Monday, July 20, 2015

IBADAH-IBADAH LANJUTAN SETELAH ROMADHON BERLALU


Pada bagia akhir ini merupakan menu-tambahan, yang bertujuan untuk mengingatkan pembaca, bahwa setelah selesai ibadah puasa dan berlalunya bulan Romadhon bukan berarti selesai pula pekerjaan puasa. Tapi, masih ada lanjutannya dari ibadah di bulan Romadhon itu, yakni ibadah-ibadah sunnah untuk mengisi tenggang-waktu menuju bulan Romadhon tahun depan, dan hal tersebut adalah berdasarkan contoh-contoh yang diberikan oleh Rosululloh...

“... Apa yang diberikan Rosul kepadamu, maka terimalah itu; dan apa yang kamu dilarang daripadanya, maka tinggalkanlah...”(QS. Al-Hasyr: 7).
“Amal-amal ibadah yang paling dicintai Alloh ialah yang terus-menerus dikerjakan, meskipun sedikit.”(HR. Bukhori dan Muslim)
1.      PUASA LANJUTAN

Puasa lanjutan yang saya maksud di sini ialah puasa setelah puasa wajib Romadhon, yaitu puasa-puasa sunnah yang sudah dicontohkan/dikerjakan oleh Rosululloh. Tujuannya ialah:
·         Untuk melengkapi puasa Romadhon, sehingga yang wajib seimbang dengan yang sunnah.
·         Untuk membiasakan atau mengingatkan diri sebelum tiba puasa wajib Romadhon berikutnya.
·         Untuk menyambung terapi/diet puasa Romadhon sampai bertemu lagi dengan Romadhon selanjutnya. Sebab, hanya puasa sebagai cara yang ampuh untuk mengistirahatkan kerja mesin pencernaan dari asupan-asupan makanan dan minuman yang berlebihan.
·         Sebagai kehati-hatian, agar orang-orang yang punya hutang puasa Romadhon tidak lupa dan segera membayarnya.

Adapun puasa-puasa sunnah lanjutan itu (yang biasa dikerjakan oleh Rosululloh) ialah:
·         Puasa Nabi Dawud (‘alaihissalam).
·         Puasa Senin-Kamis.
·         Puasa ayyamul-bidh (3 hari tiap tengah bulan).
·         Puasa tanggal 1 Muharrom.
·         Puasa Asy-Syuro (tanggal 10 Muharrom).
·         Puasa Arofah.
·         Puasa 10 hari bulan Zulhijjah.
·         Puasa bulan Sya’ban.

Demikianlah beberapa puasa sunnah yang cukup mutawwatir dan shohih, yang bisa kita kerjakan setelah Romadhon sampai bertemu lagi dengan Romadhon tahun depan. Insya Alloh... 
           
2.      PUASA TERLARANG

Puasa terlarang ialah puasa yang tidak berdasarkan dalil dan tidak ada contoh dari Rosululloh, di antaranya ialah:

·         Puasa wishol (bersambung, tanpa ada buka).
Sabda Rosululloh:
o   “Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam telah melarang menyambung puasa (siang dan malam).”(HR. Bukhori dan Muslim).
o   “Tidak ada puasa bagi yang puasa selamanya. (Diucapkan dua kali).”(HR. Bukhori).

·         Puasa khusus hanya hari Jumat saja.
Sabda Rosululloh:
o   “Jangan mengkhususkan hari Jumat dengan puasa di antara hari-hari yang lain, kecuali puasa wajib yang dikerjakan salah seorang kamu.”(HR. Muslim).
o   “Jangan puasa salah seorang kamu (khusus) pada hari Jumat, kecuali hari sebelumnya (hari Kamis) mengerjakan puasa, atau hari sesudahnya (hari Sabtu) puasa.”(HR. Bukhori dan Muslim).
                 
·         Puasa mutih (pati geni), yakni puasa yang hanya membolehkan makan dari makanan yang tertentu saja, misalnya hanya makan nasih putih, air putih dan garam putih saja. Hal ini sama saja dengan “menyiksa diri sendiri”. Dalam ajaran Islam, tentu dilarang perbuatan tersebut.
o   Rosululloh ketika mendengar cerita sahabat Mujibah Albahiliyah bahwa dirinya selama satu tahun hanya makan di waktu malam hari saja, sehingga badannya kurus-kering dan Rosululloh sampai tidak bisa mengenalinya lagi, maka sabda beliau:
“ ‘Adzdzabta nafsaka. Kau telah menyiksa dirimu!” (HR. Abu Dawud).
o   Firman Alloh:
“... Dan janganlah kamu menjatuhkan diri sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah...”(QS. Al-Baqoroh: 195).
·         Puasa di dua hari raya (‘idain), yaitu pada hari raya Idul Fithri dan Idul Adha (hari raya qurban).
Sabda Rosululloh:
“Bahwa Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam telah melarang  berpuasa pada hari raya Idul Fithri dan Idul Adha.”(HR. Bukhori).
·         Puasa di hari tasyrik (tiga hari sesudah hari raya Idul Adha).

