bin Affan dan Ali Bin Abi Tholib . Tujuannya ialah untuk meringankan bacaan ayat-ayat Al-Quran yang panjang-panjang itu. Karena pada masa itu banyak para sahabat yang hafal Al-Quran.
Maka berdasarkan ayat di bawah ini, yang terbaik ialah mengikuti contoh dari Rosululloh, walaupun tidak ada salahnya mengikuti contoh dari 4 sahabat yang menjadi Kholifah Ar-Rosyidin itu.
Ø “Sesungguhnya telah ada pada Rosululloh itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap (rohmat) Alloh dan (datangnya) hari kiamat, dan dia banyak mengingat Alloh.”(QS. Al-Ahzab: 21).
Ø “Katakanlah: ‘JikA kamu benar mencintai Alloh, maka ikutilah aku (Rosul), niscaya Alloh mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu’. Alloh Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Ali Imron: 31).
Demikianlah, beberapa ulasan pendek yang penting mengenai ibadah-ibadah pokok di bulan Romadhon ini. Mudah-mudahan bisa dipahami dan bisa dipraktekkan, sambil terus mencari perluasan pemahaman dari sumber-sumber lainnya.
***
BAB 2
M A N F A A T
PUASA ROMADHON
Kita fokuskan manfaat puasa Romadhon ini pada dua sasaran inti yang mudah untuk dipahami, yakni:
1. JASMANI (KESEHATAN)
Sebagaimana sudah kita ketahui, bahwa puasa itu adalah menahan makan dan minum, mulai sebelum matahari terbit sampai matahari terbenam. Sekitar 12 jam (lebih sedikit) perut dalam keadaan kosong dari makanan dan minuman. Badan pun terasa lemas-lemas, kadang-kadang disertai pening di kepala.
Apakah itu yang dibilang sehat?
Secara perhitungan otak, menahan lapar dan haus bisa berakibat buruk bagi lambung (kelebihan asam lambung) dan ginjal (kekeringan air), apalagi sampai seharian. Bahkan mungkin bisa berimplikasi ke bagian-bagian dalam organ tubuh lainnya.
Tapi, memang ajaib, sampai Romadhon tahun ini, belum ada berita tentang orang yang mati gara-gara menjalankan puasa di bulan Romadhon. Wah, seandainya ada, tentulah media-media yang pura-pura akrab dengan Islam (apalagi yang anti terhadap Islam), sudah memajangnya besar-besaran di halaman muka media mereka agar lebih cepat terbaca oleh mata yang melihatnya. Dan sudah tentu pula, isi beritanya pendangkalan-pendangkalan pemahaman ajaran Islam.
Malah, yang terjadi sebaliknya, puasa itu menyehatkan! Karena, puasa itu perintah Tuhan, dan menjalankannya dengan didasari oleh keimanan. Sudah tentu Tuhan selalu mengawasi.
Dengan meyakini bahwa perintah Alloh tidak akan salah dan mencelakakan, niscaya puasa itu akan berjalan dengan tenang, damai, menyenangkan dan menyehatkan. Dan bagi orang yang merasa tidak akan mampu melaksanakan pada saat ini, maka boleh menundanya dan menggantinya di hari-hari pada bulan lain.
Pada sebagian orang, puasa itu dikhawatirkan menimbulkan dampak buruk bagi tubuh mereka, karena mengosongkan perut dari makanan dan minuman lebih dari sepuluh jam.
Dan di sisi lain, banyak orang, mengerjakan puasa hanya karena percaya kepada Alloh, tanpa perlu tahu sejauhmana kebaikan puasa itu sendiri.
Maka, kemudian para ahli di bidang kesehatan pun tidak tinggal diam. Mereka berusaha melakukan penyelidikan-penyelidikan tentang puasa itu. Di bawah ini, saya hanya akan menyampaikan hasilnya yang penting-penting saja. Inilah beberapa poin di antaranya:
Ø Saat berpuasa, perut kekurangan zat makanan yang masuk. Maka seluruh organ tubuh bergerak menjaga keseimbangan. Untuk mendapatkan energi, tubuh mengambilnya dari timbunan lemak yang stagnan (bertumpuk) yang selama ini tidak kebagian fungsi, terutama pada orang-orang yang berbadan gemuk akibat makan semaunya secara tidak teratur.
Ø Jumlah makanan yang banyak dan masuk ke dalam perut tidak teratur, akan membuat mesin pencernaan kewalahan menanganinya. Sehingga tidak semua zat-zat makanan terserap ke dalam tubuh. Maka sisa-sisa makanan yang belum dicerna itu akan membusuk dan mengeluarkan cairan seperti nanah. Dari sinilah munculnya bakteri-bakteri yang beragam dan membahayakan tubuh.
Ø Dengan melakukan puasa, tidak akan ada makanan yang tersisa yang tidak tercerna. Karena setelah makan sahur sampai sore hari, tidak ada lagi makanan yang masuk ke dalam perut. Sehingga tidak ada lagi timbunan makanan dan lemak yang bisa mempersempit ruang-gerak jalan darah. Dengan bergeraknya lemak-lemak menjadi energi, tidak akan ada lagi penumpukan daging (kegemukan) yang bisa memberatkan tulang penyangga tubuh, yang merupakan pemicu penyakit rematik, pegal-pegal atau asam urat.
