EPISODE 3 :
MEMOHON BANTUAN KE MADINAH
Setelah membereskan permasalahan di Wadil Qura, pasukan Kaum Muslimin melanjutkan perjalanan menuju tempat tujuan. Hingga sampai di daerah Mu’an, mereka sepekat berhenti sebentar untuk mengadakan musyawarah, yakni untuk membahas langkah-langkah dalam menghadapi pasukan Romawi yang berjumlah sangat besar itu.
Dalam rapat itu diputuskan untuk menulis surat kepada Rosululloh di Madinah, yang isinya melaporkan tentang jumlah pasukan musuh yang sangat besar itu. Selanjutnyaan, menunggu jawaban dari Rosululloh, apakah beliau akan mengirimkan balabantuan, ataukah akan memberikan perintah lain dan pasukan tetap terus maju menuju medan tempur.
Namun, Abdulloh ibnu Rowahah tidak setuju dengan hasil keputusan rapat itu. Ia tampil ke muka dengan suara yang lantang:
“Wahai orang-orang!
Demi Alloh, sesungguhnya apa yang kita benci saat ini justeru itulah yang kita cari sekarang ini di luaran sana, yakni mati syahid. Kita memerangi musuh bukan karena persenjataan yang lengkap dan dengan kekuatan yang besar dan dengan jumlah tentara yang banyak.
Akan tetapi, kita memerangi musuh melainkan karena agama ini (Islam), yang dengannya kita dimuliakan oleh Alloh. Karena itu, marilah kita teruskan langkah ini. Majulah terus! Rebutlah dari dua kebaikan ini: Kemenangan dan mati syahid!”
Kata-kata yang dilontarkan Abdulloh ibnu Rowahah itu membuat semangat pasukan Kaum Muslimin menyala-nyala. Mereka kemudian membatalkan menulis surat kepada Rosululloh di Madinah.
TIBA DI MU’TAH
Dari daerah Mu’an, setelah berdiam selama dua hari dua malam, pasukan Kaum Muslimin melanjutkan perjalanan.
Kini pasukan Kaum Muslimin sudah memasuki dusun Masyarif, daerah sekitar perbatasan Balqa. Dari sini mereka bergerak menuju daerah Mu’tah, tempat di mana terbunuhnya Harits bin Umair Al-Azady.
Di daerah Mu’tah ini pasukan Kaum Muslimin membuat markas pertahanan dalam menghadapi pasukan Romawi.
Dari Mu’tah, pasukan Kaum Muslimin bisa melihat dengan jelas keberadaan pasukan Romawi yang besar jumlahnya. Berkata Abu Hurairah:
“Aku ikut serta dalam perang Mu’tah. Ketika pasukan Musyrikin Romawi mendekat, kami melihat perbekalan, perlengkapan dan persenjataan mereka tiada bandingannya, sehingga aku sendiri merasa silau...!”
Sementara itu, pasukan Romawi sudah terlebih dahulu mengambil markas di daerah Ma’ab, yang tidak jauh dari Mu’tah.
RENUNGAN SEJENAK
Saatnya... Kedua belah pihak sudah mempersiapkan segalanya.....
Satu pihak berperang membela kejayaan dunia, dengan dorongan hawa nafsu, demi mencapai kemenangan yang akan mereka banggakan untuk dibawa pulang hidup-hidup dan akan mereka rayakan dengan bersenang-senang sepuas-puasnya.
Dengan persenjataan dan perbekalan yang lengkap ditambah dengan jumlah tentara yang besar, mereka yakin akan mampu mengalahkan lawan dalam waktu singkat.
Dan satu pihak lainnya, berperang demi meraih kebahagiaan dunia dan akhirat berdasarkan keyakinan pada agama Alloh. Mereka tidak bersandar pada persenjataan dan perbekalan yang cukup ditambah dengan jumlah pasukan yang banyak demi meraih kemenangan. Justeru mereka lebih bahagia menemui kematian, karena surga mereka dapatkan.
Bagi mereka hanya ada dua pilihan yang tak ada ruginya: Hidup mulia dengan meraih kemenangan, atau mati syahid dengan mendapatkan surga!
“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Alloh, dan orang-orang kafir berperang di jalan thoghut (syetan). Maka perangilah wali-wali syetan, karena sesungguhnya strategi syetan itu lemah.” (QS. An-Nisa: 76).
“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang batil (salah) dan sesungguhnya orang-orang yang beriman mengikuti yang hak (benar) dari Tuhan mereka. Begitulah Alloh membuat perumpamaan-perumpamaan mereka bagi manusia (lainnya).” (QS. Muhammad: 3).
>>> Lanjut ke episode 4
No comments:
Post a Comment