Monday, September 21, 2015

NABI IBROHIM MENCARI TUHAN



NABI IBROHIM
MENCARI TUHAN

Menjelang tibanya Hari Raya Idul Adha (Hari Raya Qurban), maka kisah tentang Nabi Ibrohim ‘alaihissalam kembali ramai menjadi tema sentral pembicaraan, terutama yang berkaitan dengan prosesi penyembelihan puteranya (Nabi Isma’il ‘alaihissalam) sebagai qurban.
Tapi, ada sisi lain dari kisah Nabi Ibrohim ini yang tidak kalah menariknya. Yakni, kisah tentang Nabi Ibrohim MENCARI TUHAN (ALLOH).
Alloh mengabadikan kisah Nabi Ibrohim MENCARI TUHAN itu dalam Al-Quran untuk menjadi pelajaran bagi orang-orang sesudahnya......

“Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrohim kekuasaan Kami di langit dan bumi,
dan Kami jadikan agar dia termasuk orang-orang yang yakin.”

“Maka ketika malam menjadi gelap,
dia melihat bintang (yang bersinar),

dia berkata: ‘Inilah Tuhanku’.
Maka ketika bintang itu tenggelam,
dia berkata: ‘Aku tidak suka kepada sesuatu
yang tenggelam’.”

“Maka ketika dia melihat bulan terbit, 
dia berkata: ‘Inilah Tuhanku’.
Kemudian ketika bulan itu tenggelam,
dia berkata: ‘Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku,
pastilah aku termasuk bagian dari bangsa (orang-orang) yang sesat’.”

“Maka ketika dia melihat matahari,
dia berkata: ‘Inilah Tuhanku, ini lebih besar’.
Lalu saat matahari itu tenggelam,
dia berkata: ‘Hai bangsaku!
Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan itu!’.”
“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan Yang menciptakan langit dan bumi dengan mengikuti agama yang benar,
dan aku tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang musyrik.”
(QS. Al-An’am: 75-79).


RENUNGAN
Kisah Nabi Ibrohim ‘alaihissalam itu adalah salah satu contoh yang diberikan oleh Alloh dalam Al-Quran, bahwa “beriman kepada Alloh” itu haruslah melalaui proses terlebih dahulu: mencari, mengkaji dan merenungi apa-apa yang nampak di mata, terdengar di telinga dan terasa di hati, yang kesemuanya itu adalah hasil ciptaan Alloh Yang Maha Kuasa.
Kita bisa menyaksikan di alam semesta ini tentang keberadaan ayat-ayat (tanda-tanda kebesaran) Alloh, yang terdiri dari 2 (dua) bagian: ayat kauniyah dan ayat kalamiyah.

SATU: AYAT KAUNIYAH
Ayat Kauniyah ialah berupa ciptaan-ciptaan Alloh, seperti: langit, bumi, matahari, bulan, bintang dan benda-benda/mahkluk-makhluk lainnya yang ada di alam semesta yang luas tanpa batas ini.
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Alloh Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, kemudian Dia menetap di atas Arsy (Singgasana) untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa’at kecuali setelah ada izin-Nya. Demikianlah Alloh, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil peringatan?” (QS. Yunus: 3).

DUA: AYAT KALAMIYAH
Ayat kalamiyah ialah berupa wahyu yang ditulis dalam Kitab-Kitab Alloh, seperti: Zabur, Taurot, Injil dan Al-Quran.
Ayat Kalamiyah ini bisa dipelajari, dikaji dan direnungi lewat membacanya dengan huruf-huruf.
“Bacalah dengan Nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia (Tuhan) menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu Yang Paling Pemurah, Yang mengajar dengan kalam (kalimat). Dia mengajarkan manusia tentang apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq: 1-5). 

Jadi, proses “beriman kepada Alloh” itu harus didasari oleh kajian dan renungan tentang ciptaan-ciptaan Alloh melalui kemampuan akal (otak, pemikiran) dan kalbu (hati, perasaan). Setelah itu, diperkuat oleh dalil-dalil dari Wahyu Alloh (Al-Kitab, Al-Quran). Sehingga, keimanan kepada Alloh itu terbentuk dengan benar, yakni: sesuai dengan petunjuk-petunjuk-Nya.
Dari proses “beriman kepada Alloh” yang seperti itu, maka akan menghasilkan kekuatan keyakinan yang benar-benar tidak tergoyahkan oleh pemahaman-pemahaman lainnya yang akan menyimpangkannya.
Dengan demikian, “beriman kepada Alloh” itu tidak cukup hanya ikut-ikutan saja tanpa didukung oleh pemikiran, pemahaman dan dalil-dalil dari Alloh. “Beriman” yang seperti ini (ikut-ikutan) tidak akan tertancap kuat di dalam diri seseorang, akan mudah terombang-ambing dan akhirnya bisa murtad kembali. Seperti inilah gambarannya......

“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Alloh dengan berada di pinggir (ikut-ikutan). Maka jika dia mendapat kebaikan, tetaplah dia beribadah kepada Alloh; dan jika dia mendapat fitnah (bencana, ujian), berbaliklah wajahnya (ke belakang, mundur, murtad). Rugilah dia di dunia dan akhirat. Demikian itu adalah kerugian yang nyata.”

Hal itu disebabkan karena......

“Mereka tidak mengenal (mengkaji dan memahami) Alloh dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya  Alloh Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”   
(QS. Al-Hajj: 11 dan 74).

Nah, akhirnya......
Marilah kita tengok diri ini: sudah sejauhmana “pemahaman dan pengenalan” terhadap Alloh. Hal ini sangat menentukan tinggi-rendahnya iman dan kekuatan semangat ibadah kita. Semakin kenal dengan Alloh, akan semakin merasa dekat dengan-Nya dan akan semakin khusyuk beribadah kepada-Nya (sebagai bekal/persiapan untuk bertemu dengan-Nya di akhirat nanti).

Ya, mari......! Perbaharui dan perbaiki terus iman dalam diri ini. Go update always...!
 
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Tuhan kami adalah Alloh’, kemudian mereka tetap istiqomah (teguh pendirian), maka tidak ada ketakutan atas mereka dan mereka tidak akan bersedih hati. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya, sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Ahqof: 13-14).

Barokallohu lii wa lakum......

**********
 

1 comment:

  1. Semoga jadi pelajaran bagi kita umat nabi muhammad saw...amiin..

    ReplyDelete