Monday, August 24, 2015

KHUTBAH IDUL ADHA: MENYEMBELIH JIWA KEBINATANGAN

(KHUTBAH HARI RAYA IDUL ADHA)

Penyembelihan hewan pada Hari Raya Qurban adalah merupakan sebuah "simbol" bagi manusia, khususnya kaum muslimin.
Pada hakikatnya, yang harus disembelih ialah "jiwa kebinatangan" yang ada pada diri manusia.
Namun, apakah manusia sudah menyadari, bahwa dalam dirinya ada unsur-unsur "jiwa kebinatangan" itu?
Saatnya menyembelih "jiwa kebinatangan" setiap Hari Raya Idul Adha ini !!!

“Daging-daging unta (sapi atau domba) dan darahnya itu
sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhoan) Alloh,
tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya...”
(QS. Al-Hajj: 37).


Hari raya adalah puncak kesakralan dalam ritual setiap agama.
Idul Adha adalah hari raya terbesar kedua setelah Idul Fitri. Idul Adha identik dengan hari pengorbanan, di mana hewan-hewan qurban disemblih sebagai simbol ketakwaan kepada Alloh ‘Azza wa Jalla. Ibadah ini diawali oleh keluarga Nabi Ibrohim ‘alaihissalam.
Maka tatkala anak itu (Ismail) telah sampai dewasa, bersama Ibrohim menyampaikan sebuah berita...
Berkata Ibrohim: “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyemblihmu. Maka renungkanlah bagaimana pendapatmu?”
            Ismail menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Aku pasrah, insya Alloh termasuk orang-orang yang sabar”.
Saat prosesi penyemblihan itu hampir terjadi, Alloh memanggil Ibrohim...
“Hai Ibrohim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu... ”
Kemudian Alloh mengganti Ismail dengan seekor semblihan yang besar. (Lihat: QS. Ash-Shaffat: 102-107).

Tahun ini kisah penyemlihan itu di ulang lagi, yakni terhadap hewan-hewan qurban di Hari Raya Idul Adha. Ada pelajaran yang sangat besar dari tetes-tetes darah hewan-hewan yang pasrah itu.

Mengapa tubuh Ismail diganti dengan seekor binatang besar (sejenis domba)?

Manusia adalah kholifah Alloh di bumi ini. Perintah penyemblihan itu adalah hanya ujian bagi orang yang beriman. Sebab, nilai manusia adalah lebih tinggi daripada binatang. Maka  yang lebih tepat disemblih sebagai qurban ialah binatang, bukan manusia!

Melihat banyaknya tragedi pembunuhan terhadap manusia saat ini, maka manusia kembali dituntut untuk berkaca-diri pada Hari Raya Idul Adha tahun ini: Bahwa, hanya hewan-hewanlah yang patut membunuh dan dibunuh, bukan manusia terhadap sesama manusia!

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tiin: 4).
“Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu: padanya ada (bulu/kulit) yang menghangatkan, dan banyak manfaatnya yang lain, dan sebagiannya kamu makan (semblih).” (QS. An-Nahl: 5).

Dan... memang, manusia bisa menjadi seperti binatang, bahkan lebih rendah dari prilaku binatang yang sebenarnya.
“Kemudian Kami turunkan dia (manusia) ke tempat yang serendah-rendahnya.” (QS. At-Tiin: 5).

Ya, bila manusia sudah seperti binatang, bukan lagi taring dan kukunya sebagai senjata,  bahkan seluruh fasilitas yang dimilikinya akan digunakan untuk menekan, mengancam dan membunuh orang-orang yang tidak disukai dan mengganggunya!

Itulah... manusia yang sudah buta dalam tiga hal:
Ø  Buta hatinya: tidak mau memahami ajaran-ajaran Alloh.
Ø  Buta matanya: tidak mau melihat ayat-ayat Alloh.
Ø  Buta (budek) telinganya: tidak mau mendengarkan peringatan-peringatan Alloh.

“... Mereka itulah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itu adalah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’rof: 179).

Nah, kalau sudah seperti binatang begitu, maka yang harus disemblih lebih dahulu ialah jiwa kebinatangan yang ada dalam diri ini. Sebab, bagaimana mungkin Alloh menerima qurban sapi atau domba, kalau manusia yang qurbannya sendiri seperti binatang (jiwanya). (Maka jangan aneh, kalau ada sapi yang ngamuk ketika hendak disemblih. Baca lengkapnya di status facebook dan blogspot saya).
Lagi pula, yang diterima oleh Alloh dalam berqurban itu bukanlah sebentuk sapi, domba atau binatang-binatang lainnya...
“Daging-daging unta (atau sapi, domba) dan darahnya itu sama sekali tidak dapat mencapai keridhoan Alloh, akan tetapi ketakwaan dari diri kamulah yang dapat mencapainya...” (QS. Al-Hajj: 37).

Mudah-mudahan, dari Idul Adha ke Idul Adha yang sempat  kita rayakan, selalu mengingatkan kita, agar kita mewaspadai prilaku-prilaku binatang yang menghinggapi diri ini, dan berusaha untuk menghindarinya atau... menyemblihnya!
Dan mudah-mudahan, hewan-hewan qurban dari orang-orang yang telah mengurbankannya, diterima oleh Alloh sebagai amal sholih. Aamiiin...

******


No comments:

Post a Comment