Sunday, August 30, 2015

MENGEJAR BIDADARI-BIDADARI



MENGEJAR BIDADARI-BIDADARI
(kisah di: pondok pesantren modern “kyai satu ayat”)
  

Angin sejuk berhembus menerpa daun-daun pohon mangga di samping pondok. Suasana terasa segar dan nyaman, bikin hati dan pikiran jadi tenang dan damai...
Dari tadi Aman berteduh di bawah pohon hasil cangkokan itu. Dia asyik mengamat-amati beberapa foto hasil unggahan di hapenya. Sesekali dia menggumam, menggelengkan kepala dan berdecak-decak...
Ya Alloh... Subhanalloh... Masya Alloh... Luar biasa...”

Tanpa disadarinya, ada beberapa sosok makhluk datang di belakangnya. Mereka mengendap-endap dengan sangat hati-hati...
Assalamu ‘alaikum...!” sapa Joren (Jomblo Keren), Coker (Cowok Keren) dan Budren (Budak Keren) serempak.
Wa ‘alaikum salam...!” jawab Aman setengah kaget. “Kalian ini bikin orang jantungan.”
“Maafin,” pinta Trio Keren itu.
“Lagi ngapain sih sendirian aja?” tanya Joren.
“Santai aja... Cari angin...” jawab Aman kalem
“Kayaknya asyik banget tuh dari tadi melototin hape,” celetuk Coker.
“Iya, boleh tau dong kita-kita,” timpal Budren.
“Boleh aja,” ujar Aman. “Tapi, jangan mikir ngeres dulu ya?”
“Iya, beres, kayak gak tau kita-kita aja. Kita ini kan orang-orang yang selalu husnuzhzhon,” sahut Trio Keren selalu kompak.
“Nih...!” Aman memberikan hapenya.

Sesaat kemudian...
“Waduh...!” Joren tersekat nafasnya dan menelan ludah.
“Ini kan..., foto-foto artis kita...!” seru Coker.
“Widdih... Cantik-cantik ya,” timpal Budren tak kalah takjubnya.
Beberapa menit mereka tenggelam dalam keasyikan memandangi foto-foto artis cantik itu. Rasanya mata mereka enggan berkedip. Sampai akhirnya....
Assalamu ‘alaikum...” suaranya sudah sangat mereka kenal.
Wa ‘alaikum salam. Eh, pak kyai...” Mereka bertiga gelagapan.
“Lagi pada ngapain kalian ini?” tanya pak kyai yang dari tadi sudah memperhatikan mereka, dan tiba-tiba ada di belakang mereka.
“Santai, pak kyai...” jawab mereka.
Joren segera mengembalikan hape kepada Aman.
“Hape siapa tuh?” tanya pak kyai.
“Aman, pak kyai,” jawab Coker sigap.
“Coba saya lihat...” pinta pak kyai.
Aman memberikannya.

Pak kyai lalu menelusuri menu-menu yang rawan. Beliau percaya dengan kepribadian Aman, tapi apa salahnya sesekali melihat isi hape santrinya itu.
“Ini ada beberapa foto-foto artisnya, Man?” tanya pak kyai setelah membuka galeri foto.
“Itulah yang lagi jadi pemikiran saya, pak kyai,” jawab Aman tenang.
“Maksudnya?” pak kyai heran.
“Mereka cantik-cantik, pak kyai.”
“Yaa... Iya, sih. Lalu kenapa?”
“Itu belom seberapa kan, pak kyai. Masih banyak yang cantik-cantik lainnya.”
“Ya, betul. Lalu apa?”
“Rasanya, pengen memiliki semuanya. Hehehe...”
“Hahahah... Aman, Aman...” pak kyai ikut tertawa sambil menepuk-nepuk bahu Aman.
Sementara Trio Keren mesem-mesem saja.
“Manalah bisa seperti itu...” lanjut pak kyai.
“Tapi, emang kayak gitu maunya, pak kyai. Hehehe...” timpal Joren.
“Betul begitu, pak kyai...” Coker dan Budren sama.
“Betul memang, saya juga maunya begitu...,” aku pak kyai sebagai sesama lelaki. “Tapi, itu maunya hawa-nafsu!”
“Lantas gimana dengan perasaan ini, pak kyai? Kalo lihat yang cantik, bawaannya kan pengen megang aja. Hehehe...,” ujar Budren seakan sedih.
“Begini...” pak kyai memandang empat santrinya itu dengan serius. “Kalian mau tau gak?”
“Iya ya ya, mau mau...!” empat santri itu manggut-manggut serius.
“Ada perempuan-perempuan yang lebih cantik lagi melebihi perempuan-perempuan yang pernah kalian lihat di dunia ini!”
“Siapa mereka itu, pak kyai?”
“Mereka adalah... BIDADARI-BIDADARI!”
“Hah, bidadari-bidadari...!!”

