Tuesday, September 15, 2015

ENAM PERUMPAMAAN BINATANG BAGI MANUSIA






ENAM
PERUMPAMAAN BINATANG
BAGI MANUSIA
(Tentang: anjing, laba-laba, keledai, nyamuk, onta dan lalat)



Banyak sekali perumpamaan-perumpamaan yang disampaikan oleh Al-Quran. Bukan hanya dalam satu ayat, tapi diulang-ulang pada ayat-ayat yang lainnya.
Tujuan perumpamaan-perumpamaan itu adalah agar manusia mengambil pelajaran, sehingga berhati-hati dalam mengambil keputusan dan tindakan.

“... Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia, agar mereka berpikir.” (QS. Al-Hasyr: 21).


6 Perumpamaan Binatang” ini
adalah
yang berhubungan dengan manusia,
yaitu tentang
sikap dan prilakunya
dalam kehidupan di dunia ini
terhadap Alloh.

Mari
kita telusuri
satu per satu...



11. PERUMPAMAAN ANJING






Firman Alloh:
“Dan kalau Kami menghendaki, sungguh Kami tinggikan (derajat)-nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada harta dunia dan mengikuti hawa nafsunya,
maka perumpamaannya ialah seperti anjing: apabila kamu mengusirnya, dia mengulurkan lidahnya; atau jika kamu membiarkannya, dia mengulurkan lidahnya juga.
Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami.
Maka ceritakanlah kisah-kisah itu, agar mereka berpikir.”(QS. Al-A’rof: 176).

Perumpamaan “seperti anjing” itu diberikan kepada orang-orang yang “mendustakan (menolak) ayat-ayat Alloh”, yaitu orang-orang yang:
·         “Melepaskan diri dari ayat-ayat Alloh” (QS. Al-A’rof: 175). Artinya, mereka tidak mau terikat atau diatur oleh ketentuan-ketentuan dari Alloh.
·          “Bekerja-sama dengan syetan”. Yaitu, memilih syetan sebagai temannya dalam menjalani hidup ini.
·         “Cenderung kepada materi duniawi”. Yaitu, mengejar dunia habis-habisan sebagai kesenangannya.
·         “Mengikuti hawa nafsu”. Yakni, menjadikan hawa nafsu sebagai “tuhan” yang mengendalikan dirinya.

Perumpamaan “seperti anjing” ini tentu sangat hina. Sebagaimana firman Alloh pada ayat berikutnya:
“Sangatlah buruk perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan diri mereka telah berbuat zholim.”(QS. Al-A’rof: 177).

Ada tiga hal penting yang berkaitan dengan anjing itu, ialah:
Satu: Secara hukum Islam, anjing adalah binatang yang dihukumkan “najis” (artinya: “kotor”). Orang yang menyentuhnya dan disentuhnya, cara membersihkannya ialah ada aturan-aturannya.
Sebagaimana sabda Rosululloh ini:
 “Cara membersihkan bejana (atau benda apa saja) milik salah seorang kamu, apabila dijilat oleh anjing, basuhlah tujuh kali, air yang pertama kali campur dengan tanah.”(HR. Muslim).

Itulah bukti, bahwa jilatan bekas anjing itu berbeda dengan binatang-binatang lainnya. Karenanya, cara mencucinyapun sangat berbeda. Hanya dengan cara yang diperintahkan oleh Rosululloh itulah bekas jilatan anjing bisa dibersihkan. 

