Friday, July 10, 2015

SHOLAT TARAWEH NGEBUT MENGEJAR CEPAT SELESAI



MENDINGAN
BANYAK ROKAATNYA SAMBIL NGEBUT,
ATAU SEDIKIT TAPI SANTAI...?


Hadhirin rohimakumulloh...
Ibadah penting yang kedua setelah puasa di bulan Romadhon ialah sholat tarawih. Pada kajian terdahulu, sholat tarawih sudah dibahas dasar-dasarnya.
Sekarang saya akan mengajak hadirin mencermati pelaksanaan sholat tarawih di lapangan.
Sholat tarawih yang umumnya ada di masyarakat saat ini ialah antara 23 rokaat (sudah termasuk witir) dan 11 rokaat (sudah termasuk witir).
Untuk memperkuat keterangan saya yang terdahulu tentang sholat tarawih ini, rinciannya ialah:

·         11 rokaat adalah yang dikerjakan atau dicontohkan oleh Rosululloh. Ummul Mukminin ‘Aisyah (rodhiyallohu anha) menerangkan:
“Rosululloh tidak melebihi 11 rokaat sholat malam, baik di bulan Romadhon atau di bulan lainnya...”(HR. Bukhori dan Muslim).
Dan kata beliau lagi:
“Sesungguhnya Rosululloh biasa sholat malam 11 rokaat, sujud satu kali sama dengan orang membaca Al-Quran 50 ayat...”(HR. Bukhori).

·         23 rokaat atau lebih adalah perubahan yang dilakukan oleh Umar bin Khoththob, yang diikuti oleh Utsman bin Affan, Ali bib Abi Tholib dan sahabat-sahabat lainnya. Pada saat itu, sholat tarawih masih sendiri-sendiri walaupun mereka berkumpul di dalam mesjid. Lebih baik simak penjelasan sahabat Abdurrahman bin Abdul Qoriyyi ini:
Aku keluar bersama Umar bin Khoththob menuju mesjid. Orang-orang yang sholat (pada malam Romadhon) terpisah-pisah. Ada yang sendiri-sendiri, ada yang diikuti beberapa orang makmum. Lalu Umar berkata: “Andai aku satukan mereka di belakang seorang imam, tentunya lebih afdhol”. Maka malam esoknya Umar menyatukan mereka dan menunjuk sahabat Ubai bin Ka’ab sebagai imam. Setelah orang-orang yang sholat tarawih bersatu dengan seorang imam, Umar berkata: “Alangkah bagusnya bid’ah ini. Dan orang-orang yang kini tidur (menunda sholatnya lebih malam lagi) adalah lebih afdhol daripada mereka yang kini sholat”. (Riwayat Bukhori, Baihaqi dan Ibnu Khuzaimah).
Perubahan rokaat menjadi 23, tentu ada alasannya. Alasan yang paling utama ialah untuk memperpendek bacaan ayat-ayat Al-Qurannya. Maklum, para sahabat kalau membaca ayat-ayat Al-Quran dalam sholat selalu panjang-panjang. Sedangkan dalam sholat terdiri dari anak-anak, ibu-ibu, orang tua-tua dan orang-orang yang kondisinya lemah. Maka untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, lebih baik bacaan ayat-ayatnya dipecah-pecah ke dalam 23 rokaat sehingga menjadi pendek. (Bahkan mungkin penambahan rokaat ada yang lebih banyak lagi, sehingga bacaan ayat-ayat Al-Qurannya menjadi lebih pendek-pendek lagi).  

Hadhirin rohimakumulloh...
Kalau kita bertanya: manakah yang benar dan manakah yang salah?
Maka, jawabannya: tidak ada yang salah, semuanya benar. Yang 11 rokaat adalah yang pertama dikerjakan oleh Rosululloh, dan yang 20 rokaat lebih adalah perubahan yang dilakukan oleh sahabat Umar bin Khoththob yang kemudian diikuti oleh sahabat-sahabat lainnya itu.
Perihal mengikuti keputusan/ketetapan sahabat, hanya boleh mengikuti sahabat yang empat orang ini saja: Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin Khoththob, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Tholib, yang semuanya tergabung dalam kepemimpinan sebagai Khulafa Ar-Rosyidin. Sebagaimana pernyataan Rosululloh ini:
“Maka wajib atas kamu berpegang-teguh atas sunnahku dan sunnah Khulafa Ar-Rosyidin yang diberi petunjuk oleh Alloh.”(HR. Abu Dawud dan At-Tirmizy). 

Tapi, kalau kita bertanya-tanya: manakah yang lebih baik, 11 rokaat ataukah 20 rokaat lebih? Tentu ada yang lebih baik!
Jawabannya dengan tegas: yang lebih baik ialah mengikuti apa yang sudah dicontohkan oleh Rosululloh. Sebab, beliau adalah suri-tauladan kita yang baik. Ini diperkuat oleh firman Alloh:
“Sungguh bagi kamu telah ada pada diri Rosululloh itu suri-tauladan yang baik...”(QS. Al-Ahzab: 21).
Lebih tegas lagi Alloh menekankan:
“Katakanlah: ‘Jika kamu mencintai Alloh, maka ikutilah aku (Rosul), niscaya Alloh mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu’. Dan Alloh Maha Pengampun, Maha Penyayang.”(QS. Ali Imron: 31).