Selanjutnya pak kyai menerangkan tentang bidadari-bidadari itu lebih jelas lagi...

Dalam bukunya, Na’imul Jannah (Kullu Syai’in ‘Anil Jannah), Ust. Zuhair Hasan Hamidat begitu indahnya meramu tentang keadaan surga dan para bidadarinya (dengan berdasar pada siratan ayat-ayat Al-Quran dan Hadits Rosululloh). Di antaranya ialah...
  •        Seanadainya satu orang saja dari bidadari-bidadari itu turun ke dunia ini, niscaya semua orang akan pingsan, karena memandang kecantikannya yang luar biasa dan tiada tandingannya itu.
  •        Bidadari itu di ciptakan dalam 3 (tiga) bagian:
1.       Bagian atas dari sejenis kapur barus yang putih.
2.       Bagian tengah dari sejenis minyak anbar.
3.       Bagian bawah dari sejenis minyak misik.
  •         Air liur bidadari mengandung aroma yang wangi dan rasa yang manis. Seandainya seorang bidadari muncul di dunia ini, niscaya aroma harumnya memenuhi dunia ini.
  •         Bahkan seandainya bagian dari jari-jari tangannya nampak di dunia ini, niscaya cahayanya akan mengalahkan matahari dan bulan.

Dari hadits-hadits Rosululloh menerangkan tentang bidadari sebagai gambaran singkat saja, di antaranya ialah...
  •          “Bidadari itu tinggi badannya sama dengan Nabi Adam ‘Alaihissalam dulu, yakni 60 hasta menjulang ke langit.” (HR. Bukhori dan Muslim).
  •       “Bidadari itu tidak pernah kencing, tidak BAB, tidak meludah, tidak ingusan, dan bau keringatnya bagaikan harumnya kasturi.” (HR. Bukhori dan Muslim).
  •     “Saking beningnya, sampai-sampai sumsum tulang betis bidadari itu seakan-akan terlihat dari balik dagingnya.” (HR. Bukhori dan Muslim).

Dan keterangan-keterangan yang lebih otentik (asli) lagi tentang bidadari itu ialah dari ayat-ayat Al-Quran, inilah beberapa di antaranya...
  •     Bidadari itu diciptakan oleh Alloh secara “langsung”, yakni tanpa melalui proses kelahiran (QS. Al-Waqi’ah: 35).
  •      Statusnya selalu “perawan dan sebanding usianya (dengan suaminya di surga)” (QS. An-Naba: 36-37).
  •          Tidak pernah disentuh oleh manusia dan jin (sampai dia dimiliki oleh suaminya di surga)” (QS. Ar-Rohman: 56).
  •         Terpelihara dalam bangunan yang di dalamnya ada semacam kemah” (QS. Ash-Shoffat: 49 dan Ar-Rohman: 72).

“Nah, gimana...?” tanya pak kyai. “Tapi itu belum seberapa, hanya baru gambaran yang cuma  sekilas aja dari keadaan yang sebenarnya...”
“Itupun udah luar biasa, pak kyai...!” seru empat santri itu.
“Tapi...,” keluh Aman, “hati ini masih aja penasaran dengan yang cantik-cantik di dunia ini, pak kyai...”
“Bagus itu...” ujar pak kyai.
“Lho, kok bagus?” mereka heran dengan pernyataan kyainya itu.
“Maksudnya ialah...” tandas pak kyai, “jadikanlah ketertarikan kepada makhluk-makhluk cantik di dunia ini sebagai MOTIVASI dan SEMANGAT untuk...” pak kyai sengaja berhenti.
“Untuk apa, pak kyai?” tanya mereka bengong.
MENGEJAR BIDADARI-BIDADARI ituuu...” lanjut pak kyai.
Plong...!
Aman, Joren, Coker dan Budren menarik nafas lega. Keterangan pak kyai itu membuat mereka ngos-ngosan. Bagaimana tidak, soal bidadari adalah satu hal yang membuat banyak orang (khususnya laki-laki) jadi penasaran...