Ø Dr. Robert Berthold menyimpulkan analisanya, bahwa “puasa dengan efektif dapat membebaskan kita dari kuman-kuman...”
Ø Dr. Abdul Azis Ismail, ahli penyakit dalam, menulis: “Secara medis, puasa berfungsi untuk mengobati enteristis (penyakit radang isi perut) kronis yang disertai pembengkakan. Juga mengobati darah tinggi, sebagai terapi kencing manis, radang ginjal dan penyakit jantung...”
Ø Dr. Alexis Carl, pemenang Nobel bidang kedokteran dan ilmu bedah, dalam bukunya The Man Unknown, menulis yang ringkasan demikian: “Banyak makan membuat keseimbangan hidup manusia menjadi lumpuh... Dengan puasa, zat gula dalam hati (liver), lemak di bawah kulit, protein yang melekat pada otot-otot, kelenjar dan sel-sel hati, semuanya bergerak dalam keseimbangan organik. Jantung jadi sehat dan jaringannya jadi bersih. Jika ada yang rusak, akan diganti dengan jaringan yang baru...”
Ø Dr. Muahammad Zawahiri, ahli penyakit kulit, menulis: “Puasa mengurangi kadar air dalam tubuh dan darah. Hal ini membuat perlawanan kulit tambah kuat terhadap kuman penyakit kulit dan penyakit menular, juga bisa mengurangi radang kulit yang berat...”
Dan beliau juga menyimpulkan: “Usus besar adalah gudangnya kuman-kuman. Berkurangnya jumlah makanan yang masuk, akan memberi kesempatan kepada usus besar untuk istirahat dan menekan kuman-kuman dalam mengeluarkan racunnya, yang mana dari sinilah beberapa penyebab datangnya penyakit kulit...”
Itulah di antara keterangan-keterangan pilihan dari penyelidikan beberapa ahli di bidang kesehatan, yang mudah-mudahan menjadi inspirasi bagi penyelidikan-penyelidikan selanjutnya mengenai puasa. Sengaja saya ambil dari pakar-pakar luar-negeri, yang tujuannya untuk menambah dan melengkapi hasil penyelidikan para pakar dari dalam-negeri yang sudah ada. Dan itu membuktikan, bahwa firman Alloh dan sabda Rosululloh tidaklah akan meleset dari kebenaran!
“... Dan berpuasa itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”(QS. Al-Baqoroh: 184).
“Shumuu tashihuu. Berpuasalah, niscaya kalian sehat.” (Al-Hadits).
Jika kita sudah tahu tentang kebaikan puasa, seharusnyalah kita lebih berani lagi mengerjakan puasa, bukan hanya di bulan Romadhon ini, tapi juga di bulan-bulan lainnya (puasa-puasa sunah). Sehingga berkah dan rahmat Alloh tidak terputus hingga bertemu Romadhon tahun depannya, dan di samping itu kita juga mendapatkan nilai-nilai kesehatan bagi tubuh kita. Sempurna...!!!
2. ROHANI (PRILAKU)
Banyak manfaat yang bisa diambil dari puasa Romadhon ini bagi kebaikan rohani (prilaku) dalam kehidupan sehari-hari, di antaranya yang sangat umum ialah:
· Disiplan waktu makan. Waktu makan dan minum pada saat puasa ialah ketika sahur (dini hari, waktu fajar) dan buka (saat matahari tenggelam, waktu maghrib). Hal ini dilakukan selama puasa. Ini mengajarkan waktu makan yang disiplin, tidak sembarang waktu.
· Sikap hemat. Dengan mengatur waktu makan dan minum, maka orang yang puasa sudah menghemat pengeluaran. Artinya, tidak berlaku boros.
· Sikap sabar. Dengan menahan makan, minum dan syahwat, maka diperlukan kesabaran dalam menjalaninya. Artinya, kita diajarkan agar tidak mudah tergesa-gesa dalam melakukan segala hal dalam hidup ini.
· Konsen pada kebaikan. Orang yang puasa dilarang berkata-kata yang buruk dan berbuat kejahatan. Sebab, hal tersebut akan membuat puasa tidak ada nilainya di sisi Alloh SWT. Hal ini mengajarkan, bahwa kita harus bisa menahan diri dari berprilaku yang salah dan dosa.
· Belas kasih pada orang lain. Dengan merasakan lapar dan haus selama puasa, hal itu mengajarkan agar kita tahu, bahwa seperti itulah orang-orang miskin dalam menahan lapar dalam kehidupannya sehari-hari. Karenanya, bila kita merasa sebagai orang yang mampu (kaya) harus terketuk-hati untuk mengulurkan tangan membantu mereka.
Dan masih banyak lagi manfaat-manfaat yang bisa didapat dari puasa Romadhon. Dan hal itu akan kita rasakan secara penuh setelah kita mengerjakannya.
Barokallohu lii wa lakum.....
**********
No comments:
Post a Comment