Dua: Anjing (terutama yang berbulu/warna hitam) ialah binatang yang sering dijadikan objek “penyerupaan” oleh jin jahat. Biasanya ini ialah ulah orang-orang main ilmu hitam, pesugihan, perdukunan, atau orang-orang yang bertujuan jahat lainnya.
Sabda Rosululloh:
“Andai anjing itu bukan suatu umat, nisacaya aku memerintahkan pembunuhannya, tapi aku takut memusnahkan suatu umat. Karena itu
bunuhlah setiap binatang hitam di antaranya, sebab dia adalah jinnya atau dari (penyerupaan) jinnya.” (HR. Muslim).
Dan hadits lain lebih menguatkan lagi:
“Ditanya: ‘Wahai Abu Dzarr! Mengapa anjing hitam dibedakan dengan anjing merah atau anjing kuning?’
Jawabnya: ‘Wahai anak saudaraku! Dulu saya bertanya kepada Rosululloh sebagaimana kamu sekarang bertanya kepadaku, lalu beliau bersabda:
’Al-kalbul-aswadu syaithoon. Anjing hitam itu adalah syetan’.”(HR. Muslim, An-Nasai, Ibnu Majah dan Ad-Darimy).  

Tiga: Malaikat tidak mau masuk ke dalam rumah yang ada anjing di dalamnya. Entah apa alasannya. Yang jelas, malaikat tidak suka dengan keberadaan anjing. Berarti, kalaupun mau memelihara anjing untuk tujuan menjaga rumah, ladang atau tempat-tempat lainnya, maka anjing itu harus ditempatkan secara terpisah dari rumah tempat tinggal kita. Jadi, jangan dibiarkan anjing itu berkeliaran di sekitar rumah (terutama keluar-masuk ke dalam rumah).

Sabda Rosululloh:
“Malaikat tidak akan masuk rumah yang di dalamnya ada anjing dan ada gambar (makhluk hidup).”(HR. Bukhori dan Muslim).

Kemudian, beberapa prilaku anjing yang sering digambarkan kepada diri manusia antara lain:
·         Sebagai “penjilat”. Yaitu, karena anjing selalu “mengulurkan lidahnya”, baik itu saat  diusir ataupun  saat biarkan. Hal itu juga bisa diartikan sebagai sifat orang yang bermuka tebal (tak tahu malu) dan berjiwa rendah (tak punya kehormatan).
·         Sebagai “pengkhianat”. Yaitu, saat orang menolongnya, dia tidak mau bilang terima kasih. Sebagaimana pepatah mengatakan: “Bagai menolong anjing yang kecebur. Setelah ditolong, dia malah menggigit orang yang menolongnya”!
·         Sebagai “orang pengecut”. Dia mengejar orang yang lari ketakutan. Tapi ketika ada musuh yang berani menghadapinya, dia lalu menggonggong-gonggong, sebagai pertanda memanggil teman-temannya untuk diajak
mengeroyok lawannya. Sementara lawan yang berani, tidak akan takut dengan gonggongannya, sebagaimana kata pepatah: “Anjing menggonggong, kafilah berlalu”!
·         Senang memakan “barang-barang kotor”. Ini menggambarkan prilaku manusia yang suka memakan barang-barang yang haram, seperti: harta orang lain, harta hasil riba, harta hasil menipu, harta hasil korupsi, harta hasil pesugihan, harta anak yatim, harta orang miskin dan harta-harta lainnya yang didapat dengan cara yang batil.    

Dengan demikian, agar kita tidak “seperti anjing”, maka kita harus mau menerima ayat-ayat Alloh dan mentaatinya dalam kehidupan ini. Sebagaimana firman Alloh diawal ayat tersebut di atas:
“... Sungguh Kami akan mengangkat (derajat)-nya dengan ayat-ayat itu...” (QS. Al-A’rof: 176).

**

2.  PERUMPAMAAN LABA-LABA


Firman Alloh:
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung (wali) selain Alloh, ialah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya selemah-lemahnya rumah ialah sebenarnya rumah laba-laba, jika mereka mengetahui.”(QS. Al-‘Ankabut: 41).


Dalam ayat tersebut, ada dua kata penting dalam tema bahasannya, yaitu:
·         “Awliyaa”.
·         “Al-‘Ankabut”.



Pembahasan pertama dari ayat di atas ialah tentang: awliyaa.

Awliyaa” asal kata dari “walii” yang artinya: orang yang sangat dekat, pelindung, penolong, penguasa, penuntun atau pemimpin.