Selanjutnya pak kyai mengutip kembali ayat-ayat Al-Quran untuk jadi motivasi yang lebih kuat lagi dalam hal MENGEJAR BIDADARI-BIDADARI itu...
·         “... Dan untuk hal yang demikian itu, maka hendaklah orang berlomba-lomba (untuk mendapatkannya).” (QS. Al-Muthoffifin: 26).
·         “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imron: 133).

Santri-santri pilihan itu manggut-manggut, logikanya bisa memahami apa-apa yang diterangkan kyainya itu.
“Sebab,” lanjut pak kayi, “biar bagaimanapun, kita tidak akan bisa memenuhi semua keinginan hawa-nafsu itu di dunia ini, laksana ‘maksud hati ingin memeluk gunung, apalah daya tangan tak sampai’. Kecuali...” lagi pak kyai berhenti.
“Apa ya?” empat santri itu bertanya-tanya.
“Kecuali...,” lanjut pak kyai, “di SURGA nanti...”

Dan terakhir, pak kyai mengutip lagi ayat Al-Quran...
“... Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan balasan untukmu...” (QS. Ali Imron: 185).
“Sebagai balasan dari Tuhanmu yang merupakakan pemberian yang cukup banyak.” (QS. An-Naba: 36).

“Oke, siap?!” ujar pak kyai laksana seorang komandan. “Mari... kita MENGEJAR BIDADARI-BIDADARI itu...!”
“Siap, komandan!” sahut Aman, Joren, Coker dan Budren kompak.

Azan ashar berkumandang di hape Aman seiring suara azan di mesjid-mesjid. Pak kyai dan empat santrinya itu melangkah menuju mesjid di tengah pondok untuk sholat berjamaah.
(Baca juga: TIGA BIDADARI DI RUMAH, sabdaalqushwa.blogspot.com)

**********

Saturday, August 29, 2015

RUMAH KOSONG DI TENGAH PEKUBURAN (JIWA DAN RUMAH TANPA AL-QURAN)


(Tentang: Jiwa Dan Rumah Yang Sepi Dari Ayat-ayat Al-Quran)
  
Membayangkan sebuah rumah kosong yang berada di tengah wilayah pekuburan, tentu yang melintas dalam pikiran kita adalah sebuah keadaan yang mengerikan: gelap, sepi, angker, mencekam dan membuat bulu roma merinding. Hiyy seram...!

Lalu, mungkinkah ada orang yang mau memiliki dan tinggal di rumah kosong itu? Atau barangkali sekedar numpang tidur beberapa malam di situ?

Rasanya semua orang akan menggelengkan kepala dan berteriak: TIDAK !!!

Tapi... apakah belum tahu, bahwa DIRI kita ini bisa menjadi seperti rumah yang kosong itu, dan RUMAH yang kita tempati ini juga bisa menjadi seperti pekuburan ?

Mau tahu ?!
Mari ikuti sabda Rosululloh di bawah ini...

·         Innalladzii laisa fii jaufihi syai-un minal-qurani kal-baitil-khorib. “Sesungguhnya orang yang di dalam dirinya tidak ada sedikitpun Al-Quran, dia bagaikan rumah kosong yang rusak.” (HR. Attirmizy).
·         Laa taj’aluu buyuutakum maqoobir. “Janganlah kamu jadikan rumuh-rumah kamu bagaikan kuburan.” (HR. Bukhori-Muslim).

Dua hadits Rosululloh tersebut mengarah kepada: (1) diri kita sebagai manusia dan (2) rumah yang menjadi tempat tinggal kita.

Lebih jauhnya lagi ialah...

Pertama: Bahwa diri ini bisa menjadi seperti rumah kosong yang rusak, ialah manakala kita tidak menghidupkan (mengamalkan) Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari sesuai kemampuan yang ada. Sehingga punya mata hanya untuk melulu melihat pandangan-pandangan yang tidak banyak memberi manfaat (seperti: nonton tivi, video, game dan visual lainnya) dan melihat hal-hal yang berbau maksyiat; punya telinga hanya untuk mendengarkan hiburan semata (seperti: musik, lagu dan nyanyian lainnya); punya mulut hanya untuk mengeluarkan kata-kata yang tidak membawa kebenaran (seperti: menyindir, menghina, mengejek dan lainnya); punya otak hanya untuk merancang hal-hal duniawi (seperti: kesenangan, hobi, petualangan dan hal-hal mubadzir lainnya); dan punya hati yang untuk mengikuti kepuasan hawa nafsu belaka (seperti: seksual, makan, minum dan perbuatan foya-foya lainnya).
Kedua: Bahwa dengan ketiadaannya Al-Quran dalam diri ini, maka rumah yang kita jadikan sebagai tempat tinggal adalah laksana kuburan. Karena mungkin di dalamnya tidak ada suara-suara Al-Quran yang dibaca dan ucapan-ucapan zikir lainnya; yang ada hanya suara-suara musik, nyanyian dan ucapan-ucapan lagho (yang tidak berguna) lainnya.