Dan mungkin masih ada lagi puasa-puasa yang tidak berdasarkan dalil dan contoh Rosululloh, yang berkembang dan mentradisi di tengah-tengah masyarakat, yang mana orang-orang Islam dilarang mengerjakannya.
Secara hukum, puasa-puasa terlarang itu bisa dikategorikan menjadi:
§  Makruh, karena hanya buang-buang waktu dan energi saja.
§  Haram, karena mengandung bahaya secara fisik dan psikologis, atau karena ada unsur-unsur penyerupaan dari ajaran-ajaran agama lain. Sebagaimana sabda Rosululloh ini:
“Siapa orang yang menyerupai/meniru kepada suatu kaum, maka ia termasuk bagian dari kaum itu.”

Kesimpulannya: puasa-puasa terlarang itu ditolak dalam ajaran Islam, sebab tidak ada perintah, contoh dan dalil yang menjelaskannya. Sabda Rosululloh secara umum menegaskan:
“Siapa yang mengerjakan amalan yang bukan atas perintah kami (tidak ada keterangan dari Alloh dan Rosul-Nya), maka amalan itu tertolak.”(HR. Muslim).
Dan firman Alloh memperkuat:
“... Apa yang diberikan Rosul kepadamu, maka terimalah dia; dan apa yang dilarang kamu daripadanya, maka tinggalkanlah...”(QS. Al-Hasyr: 7).

3.      SHOLAT TARAWIH LANJUTAN

Sholat sunnah di malam hari (setelah sholat wajib isya) mempunyai beberapa sebutan, seperti:
·         Sholatul-lail (sholat malam).
·         Qiyamul-lail (berdiri malam).
·         Tahajjud (bangun malam).
·         Tarawih (istirahat malam).

Semua sholat sunnah malam itu pelaksanaannya sama di bulan apapun, yakni:
  •   Waktu: setelah sholat fardhu isya sampai datangnya waktu sholat subuh.
  •   Jumlah rokaat: 11 atau 13 rokaat (sudah termasuk sholat wititr). Sudah dibahas di halaman muka di: SHOLAT TARAWIH.

Di bulan Romadhon, sholat malam menjadi “qiyam romadhon” atau yang populernya ialah “sholat tarawih”. Dan pelaksanaannya tidak ada perubahan, baik waktunya atau bilangan rokaatnya (sama seperti di atas itu).
Dan di luar Romadhon, sholat malam sebutannya “tahajjud”. Waktu dan jumlah rokaatnya sama dengan sholat tarawih. Dan  sholat  tahajjud ini memiliki “keistimewaan” yang lebih dibandingkan dengan sholat-sholat sunnah lainnya. Sebab, perintah sholat tahajjud ini ada dalam Al-Quran:
“Dan pada sebagian malam sholat tahajjudlah kamu yang mana sebagai ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke posisi yang terpuji.”(QS. Al-Isro: 79).

Jadi, setelah Romadhon berlalu bukan berarti sholat malam kita berhenti, tapi dilanjut lagi dengan sholat tahajjud itu. Sebagai mana pesan Rosululloh kepada sahabat Abdulloh bin ‘Amru bin Al-‘Ash ini:
“Hai Abdulloh! Janganlah kamu seperti si Fulan yang dulunya sholat malam, maka sekarang meninggalkan sholat malam itu.”(HR. Bukhori dan Muslim).