Dengan demikian, sebaiknya ialah selama masih ada contoh dan dalil dari Rosululloh, tidaklah tepat mengambil contoh yang lain dengan mencari-cari dalil untuk memperkuatnya, apalagi tidak ada dukungan dari ayat-ayat Al-Quran.
Tapi kalau memang mau mengikuti apa yang sudah dilakukan oleh sahabat Umar, Utsman, Ali dan yang lainnya (dalam hal bilangan rokaat sholat tarawih ini), maka silahkan saja. Karena memang ada pernyataan dari Rosululloh yang membolehkan mengikuti sunnah empat sahabat yang tergabung dalam Khulafa Ar-Rosyidin itu. (Tapi, kalau kita mau hati-hati, perlu diteliti lagi mengenai hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmizy di atas [tentang Khulafa Ar-Rosyidin] itu. At-Tirmizy sendiri berkata: “Hadits itu hasan-shohih”. Artinya, “tidak sepenuhnya shohih”). Wallohu a’lam.
Adapun untuk diri saya, saya lebih nyaman mengikuti contoh Rosululloh, yakni 11 rokaat. Kadang saya berjamaah di mesjid, kadang sholat sendirian di rumah, tengah malam atau mendekati subuh.
Nah! Kalau pilihan sudah dijatuhkan diiringi dengan keyakinan yang kuat, maka jangan ada lagi perdebatan, perselisihan dan saling salah-menyalahkan. Yang akan menimbulkan perpecahana dan permusuhan di kalangan kaum muslimin. Kita menjadi lemah dan mudah diacak-acak oleh musuh. Sementara kita bermusuhan dengan saudara sendiri (sesama muslim)!
Mari kita berserah diri kepada Alloh. Dia-lah yang akan menilai dan membalas ibadah kita. Dan Dia-lah yang lebih mengetahui: mana yang benar, mana yang salah, dan mana yang terbaik.

Hadhirin rohimakumulloh...
Mari sekarang kita kerjakan sholat tarawih ini dengan khusyuk. Bahkan di semua sholat kita dituntut agar khusyuk dalam mengerjakannya. Karena, khusyuk itu adalah bagian terpenting dalam mengerjakan sholat. Seperti firman Alloh ini:
“Ialah orang-orang yang dalam sholatnya khusyuk.”(QS. Al-Mukminun: 2).

Lalu, apa khusyuk itu?
Secara sederhana khusyuk ialah:
ü  Merasa sadar bahwa diri ini sedang mendirikan sholat.
ü  Ketenangan sikap.
ü  Tidak tergesa-gesa dalam bacaan dan gerakan.
ü  Seluruh bacaan dan gerakan terkontrol dengan baik oleh hati dan pikiran, dari awal sampai akhir sholat.

Itulah sebabnya, saking khusyuknya, para sahabat selalu berlama-lama bacaan dalam sholatnya. Mereka inilah orang-orang mukmin yang beruntung (QS. Al-Mukminun: 1).
Nah, coba renungkan dua realita yang ada di masyarakat di bawah ini:
§  Sholat banyak-banyak rokaatnya sambil ngebut seperti orang balapan. Sehingga yang rokaatnya 23 malah lebih dulu selesainya daripada yang 11 rokaat. Kadang terdengar ledekan kepada orang-orang yang belum selesai sholatnya itu:
“Wah, payah tuh, lelet. Kita yang banyak aja udah beres ya...”
§  Bacaan dan gerakan sholatnya berlama-lama, sementara hati dan pikirannya terbang kemana-mana, ingat ini ingat itu, sampai lupa bilangan rokaatnya. Dan ini sudah menjadi kebiasaan. Mereka berkilah:
“Aah, yang penting udah mengerjakan. Diterima atau tidak, itu urusan Alloh...”

Hadhirin rohimakumulloh...
Sholat apapun yang kita kerjakan, berapapun rokaatnya, siapa pun yang duluan atau belakangan selesainya, yang penting adalah khusyuk. Tidak perlu ngebut-ngebut, atau berlama-lama yang ngaco kemana-mana. Harus sesuai dengan aturan Alloh yang sudah dicontohkan oleh Rosul-Nya.
Ketahuilah, mengerjakan sholat yang khusyuk itu tidaklah gampang, sebagaimana firman Alloh ini:
“Dan minta tolonglah dengan sabar dan sholat. Dan sesungguhnya (sabar dan sholat) itu sungguh berat (mengerjakannya), kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.”(QS. Al-Baqoroh: 45).

Dari ayat ini tersirat dua sikap:
§  Orang-orang yang berusaha keras untuk mengerjakan sholat demi meraih kekhusyukan. Mereka ini adalah:
“Orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan bertemu dengan Tuhannya dan kembali kepada-Nya.”(QS. Al-Baqoroh: 46).
§  Dan orang-orang yang hanya asal-asalan dalam mengerjakan sholatnya, daripada tidak mengerjakan, karena bagi mereka hal tersebut terasa sangat berat. Mereka ini adalah:
“Orang-orang yang lalai dalam mengingat Alloh, sehingga tidak terpikirkan oleh mereka bahwa mereka akan bertemu dengan-Nya yang menilai dan membalas semua amal ibadah mereka.”

Ya, kembali ke diri kita lagi...
Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang khusyuk dalam mengerjakan sholat, terlebih-lebih di bulan Romadhon ini.
“Sholat berjamaah afdholnya melebihi sholat sendiri-sendiri dengan (nilai) 27 derajat.”(HR. Bukhori dan Muslim).

Barokallohu lii wa lakum...

*********



No comments:

Post a Comment