Oleh karena itu...
Pada kesempatan bulan Romadhon ini, maka Al-Quran harus menjadi bacaan yang mengisi ruang dada diri ini dan mengisi ruang rumah kita ini. Sehingga, tidak ada lagi suara-suara tiada berguna itu yang keluar dari dalam diri kita, dan suara-suara yang terdengar di dalam rumah kita hanya bacaan/ucapan yang mengandung zikir semata. Yang pada akhirnya, tidak ada lagi kesan suasana “rumah kosong di pekuburan” di tempat tinggal kita ini. Seiring dengan itu, jin-jin jahatpun berhamburan pergi mencari tempat lain...

Nah! Mulailah merutinkan membaca Al-Quran sekarang. Tidak perlu harus tamat dalam waktu sehari atau dua hari. Yang penting terus membacanya, meskipun hanya beberapa ayat dalam setiap hari (berdasarkan luang waktu yang ada/sempat). Misalnya, setiap sehabis sholat fardhu (zhuhur, ashar, maghrib, isya dan shubuh).
Rosululloh sempat ditanya: Amalan-amalan apakah yang lebih dicintai oleh Alloh?
Jawab Rosululloh: Adwamuhu wa inqola. “Ialah amalan-amalan yang terus dikerjakan (rutin) meskipun sedikit.” (HR. Muslim).

Ya, bersama Al-Quran, semoga diri ini dan rumah tempat tinggal kita ini tidak lagi nampak seperti “rumah kosong di tengah pekuburan” (yang angker dan menakutkan itu), berubah menjadi bercahaya, damai dan berkah.....

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Quran), dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah perbuatan keji dan jahat. Dan sungguh mengingat (zikir) pada Alloh itu lebih besar nilainya. Dan Alloh mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Ankabut: 45).

Barokallohu lii wa lakum.

******

 

Wednesday, August 26, 2015

MAKAN API 2 (TENTANG: PENYEMBUNYI DAN PENJUAL AYAT-AYAT ALLOH)








MAKAN API (BAGIAN DUA: TAMAT)

Pada bagian satu tentang MAKAN API, saya sudah menjelaskan, bahwa yang terlibat di dalamnya ialah “orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zholim” (QS. An-Nisa: 10).
Pada bagian dua dari MAKAN API ini, saya akan membongkar tentang “orang-orang yang menyembunyikan dan menjual ayat-ayat Alloh”.
Sebagai ayat sentral dalam pembahasan MAKAN API bagian dua ini, ialah...

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Alloh dari Al-Kitab (Zabur, Taurot, Injil dan Al-Quran) dan menjualnya dengan harga yang murah, mereka itu tidaklah memakan dalam perut mereka kecuali api. Dan Alloh tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat, dan tidak mensucikan mereka, dan bagi mereka azab yang pedih.” (QS. Al-Baqoroh: 174).

Dalam ayat tersebut, ada 2 (dua) sorotan penting yang menjadi tema-sentral pembahasan MAKAN API bagian dua ini. Yakni: yaktumuuna dan yasytaruuna.

Satu : YAKTUMUUNA
Yaktumuuna” ialah “menyembunyikan”. Dalam pemahaman detilnya secara global ialah meliputi 2 (dua) poin ini:
ü  Tidak disampaikan dan tidak diamalkan.
Hal ini berkaitan dengan masalah kekuasaan/kenegaraan dan kepentingan pribadi. Yakni, misalnya, disembunyikannya ayat-ayat Alloh itu karena takut dengan penguasa sehingga di penjara, dan/atau takut dagangannya tidak laku gara-gara banyaknya tuduhan terhadap dirinya.
Hal tersebut berlawanan dengan ayat Alloh iniu:
“Ha Rosul, sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan, maka tidaklah kamu menyampaikan ajaran-Nya. Dan Alloh menjaga kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Alloh tidak menunjuki orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Maidah: 67).
ü  Memilih-milih ayat-ayat Alloh.
Artinya, mengambil ayat-ayat Alloh hanya ringan-ringan saja; sementara ayat-ayat yang dirasanya berat, maka tinggalkannya/dibiarkannya yang akhirnya jadi tersembunyi.
“... Kami beriman (menerima) kepada sebagian dan kami kafir (menutup, menolak) sebagian yang lainnya.” (QS. An-Nisa: 150).