Dalam ayat di atas, awliyaa/walii yang dimaksud itu ialah “lawan” atau “saingan” Alloh. Berarti, posisinya sama dengan “tuhan”. Sebab, orang yang “mengambil selain Alloh” berarti dia sudah mengambil “tuhan lain” yang bukan Alloh.
Yang dimaksud dengan “awliyaa/walii” atau “tuhan lain” selain Alloh itu bisa berupa:
·         Benda mati atau benda tidak bergerak, seperti: gunung, batu, senjata, kuburan, kitab, hukum, pohon dan yang lainnya.
“Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan dari bumi yang bisa menghidupkan (makhluk)?”(QS. Al-Anbiya: 21).
·         Makhluk hidup, yaitu:
o   Manusia, seperti: dukun, raja, pemimpin, orang sakti, orang pinter, orang suci dan yang lainnya.
“Mereka menjadikan orang-orang alim mereka (ulama), dan rahib-rahib (guru, pemimpin) sebagai Tuhan selain Alloh dan (juga mempertuhankan) Al-Masih (Isa) putera Maryam. Padahal mereka hanya diperintah menyembah Tuhan
Yang Maha Esa. Tiada Tuahan selain Dia. Maha Suci Alloh dari apa yang mereka persekutukan.”(QS. At-Taubah: 31).
o   Hewan, seperti: sapi keramat, kerbau keramat, burung ajaib, harimau sakti dan yang lainnya.
“Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka anak sapi yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: ‘Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tapi Musa sudah lupa’.”(QS. Thoha: 88, dan lihat  QS. Al-A’rof: 148).
o   Jin, seperti: keruhun, arwah leluhur, arwah orang sakti, arwah nenek moyang dan yang lainnya.
“Dan sesungguhnya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesesatan.”(QS. Al-Jin: 6).
“Malaikat-malaikat berkata: ‘Maha Suci Engkau. Engkaulah Pelindung kami, bukan mereka (jin-jin). Bahkan mereka telah menyembah jin. Kebanyakan mereka beriman kepada jin itu’.” (QS. Saba: 41).

Itulah “tuhan-tuhan selain Alloh” yang sering dijadikan “pelindung, penolong, tempat bergantung, tempat berdoa, dan disembah-sembah atau dipuja-puja”.
Dan satu hal yang harus digaris-bawahi lagi ialah, bahwa orang-orang yang sudah mengambil “tuhan-tuhan selain Alloh” itu, mereka merasa “yakin dan takut” terhadap tuhan-tuhannya yang palsu itu, sama seperti orang-orang beriman yakin dan takut kepada Alloh.

Pembahasan yang kedua ialah tentang: al-‘ankabut.
Al-‘ankabut ialah binatang laba-laba. Besarnya maksimal seperti jari kelingking. Di antaranya ada yang beracun.

Yang terkenal dari laba-laba ialah kepandaiannya membuat rumah (sarang) yang berbentuk seperti jaring-jaring. Salah satu fungsi rumahnya ialah untuk menjebak mangsanya (hewan-hewan lain) yang lalu-lalang di sekitarnya. Hewan-hewan yang terjebak itu akan dihisap cairan dalam tubuhnya. Itulah cara makan laba-laba.
Tapi, yang disorot oleh Al-Quran untuk dijadikan pelajaran ialah “rumah/sarang (bait)” dari laba-laba itu.
Sebagaimana kenyataannya yang terlihat, bahwa rumah/sarang laba-laba itu “sangat lemah” jika dibandingkan dengan rumah/sarang hewan-hewan lainnya.

Ciri khas rumah laba-laba ialah:
·         Menggantung di mana-mana (di pohon atau di bangunan). 
·         Tidak ada tempat duduk atau tempat berpijak untuk kaki.
·         Tidak ada ruangan sejenis lobang atau kandang.
·         Mudah diombang-ambing oleh angin.
·         Mudah terkena hujan dan panas matahari.

