Wednesday, August 26, 2015

MAKAN API 2 (TENTANG: PENYEMBUNYI DAN PENJUAL AYAT-AYAT ALLOH)








MAKAN API (BAGIAN DUA: TAMAT)

Pada bagian satu tentang MAKAN API, saya sudah menjelaskan, bahwa yang terlibat di dalamnya ialah “orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zholim” (QS. An-Nisa: 10).
Pada bagian dua dari MAKAN API ini, saya akan membongkar tentang “orang-orang yang menyembunyikan dan menjual ayat-ayat Alloh”.
Sebagai ayat sentral dalam pembahasan MAKAN API bagian dua ini, ialah...

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Alloh dari Al-Kitab (Zabur, Taurot, Injil dan Al-Quran) dan menjualnya dengan harga yang murah, mereka itu tidaklah memakan dalam perut mereka kecuali api. Dan Alloh tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat, dan tidak mensucikan mereka, dan bagi mereka azab yang pedih.” (QS. Al-Baqoroh: 174).

Dalam ayat tersebut, ada 2 (dua) sorotan penting yang menjadi tema-sentral pembahasan MAKAN API bagian dua ini. Yakni: yaktumuuna dan yasytaruuna.

Satu : YAKTUMUUNA
Yaktumuuna” ialah “menyembunyikan”. Dalam pemahaman detilnya secara global ialah meliputi 2 (dua) poin ini:
ü  Tidak disampaikan dan tidak diamalkan.
Hal ini berkaitan dengan masalah kekuasaan/kenegaraan dan kepentingan pribadi. Yakni, misalnya, disembunyikannya ayat-ayat Alloh itu karena takut dengan penguasa sehingga di penjara, dan/atau takut dagangannya tidak laku gara-gara banyaknya tuduhan terhadap dirinya.
Hal tersebut berlawanan dengan ayat Alloh iniu:
“Ha Rosul, sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan, maka tidaklah kamu menyampaikan ajaran-Nya. Dan Alloh menjaga kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Alloh tidak menunjuki orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Maidah: 67).
ü  Memilih-milih ayat-ayat Alloh.
Artinya, mengambil ayat-ayat Alloh hanya ringan-ringan saja; sementara ayat-ayat yang dirasanya berat, maka tinggalkannya/dibiarkannya yang akhirnya jadi tersembunyi.
“... Kami beriman (menerima) kepada sebagian dan kami kafir (menutup, menolak) sebagian yang lainnya.” (QS. An-Nisa: 150).

Dua : YASYTARUUNA
Yasytaruun” artinya “menjual atau menukar”. Dalam pemahaman detilnya secara global ialah mencakup 2 (dua) poin ini:
ü  Dijadikan sebagai media promosi.
Artinya, ayat-ayat Alloh digunakan hanya untuk kepentingan pribadi, seperti: dagang, populeritas, pengobatan, naik jabatan dan lainnya. Simpelnya, semua aktifitasnya selalu mencari dukungan dari ayat-ayat Alloh, padahal apa yang mereka lakukan itu bukan dalam rangka dakwah di jalan Alloh.
Misalnya dalam hal :
·         Dagang: “barang ini sesuai dengan yang ada dalam ayat  Al-Quran...”
·         Pengobatan: “bacaan/mantera/jampe menggunakan ayat-ayat Al-Quran...”
·         Populeritas: “dulunya dia di pondok adalah juara bacaan ayat-ayat Al-Qurannya...”
·         Naik jabatan: “dia orangnya pinter membaca ayat-ayat Al-Quran...”
ü  Sebagai penarik simpatik.
Yakni, menyampaikan/mengerjakan ayat-ayat Alloh hanya bertujuan agar orang-orang simpatik yang kemudian memilihnya sebagai pemimpin.
“Orang-orang yang berbuat riya (pamer kepada manusia).” (QS. Al-Ma’un: 6).
“Sesungguhnya  orang-orang munafik itu menipu Alloh, dan Alloh akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (pamer) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut (zikir pada) Alloh, kecuali sedikit sekali (asal-asalan).” (QS. An-Nisa: 142).

Maka, selanjutnya Alloh mengklasifikasikan “orang-orang yang menyembunyikan dan menjual ayat-ayat Alloh” itu sebagaimana pernyataan-Nya ini:
“Mereka itu adalah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, dan membeli azab dengan ampunan. Maka alangkah beraninya mereka menantang api neraka.” (QS. Al-Baqoroh: 175).


ANCAMAN ALLOH

Selain mengancam dengan “api yang masuk ke dalam perut”, Alloh juga memberikan ancaman yang lainnya, di nataranya:
Ø  Laknat
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknat Alloh dan dilaknat oleh semua makhluk yang dapat melaknat (termasuk malaikat dan manusia seluruhnya).” (QS. Al-Baqoroh: 159 dan 161).
Ø  Kecelakaan Besar (diulang-ulang)
“Maka kecelakaan-besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakan: ‘Ini dari Alloh’ yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu.
Maka kecelakaan-besarlah bagi mereka karena apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri itu.
Dan kecelakaan-besarlah bagi mereka karena apa yang mereka kerjakan itu.” (QS. Al-Baqoroh: 79).