Dua : YASYTARUUNA
Yasytaruun” artinya “menjual atau menukar”. Dalam pemahaman detilnya secara global ialah mencakup 2 (dua) poin ini:
ü  Dijadikan sebagai media promosi.
Artinya, ayat-ayat Alloh digunakan hanya untuk kepentingan pribadi, seperti: dagang, populeritas, pengobatan, naik jabatan dan lainnya. Simpelnya, semua aktifitasnya selalu mencari dukungan dari ayat-ayat Alloh, padahal apa yang mereka lakukan itu bukan dalam rangka dakwah di jalan Alloh.
Misalnya dalam hal :
·         Dagang: “barang ini sesuai dengan yang ada dalam ayat  Al-Quran...”
·         Pengobatan: “bacaan/mantera/jampe menggunakan ayat-ayat Al-Quran...”
·         Populeritas: “dulunya dia di pondok adalah juara bacaan ayat-ayat Al-Qurannya...”
·         Naik jabatan: “dia orangnya pinter membaca ayat-ayat Al-Quran...”
ü  Sebagai penarik simpatik.
Yakni, menyampaikan/mengerjakan ayat-ayat Alloh hanya bertujuan agar orang-orang simpatik yang kemudian memilihnya sebagai pemimpin.
“Orang-orang yang berbuat riya (pamer kepada manusia).” (QS. Al-Ma’un: 6).
“Sesungguhnya  orang-orang munafik itu menipu Alloh, dan Alloh akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (pamer) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut (zikir pada) Alloh, kecuali sedikit sekali (asal-asalan).” (QS. An-Nisa: 142).

Maka, selanjutnya Alloh mengklasifikasikan “orang-orang yang menyembunyikan dan menjual ayat-ayat Alloh” itu sebagaimana pernyataan-Nya ini:
“Mereka itu adalah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, dan membeli azab dengan ampunan. Maka alangkah beraninya mereka menantang api neraka.” (QS. Al-Baqoroh: 175).


ANCAMAN ALLOH

Selain mengancam dengan “api yang masuk ke dalam perut”, Alloh juga memberikan ancaman yang lainnya, di nataranya:
Ø  Laknat
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknat Alloh dan dilaknat oleh semua makhluk yang dapat melaknat (termasuk malaikat dan manusia seluruhnya).” (QS. Al-Baqoroh: 159 dan 161).
Ø  Kecelakaan Besar (diulang-ulang)
“Maka kecelakaan-besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakan: ‘Ini dari Alloh’ yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu.
Maka kecelakaan-besarlah bagi mereka karena apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri itu.
Dan kecelakaan-besarlah bagi mereka karena apa yang mereka kerjakan itu.” (QS. Al-Baqoroh: 79).


PIHAK YANG BERPOTENSI

Orang-orang yang sangat berpotensi melakukan “penyembunyian dan penjualan ayat-ayat Alloh” itu ialah “orang-orang yang pandai tentang Kitab Alloh (ar-rosikhuna fil-ilmi)”, yaitu yang disebut sebagai: “ulama”.

Ada 3 (tiga) tingkatan keilmuan ulama, ialah:
1.       Al-‘Ulama Al-‘Alamiyah (internasional, high class)
Ialah ulama yang sudah diakui oleh dunia, seperti ulama-ulama zaman dahulu yang masih terkenal nama dan karyanya hingga hari ini.
2.       Al-“Ulama Al-Wathoniyah (kenegaraan, middle class)
Ialah ulama dalam negeri yang kiprahnya belum terkenal ke seluruh dunia.
3.       Al-‘Ulama Al-‘Awwamiyah (masyarakat, low class)
Ialah ulama yang kiprahnya hanya sebatas lingkungan dan sekitarnya.