Itulah di antaranya karakteristik dari rumah laba-laba yang bisa kita saksikan dengan mudah keberadaannya di sekitar kita.
Dan itulah... sebuah gambaran dari orang-orang yang mengambil wali  (pemimpin, penolong, pelindung) selain Alloh (seperti dari benda mati, manusia atau jin), bahwa keberadaan mereka itu sama saja “tinggal di rumah laba-laba” itu. Tentu saja, mereka tidak akan bisa menyelamatkan diri mereka, apalagi dari azab Alloh.
Dengan demikian, hanya Alloh-lah sebaik-baiknya pelindung, penolong dan tempat bergantung dalam kehidupan ini. Karena, Dia-lah Sang Penguasa langit dan bumi ini.
“Dan kepunyaan Alloh-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah ada Wajah Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Luas (kekuasaan-Nya) lagi Maha Mengetahui.”(QS. Al-Baqoroh: 11 ia5).
Ulil-amri ialah “orang yang ahli dalam memerintah”. Sering diterjemahkan: ulil-amri sama dengan pemimpin/pemerintah.
Maka, orang-orang beriman yang hendak mengambil awliaa/walii (pemimpin, penolong, pelindung) dalam urusan pemerintahan di dunia, yang sesuai dengan petunjuk Alloh ialah ulil-amri minkum, yakni: “ahli pemerintahan dari (kalangan) kamu (muslim/mu’min)”- (baca: QS. An-Nisa: 59).
Dengan demikian, Alloh MELARANG mengambil awliaa/walii/ulil-amri/pemimpin dari orang yang tidak beriman/non-muslim/kafir !!

Inilah ayat-ayat larangan dari Alloh dalam Al-Quran tentang hal tersebut:
·         Jangan mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu’min (QS. An-Nisa: 144).
o   Orang-orang kafir akan memurtadkanmu dari agamamu (QS. Ali Imron: 149).
o   Mereka tiada henti memerangi Islam (QS. Al-Baqoroh: 217).
o   Konsekwensinya, Alloh lepas-tangan darinya (tidak peduli) (QS. Ali Imron: 28).
o   Akan mendapat azab yang pedih (QS. An-Nisa: 138-139).
·         Jangan mengambil orang-orang Yahudi dan Nashroni menjadi wali (QS. Al-Maidah: 51).
o   Orang-orang Yahudi dan Nashroni tidak rela melihat orang beragama Islam (QS. Al-Baqoroh: 120).
o   Orang-orang Yahudi sangat keras memusuhi Islam, sedang Nashroni sedikit lunak (QS. Al-Maidah: 82).
·         Jangan mengambil wali dari orang-orang yang mengejek dan mempermainkan agama (QS. Al-Maidah:57).
·         Jangan mengambil wali dari orang-orang di luar kalanganmu (QS. Ali Imron: 118).

            **

3.    PERUMPAMAAN KELEDAI


Firman Alloh:
“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya kitab Taurot kemudian mereka tiada memikulnya, ialah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Sangat buruklah perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Alloh itu. Dan Alloh tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zholim.”(QS. Al-Jumu’ah: 5).

Ayat ini menerangkan tentang orang-orang Bani Isroil atau Yahudi yang diberikan oleh Alloh kitab Taurot, kemudian mereka tidak mau melaksanakan atau mengikuti ajaran-ajaran yang terkandung dalam kitab itu.
Dan ayat ini, sejatinya ialah sebagai pelajaran bagi orang-orang yang sudah diturunkan kitab-kitab kepada mereka, di antaranya yang terakhir ialah kitab Al-Quran.
Perumpamaan dalam ayat ini, bukanlah tertuju kepada “diri” si keledai itu (seperti pada perumpamaan tentang anjing). Tapi, tertuju kepada “keledai yang memikul/membawa kitab-kitab yang tebal” itu.
Arti dari perumpamaan tersebut ialah, tertuju kepada orang-orang yang sudah diturunkan oleh Alloh kitab-kitab (di antaranya Al-Quran), tapi mereka tidak mau mempelajari, mengajarkan dan mengamalkan isinya dalam kehidupan mereka.
Di katakan dalam ayat ini, bahwa perumpamaan seperti itu “sangatlah buruk (bi-sa matsal)”. Sebabnya ialah:
·         Keledai (dan semua binatang) tidaklah bisa membaca dan menulis, apalagi mempelajari dan mengamalkan isi sebuah kitab. Karena, dia tidak dibekali oleh Alloh kemampuan untuk mengenal huruf-huruf dan bisa membaca. Keberadaan fisik hati dan otaknya hanyalah untuk keseimbangan hidup badannya, dan tidak ada kecerdasan dalam berpikir dan daya-ingat yang bisa menyimpan dan membedakan segala sesuatu (yang dilihat, didengar dan dirasakannya).
·         Manusia memiliki otak yang menyimpan kecerdasan dan hati yang bisa menentukan dan membedakan baik dan buruk. Dengan otak dan hatinya, manusia bisa belajar dan mendalami berbagai macam ilmu. Setelah itu, dia bisa mengajarkan dan mengamalkan apa-apa yang sudah dipelajarinya itu.