PIHAK YANG BERPOTENSI

Orang-orang yang sangat berpotensi melakukan “penyembunyian dan penjualan ayat-ayat Alloh” itu ialah “orang-orang yang pandai tentang Kitab Alloh (ar-rosikhuna fil-ilmi)”, yaitu yang disebut sebagai: “ulama”.

Ada 3 (tiga) tingkatan keilmuan ulama, ialah:
1.       Al-‘Ulama Al-‘Alamiyah (internasional, high class)
Ialah ulama yang sudah diakui oleh dunia, seperti ulama-ulama zaman dahulu yang masih terkenal nama dan karyanya hingga hari ini.
2.       Al-“Ulama Al-Wathoniyah (kenegaraan, middle class)
Ialah ulama dalam negeri yang kiprahnya belum terkenal ke seluruh dunia.
3.       Al-‘Ulama Al-‘Awwamiyah (masyarakat, low class)
Ialah ulama yang kiprahnya hanya sebatas lingkungan dan sekitarnya.

Catatan:
Siapapun orang yang mengetahui dan memahami Kitab Alloh (Zabur, Taurot, Injil dan Al-Quran), sedikit ataupun banyak, maka dia dikatakan sebagai “ulama” (orang yang memiliki ilmu).
Ukuran terendahnya ialah sebagaimana yang dinyatakan oleh Rosululloh ini:
“Ballighuu ‘annii walau aayatan. Sampaikan dari aku walaupun satu ayat.” (HR. Bukhori).


DUA TIPE ULAMA

Hanya ada 2 (dua) tipe karakter ulama di dunia ini (selain itu tak ada lagi), dari dulu hingga hari ini, ialah:
1.       Ulama Sholih (baik, jujur)
Ini adalah ulama yang disebutkan dalam salah satu hadits Rosululloh: Al-‘ulamaa-u warotsatul-anbiya. Ulama-ulama adalah pewaris para Nabi.”
Karakter ulama sholih ini adalah sebagaimana keterangan dalam Al-Quran ini, ialah:
“... Sesungguhnya orang yang takut kepada Alloh di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama (orang yang berilmu)...” (QS. Fathir: 28).
2.       ‘Ulama Suu’ (jahat, salah)
Seperti sebelum Al-Quran diturunkan, “orang-orang pandai” dari Nashroni dan Yahudi sudah mengetahui dari kitab mereka (Taurot, Injil), bahwa akan datang seorang Nabi terakhir yang didampingi oleh Kitab Al-Quran. Tapi berita itu ditutup-tutupi (disembunyikan) oleh orang-orang pandai Nashroni dan Yahudi itu. Yang kemudian Alloh menyinggung mereka dengan firman-Nya:
“Apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Isroil mengetahuinya (kedatangan Nabi Muhammad Saw. dan Al-Quran)?” (Asy-Syu’aro: 197).
Kemudian prilaku seperti itu diikuti oleh ulama-ulama lainnya di sepanjang zaman hingga hari ini dengan motivasi dan alasan yang berbeda.


RENUNGAN

Dari 2 (dua) tipe ulama itu, bisa diprediksi mana ulama yang benar-benar menyampaikan/mendakwah ayat-ayat Alloh apa adanya, dan mana ulama yang menyembunyikan/mendagangkan ayat-ayat Alloh itu. Sebagaimana keterangan Alloh ini:
“... Di antara kamu ada orang-orang yang menginginkan dunia (materi), dan di antara kamu ada orang-orang yang menginginkan akhirat (surga)...” (QS. Ali Imron: 152).

Dengan demikian, sebagai kesimpulannya, bahwa orang-orang/pihak yang berpotensi “menyembunyikan dan menjual ayat-ayat Alloh” itu ialah orang-orang pandai atau ulama yang berjiwa buruk/jahat (suu’, sayi’ah). Karena mereka tidak punya rasa takut lagi kepada Alloh. Yang mana keinginannya untuk mendapatkan materi duniawi sebanyak-banyaknya telah mengalahkan rasa takutnya itu, dan Alloh membiarkannya bersenang-senang di dunia ini...
“... Siapa orang yang menginginkan balasan materi duniawi itu, niscaya Kami berikan balasan dunia itu...” (QS. Ali Imron: 145).

Maka, keuntungan materi duniawi dari hasil “menyembunyikan dan menjual ayat-ayat Alloh” itu, kemudian masuk ke dalam perut mereka berupa makanan dan minuman yang enak, lezat, gurih dan sedap..., namun pada hakikatnya semua itu adalah api yang akan terasa panas di dalam tubuh mereka karena tidak ada berkahnya...!

“Maka biarkan mereka bersenang-senang sebentar, lalu Kami paksa mereka ke dalam azab yang dahsyat.” (QS. Luqman: 24).

Na’udzu billahi min dzalik...
Yuk, kita sampaikan ayat-ayat Alloh apa adanya sekemampuan kita, “walaupun satu ayat” saja. Alloh tidak akan membebankan kita dengan urusan yang diluar kemampuan kita.
“Dan sesungguhnya di antara Ahli Kita ada orang yang beriman kepada Alloh dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka, sedang mereka merendah hati kepada Alloh , dan mereka tidak menjual ayat-ayat Alloh dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Alloh sangat cepat perhitungan-Nya.” (QS. Ali Imron: 199).


>>> Dengarkan audionya
MAKAN API (Bagian Dua)
di : soundcloud.com/sabdaalqushwa


*******

 


No comments:

Post a Comment