Nah! Kembali ke diri ini...
Segalanya tergantung kesiapan, kesanggupan dan kesempatan yang kita miliki. Ada tiga pilihan waktu untuk sholat tahajjud itu dalam setiap malamnya.
1.  Di awal malam (setelah sholat fardhu isya, kira-kira mulai jam 07.00 kurang-lebih).
Adalah sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq yang biasa mengerjakan sholat malam di awal waktu (sebelum tidur). Karena ia khawatir bangun malamnya kelewat hingga waktu shubuh. Kemudian ia dinyatakan sebagai orang yang “hati-hati”.
Sedangkan sahabat Umar bin Khoththob, sholat malamnya setelah bangun malam. Kemudian beliau ini disebut sebagai orang yang “kuat”.
Firman Alloh:
“Setengahnya (dari malam) atau kurangilah dari setengah itu sedikit (menjadi awal malam).” (QS. Al-Muzzammil: 3).
2.  Di tengah malam (sekitar jam 24.00). Seiring dengan surah Al-Muzzammil: 3 itu.
3.  Di akhir malam (sekitar jam 03.00 dini hari menjelang waktu sholat shubuh).
Firman Alloh:
“Atau lebihkan dari setengah itu (menjadi  akhir malam).”(QS. Al-Muzzammil: 4).
Sabda Rosululloh:
“Tuhan kita turun setiap malam ke langit dunia saat malam tinggal sepertiga akhir dan berfirman: ‘Siapa yang memohon (berdoa) kepada-Ku, akan Aku kabulkan baginya; siapa yang meminta kepada-Ku, akan Aku berikan; siapa yang memohon ampun pada-Ku, akan Aku ampuni’.”(HR. Al-Jamaah).

Itulah tiga pilihan waktu untuk sholat malam. Tinggal sesuaikan saja dengan diri ini. Dan sebaiknya jangan mengejar yang kita tidak akan mampu mengerjakannya. Sebab, dalam beribadah itu yang dituntut ialah “kelanggengannya (dawwam)” sampai tiba kematian, bukan banyaknya jumlah yang hanya sekali atau dua kali saja. Seperti ketika Rosululloh ditanya tentang “amal yang dicintai”, sabda beliau:
“Amal-amal ibadah yang paling dicintai Alloh ialah yang terus-menerus (dikerjakan) meskipun sedikit.”(HR. Bukhori dan Muslim).
Nah, siap! Lanjutkan sholat malamnya...!

4.      LAIN-LAIN

Hadhirin rohimakumulloh...
Sebagai ibadah inti dalam bulan Romadhon ialah puasa dan sholat tarawih. Namun masih ada ibadah-ibadah lainnya yang tidak kalah pentingnya untuk melengkapi ibadah-ibadah inti itu, antara lain:
·         Membaca Al-Quran. Ini harus dirutinkan terus (sebagaimana sudah dibahas di muka). Walaupun hanya beberapa ayat dalam sehari, diusahakan menyempatkan diri untuk membacanya. Agar berkah Alloh itu kita dapatkan dari Romadhon ke Romadhon.
“Dan Al-Quran ini adalah sebuah kitab yang mempunyai berkah yang telah kami turunkan. Maka mengapa kamu mengingkarinya?”(QS. Al-Anbiya: 50).

·         Sedekah. Kepedulian terhadap sesama bukanlah hanya di bulan Romadhon saja, tapi di bulan-bulan lainnya. Karena rezeki Alloh-pun diberikan kepada kita setiap hari. Ya, lanjutkan sedekahnya...
Berkata sahabat Jabir : “Tidak pernah Rosululloh kalau diminta sesuatu lalu berkata: ‘Tidak’.”(HR. Bukhori dan Muslim).  

·         Ke Mesjid. Memakmurkan mesjid tidak hanya di bulan Romadhon saja. Selain kita beribadah di dalamnya, kita juga tidak putus komunikasi dan silaturahim dengan ikhwan-ikhwan yang lainnya.
“Sesungguhnya yang memakmurkann mesjid-mesjid Alloh itu ialah orang-orang yang beriman kepada Alloh dan hari akhir, serta tetap mendirikan sholat, menunaikan zakat dan tidak takut kepada selain Alloh. Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.”(QS. At-Taubah:18).

·         Menjaga Lidah. Yakni, mengatur kata-kata yang dikeluarkannya. Ingatlah, orang yang “terpeleset lidah” itu ialah orang yang banyak bicara. Maka bicaralah yang baik dan seperlunya, atau diam!
“Sangat besar kebencian di sisi Alloh tersebab kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”(QS. Ash-Shoff: 3).

·         Dan Seterusnya...
Ya, masih banyak lagi amalan-amalan lainnya yang harus kita lanjutkan setelah Romadhon ini berlalu, hingga bertemu lagi dengan Romadhon tahun depan. Insya Alloh.

Nah, yang pasti, tetaplah pada jalan yang lurus, selalu berpegang-teguh pada tali (agama) Alloh...
·         “... Berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan...”(QS. Al-Baqoroh: 148).
·         “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imron: 130).

Barokallohu lii wa lakum...


*********

No comments:

Post a Comment