Oleh karena itu, sangatlah wajar kalau keledai itu hanya bisa “memikul/membawa kitab-kitab di punggungnya”, dan sampai kapanpun dia tidak akan pernah bisa tahu dan memahami isi dari kitab-kitab itu.
Sedangkan manusia, dia punya otak dan hati yang bisa mempelajari, mendalami dan memahami isi kitab-kitab itu. Lalu, kenapa dia tidak mau mentaati dan mengamalkan isi kitab-kitab itu?

Nah, apalah bedanya dengan keledai itu?!

Itulah... “orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Alloh”. Artinya, mereka sama saja sudah menolak ayat-ayat Alloh, padahal mereka punya kemampuan untuk mengamalkannya. Dengan begitu, mereka sudah menzholimi dirinya sendiri, dan mereka berada dalam kesesatan...!
“... Dan Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zholim.”(QS. Al-Jumu’ah: 5).

**

4.   PERUMPAMAAN ONTA


Firman Alloh:
“Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri, sekali-kali tidaklah akan dibukakan pintu-pintu langit dan tidaklah mereka masuk surga sampai onta masuk ke lobang jarum. Demikianlah Kami membalas orang-orang yang berdosa.”(QS. Al-A’rof: 40).

Inti dari ayat ini ialah:
·         Mendustakan ayat-ayat Alloh (kadzdzabuu bi-aayaatillah).
·         Sombong terhadap ayat-ayat Alloh (istakbaruuan aayaatillah).
·         Pintu-pintu langit (abwaabus-samaa-i).
·         Onta masuk ke lobang jarum (yalijal-jamalu fii sammil-khiyath).

Maka, ada “dua sebab” yang kemudian melahirkan “dua akibat”. Yaitu, sebabnya ialah:
·         Mendustakan ayat-ayat Alloh. Ialah, tidak mau membaca, mempelajari dan mengamalkan kitab yang sudah diturunkan oleh Alloh (salah satunya Al-Quran). Hanya sibuk dengan urusan-urusan duniawi semata.
·         Sombong terhadap ayat-ayat Alloh. Ialah, sudah tidak mau menerima ajaran-ajaran Alloh, ditambah lagi berlaku sombong. Yakni, menghina, merendahkan dan merasa tidak perlu lagi adanya petunjuk-petunjuk agama. Menganggapnya semua itu seolah-olah omong kosong belaka.


Maka, akibatnya ialah:
·         Pintu-pintu langit tidak akan dibukakan bagi orang-orang yang “mendusatakan dan sombong” terhadap ayat-ayat Alloh itu. Maksudnya ialah:
o   Doa mereka tidak diterima oleh Alloh yang ada di atas sana.
o   Mereka tidak mendapat rahmat dari
langit (berupa air hujan, angin yang menyegarkan atau nikmat yang lainnya).
o   Mereka berada dalam kegelisahan, karena dihantui oleh ketakutan terhadap badai yang akan menghancurkan segala kemewahan yang dimilikinya.
·         Mereka tidak akan masuk surga sampai onta masuk ke lobang jarum. Artinya, selama-lamanya mereka tidak akan bisa masuk surga, sebagaimana onta yang tidak akan pernah bisa masuk ke lobang jarum. Hal ini benar-benar merupakan “harga-mati” bagi mereka: tidak ada lagi pilihan yang lain, selain masuk ke dalam neraka!
“Bagi mereka tikar tidurnya dari api neraka Jahannam, dan dari atas mereka ada selimut (dari api). Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zholim.”(QS. Al-A’rof: 41).