Catatan:
Siapapun orang yang mengetahui dan memahami Kitab Alloh (Zabur, Taurot, Injil dan Al-Quran), sedikit ataupun banyak, maka dia dikatakan sebagai “ulama” (orang yang memiliki ilmu).
Ukuran terendahnya ialah sebagaimana yang dinyatakan oleh Rosululloh ini:
“Ballighuu ‘annii walau aayatan. Sampaikan dari aku walaupun satu ayat.” (HR. Bukhori).


DUA TIPE ULAMA

Hanya ada 2 (dua) tipe karakter ulama di dunia ini (selain itu tak ada lagi), dari dulu hingga hari ini, ialah:
1.       Ulama Sholih (baik, jujur)
Ini adalah ulama yang disebutkan dalam salah satu hadits Rosululloh: Al-‘ulamaa-u warotsatul-anbiya. Ulama-ulama adalah pewaris para Nabi.”
Karakter ulama sholih ini adalah sebagaimana keterangan dalam Al-Quran ini, ialah:
“... Sesungguhnya orang yang takut kepada Alloh di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama (orang yang berilmu)...” (QS. Fathir: 28).
2.       ‘Ulama Suu’ (jahat, salah)
Seperti sebelum Al-Quran diturunkan, “orang-orang pandai” dari Nashroni dan Yahudi sudah mengetahui dari kitab mereka (Taurot, Injil), bahwa akan datang seorang Nabi terakhir yang didampingi oleh Kitab Al-Quran. Tapi berita itu ditutup-tutupi (disembunyikan) oleh orang-orang pandai Nashroni dan Yahudi itu. Yang kemudian Alloh menyinggung mereka dengan firman-Nya:
“Apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Isroil mengetahuinya (kedatangan Nabi Muhammad Saw. dan Al-Quran)?” (Asy-Syu’aro: 197).
Kemudian prilaku seperti itu diikuti oleh ulama-ulama lainnya di sepanjang zaman hingga hari ini dengan motivasi dan alasan yang berbeda.


RENUNGAN

Dari 2 (dua) tipe ulama itu, bisa diprediksi mana ulama yang benar-benar menyampaikan/mendakwah ayat-ayat Alloh apa adanya, dan mana ulama yang menyembunyikan/mendagangkan ayat-ayat Alloh itu. Sebagaimana keterangan Alloh ini:
“... Di antara kamu ada orang-orang yang menginginkan dunia (materi), dan di antara kamu ada orang-orang yang menginginkan akhirat (surga)...” (QS. Ali Imron: 152).

Dengan demikian, sebagai kesimpulannya, bahwa orang-orang/pihak yang berpotensi “menyembunyikan dan menjual ayat-ayat Alloh” itu ialah orang-orang pandai atau ulama yang berjiwa buruk/jahat (suu’, sayi’ah). Karena mereka tidak punya rasa takut lagi kepada Alloh. Yang mana keinginannya untuk mendapatkan materi duniawi sebanyak-banyaknya telah mengalahkan rasa takutnya itu, dan Alloh membiarkannya bersenang-senang di dunia ini...
“... Siapa orang yang menginginkan balasan materi duniawi itu, niscaya Kami berikan balasan dunia itu...” (QS. Ali Imron: 145).

Maka, keuntungan materi duniawi dari hasil “menyembunyikan dan menjual ayat-ayat Alloh” itu, kemudian masuk ke dalam perut mereka berupa makanan dan minuman yang enak, lezat, gurih dan sedap..., namun pada hakikatnya semua itu adalah api yang akan terasa panas di dalam tubuh mereka karena tidak ada berkahnya...!

“Maka biarkan mereka bersenang-senang sebentar, lalu Kami paksa mereka ke dalam azab yang dahsyat.” (QS. Luqman: 24).

Na’udzu billahi min dzalik...
Yuk, kita sampaikan ayat-ayat Alloh apa adanya sekemampuan kita, “walaupun satu ayat” saja. Alloh tidak akan membebankan kita dengan urusan yang diluar kemampuan kita.
“Dan sesungguhnya di antara Ahli Kita ada orang yang beriman kepada Alloh dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka, sedang mereka merendah hati kepada Alloh , dan mereka tidak menjual ayat-ayat Alloh dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Alloh sangat cepat perhitungan-Nya.” (QS. Ali Imron: 199).


>>> Dengarkan audionya
MAKAN API (Bagian Dua)
di : soundcloud.com/sabdaalqushwa


*******