**


5.    PERUMPAMAAN NYAMUK



Firman Alloh:
“Sesungguhnya Alloh tiada malu membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka mengetahui bahwa sesungguhnya perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka. Tetapi orang-orang yang kafir mengatakan: ‘Apakah maksud Alloh dengan menjadikan ini sebagai perumpamaan?’ Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan oleh Alloh, dan dengan perumpamaan itu pula banyak orang yang mendapat petunjuk. Dan tidak ada orang yang disesatkan Alloh kecuali orang-orang  yang fasik.”(QS. Al-Baqoroh: 26).

Dalam ayat ini Alloh menjadikan nyamuk (ba’uudhun) sebagai perumpamaan. Namun Dia tidak menerangkan untuk orang macam apa perumpamaan nyamuk itu di arahkan. Dia hanya menjelaskan:
·         Bahwa Dia tidak malu membuat perumpamaan dengan binatang seperti nyamuk, bahkan yang lebih rendah lagi dari nyamuk itu.
·         Bahwa dengan perumpamaan itu banyak orang yang menjadi sesat.
·         Bahwa dengan perumpamaan itu banyak orang yang mendapat petunjuk.
·         Bahwa yang sesat adalah orang yang fasik.

Sekarang mari kita coba sedikit mengenal nyamuk...
Nyamuk ialah binatang sejenis serangga yang berbadan kecil seukuran ujung lidi (sapu). Makanannya terutama ialah darah (manusia atau hewan besar). Bisa dikatakan, dia adalah “monster kecil penghisap darah”.
Ada dua pelajaran besar yang berkaitan dengan nyamuk, adalah:
·         Sebagai pemberi inspirasi munculnya “jarum suntik” yang berfungsi memasukkan obat dengan menusukkan jarum ke dalam daging. Dan alat tersebut hingga sekarang sangat berguna di dunia kedokteran.
·         Sebagai pemberi motivasi untuk membangun pabrik-pabrik racun anti-nyamuk, seperti anti nyamuk bakar, anti nyamuk cair (untuk disemprotkan) dan anti nyamuk pasta/krim (untuk dioleskan). Sebab, bekas hisapan nyamuk di tubuh bisa mengakibatkan penyakit, dari bentol-bentol dan gatal di kulit, sampai kepada yang lebih parah seperti malaria, cikungunyah dan demam berdarah.

Nah, pada intinya, perumpamaan di atas itu adalah mengajak manusia untuk berpikir. Sebab, dalam perumpamaan itu ada “petunjuk” yang akan mengarahkan kepada hal-hal yang “menguntungkan” dan “merugikan”, sehingga manusia bisa mempersiapkan-diri sejak dini untuk menghadapinya.
Adapun orang-orang yang tidak mau tahu tentang perumpamaan yang diberikan Alloh itu, mereka akan lengah dan tidak memiliki persiapan-diri saat menghadapi hal-hal yang tidak diinginkannya...
“Mereka itulah orang-orang yang rugi.”(QS. Al-Baqoroh: 27).

**

6.    PERUMPAMAAN LALAT


Firman Alloh:
“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu minta dari selain Alloh itu, sekali-kali tidaklah dapat menciptakan seekor lalat pun, meskipun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya lagi dari lalat itu. Sangatlah lemah yang meminta (menyembah) dan sangat lemah pula yang diminta (disembah).”(QS. Al-Hajj: 73).

Ayat ini berkisar pada orang-orang yang “meminta” kepada selain dari Alloh.
Kata “minta/meminta” dalam ayat ini terjemahan dari “tad’uun” yang asalnya dari “da’a” (artinya: doa, seru, minta, sembah).
Maka, siapapun dan apapun yang kamu “seru, minta atau sembah” selain dari Alloh itu, sungguh mereka “tidak akan mampu menciptakan seekor lalat sekalipun”.
Dan buktinya, sampai hari ini, belum ada seorang manusiapun yang bisa menciptakan lalat seperti lalat ciptaan Alloh itu, walaupun para ahli perbinatangan seluruh dunia berkumpul menjadi satu untuk menciptakannya.
Bahkan, ketika lalat itu merampas makanan mereka yang terhidang di meja, mereka tidak mampu merebutnya lagi.
Hal ini harus benar-benar disadari oleh manusia. Bahwa dirinya sangat lemah di hadapan Alloh, apalagi jika ditambah dengan mengambil tuhan-tuhan selain Alloh...
Oleh karena itu, perumpamaan tentang lalat itu adalah mengingatkan manusia, agar mereka kembali kepada Alloh, bahwa hanya Dia-lah tempat meminta, menyeru, berdoa dan menyembah...

**


KESIMPULAN

Demikianlah “6 perumpamaan binatang” yang bisa kita temukan dalam Al-Quran. Dan tentunya, masih banyak perumpamaan-perumpamaan lainnya yang bisa kita pelajari lagi.
“Dan sesungguhnya pada binatang itu benar-benar ada pelajaran buat kamu...”(QS. An-Nahl: 66).

Dari “6 perumpamaan” tersebut, masing-masing memiliki karakteristik sendiri-sendiri, ialah:
1.      Tentang: “orang-orang yang cinta dunia dan menuruti hawa nafsu”.
2.      Tentang: “orang-orang yang mengambil wali (pelindung, penolong, pemimpin) selain Alloh”.
3.      Tentang: “Ahli Kitab (orang-orang yang diturunkan kitab) yang tidak mengamalkan isi kitab tersebut”.
4.      Tentang: “orang-orang yang mendustakan dan berlaku sombong terhadap ayat-ayat Alloh”.
5.      Tentang: “sikap orang-orang kafir terhadap perumpamaan yang diberikan oleh Alloh”.
6.      Tentang: “orang-orang yang meminta, berdoa atau beribadah kepada selain Alloh”.

Adanya perumpamaan-perumpamaan itu adalah ditujukan kepada manusia. Yakni, agar mereka berpikir dan mengambil pelajaran, sehingga merubah sesuatu yang kurang baik menjadi yang lebih baik.
“Dan itulah perumpamaan-perumpamaan Kami buatkan untuk manusia. Dan tiadalah orang menggunakan otaknya, kecuali orang-orang yang berilmu.”(QS. Al-‘Ankabut: 43).

Dan ditujukan bukan hanya bagi manusia yang hidup di saat itu (masa lalu), tapi juga untuk generasi manusia sesudahnya (sampai hari ini).
“Maka Kami jadikan yang demikian (contoh) itu bagi orang-orang di masa itu dan bagi mereka yang datang kemudian (sesudahnya, hingga hari ini), dan itu menjadi pelajaran (maw’izhoh) bagi orang-orang yang bertakwa.”(QS. Al-Baqoroh: 66).

Kemudian perumpamaan-perumpamaan itu dibuat bukan cuma satu kali, tapi diulang-ulang oleh Alloh.
“Dan sungguh Kami telah mengulang-ulang kepada manusia dalam Al-Quran ini tiap-tiap perumpamaan. Maka kebanyakan manusia tidak suka, selain menutup-diri (tidak percaya).”(QS. Al-Isro: 89).
“... Dan adalah manusia kebanyakan sesuatu yang membantah.”(QS. Al-Kahfi: 54).

Sedangkan tujuan dari perumpamaan-perumpamaan itu bukan untuk main-main atau basa-basi yang lucu dan buang-buang waktu, melainkan ialah:
·         Sebagai maw’izhoh (pelajaran).
“... Dan itu menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqoroh: 66).
Kita bisa mengambil “pelajaran” dari perumpamaan atau contoh dalam Al-Quran itu, agar kita bisa menempatkan diri kita pada tempat yang benar, dan agar kita bisa menghindar dari hal-hal yang akan mencelakakan kita.
·         Sebagai ‘ibroh (pengajaran).
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang aktif berpikir...”(QS. Yusuf: 111).
Kisah tentang anjing, monyet dan yang lainnya itu bisa menjadi “guru”, yang “mengajarkan” kepada kita mengenai mana hal yang baik dan hal yang buruk yang sudah terjadi dan dialami. Dan, pengalaman adalah guru yang terbaik, the experience is best teacher !
·         Sebagai tadzkiroh (peringatan).
Peringatan itu diberikan kepada orang-orang yang lalai atau lupa. Makanya, adanya perumpamaan-perumpamaan, kisah-kisah, kejadian-kejadian dan yang sejenisnya itu adalah “mengingatkan” agar kita selalu “waspada” dalam perjalanan hidup ini. Maka kalau kita sempat lalai atau lupa, segeralah kembali ke jalan yang lurus (benar) itu.
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Alloh, lalu Alloh menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.”(QS. Al-Hasyr: 19).
·         Sebagai tafkiroh (renungan).
“... Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir.”(QS. Al-Hasyr: 21).
Perumpamaan-perumpamaan dalam Al-Quran itu hendaknya menjadi pemikiran buat kita. Lalu membandingkannya dengan keadaan diri kita. Dari sini kita bisa mendapatkan ide dan motivasi, kemudian berusaha berbuat dan menjadi yang lebih baik lagi dari yang sudah ada. 
·         Sebagai ma’dziroh (pelepasan tanggung jawab).
Setelah diberikan pelajaran, pengajaran, peringatan dan pemikiran, tapi masih saja membandel di jalan yang sesat (tidak mau kembali ke jalan yang benar), maka tidak ada lagi tanggung jawab untuk membuatnya berubah, sudah saatnya berlepas diri darinya. Jadi, tidak ada lagi tuntutan darinya. “Bukankah sudah aku sampaikan kepadamu berkali-kali...?”
“Dan ketika suatu umat di antara mereka berkata:
 ‘Kenapa kamu menasehati kaum yang Alloh akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang keras?’
Mereka menjawab: ‘Agar kami mempunyai alasan (berlepas diri) kepada Tuhanmu, dan mudah-mudahan mereka bertakwa’. ”(QS. Al-A’rof: 164).

Itulah perumpamaan-perumpamaan yang sudah terjadi di masa lalu. Dan hari ini kita menjadikannya sebagai maw’izhoh (pengajaran), ‘ibroh (pelajaran), tadzkiroh (peringatan), tafkiroh (pemikiran) dan ma’dziroh (pelepasan tanggung-jawab). Apa-apa yang sudah dilakukan oleh orang-orang di masa lalu itu tidak ada hubungannya dengan diri kita dalam pertanggung-jawabannya di hadapan Alloh. Semua baik dan buruknya adalah menjadi tanggungan mereka sepenuhnya...
“Itulah umat yang telah lalu. Baginya apa yang diusahakannya, dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan. Dan kamu tidak akan diminta pertanggung-jawaban tentang apa yang sudah mereka kerjakan.”(QS. Al-Baqoroh: 141).

Demikianlah kesimpulan sederhana dari perumpamaan-perumpamaan yang sudah dibahas di atas itu.
Dengan adanya kajian ini, hendaknya kita sering-sering mengontrol dan mengintrospeksi diri ini dalam perjalanan di kehidupan ini.

(Untuk lebih melengkapi kajian ini, baca pula: MENYEMBELIH JIWA KEBINATANGAN)

*******









1 comment:

  1. Jangan hanya baca aja ...ayoo ...kita koment beri dukungan dan penghargaan bagi blogger atas dedikasih demi dakwah....

    ReplyDelete