Wednesday, July 22, 2015

SALAH KAPRAH PARA ARTIS TENTANG PERSIAPAN MENUJU KEMATIAN



(Tambahan Masukan Khusus Untuk Artis-artis Yang Sedang Mempersiapkan Kematiannya Karena Terserang Penyakit Ganas)


PENGAMATAN
Berdasarkan tayangan televisi dalam acara infotainmen yang disaksikan orang banyak, ada beberapa artis yang merasa bahwa kematiannya sudah dekat, mereka sedang sibuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut kematiannya itu.
Apakah cuma kain kafan, liang kubur, peti mati dan pernak-pernik material lainnya..., sebatas itu saja yang sibuk dipersiapkan?
Padahal, semua itu adalah urusan bagi orang-orang yang masih hidup utnuk menyediakannya. Sebab, tidak mungkin ada orang mati yang dibiarkan begitu saja tanpa diurus penguburannya gara-gara dia tidak mempersiapkan unak-aniknya semasa masih hidupnya karena dia orang miskin.
Ya, tidak ada yang salah sih mempersiapkan kematian seperti itu.
Tapi...
Ada “persiapan yang lebih penting” lagi, yang tidak bisa tidak harus betul-betul dipersiapkan adanya. Itupun kalau memang ingin selamat dalam perjalanan menuju akhirat nanti!

Yuk, ikuti persiapan “bekal menuju kematian” yang sudah saya rancang di bawah ini...

MAKNA KEMATIAN
Mati” atau “al-maut” keduanya adalah bahasa Arab, yang akar katanya: “maa taa” yang artinya: berhenti (seperti nafas yang tak berhembus lagi), padam (seperti apa yang hilang dari pembakaran), pergi (meninggalkan suatu tempat menuju tempat lain/baru).
Firman Alloh:
“Alloh Yang menjadikan mati dan hidup, agar Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa dan Maha Pengampun.” (QS. Al-Jin: 2).
“Dan bahwasanya Alloh-lah yang mematikan dan menghidupkan.” (QS. An-Najm: 44).

WAKTU KEMATIAN
Mati (al-maut)” adalah salah satu masalah ghoib, yang tak seorang makhlukpun yang bisa mengetahui kapan terjadinya.
Firman Alloh:
“Dan pada sisi Alloh-lah adanya kunci-kunci yang ghoib; tak ada yang mengetahuinya selain Dia sendiri...” (QS. Al-An’am: 59).
“Alloh Yang Maha Mengetahui yang ghoib, maka Dia memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghoib itu.” (QS. Al-Jin: 26).   


Dan, “mati (al-maut)” itu sama dengan “batas-waktu” atau “jatuh-tempo” bagi hidup manusia di dunia ini, dan itu disebut sebagai “ajal”.
Firman Alloh:
“... Bagi tiap-tiap perjalanan waktu ada Kitab (yang mencatatnya).” (QS. Ar-Ro’d: 38).
“Dan bagi tiap-tiap umat (makhluk hidup) mempunyai ajal (batas waktu hidup). Maka apabila telah datang ajalnya itu, tidaklah mereka bisa mengundurkannya barang sebentarpun dan tidak dapat pula menyegerakannya.” (QS. Al-A’rof: 34).

Adapun terjadinya kematian itu datangnya secara tiba-tiba (mendadak, baghtah). Tidak ada yang bisa mengetahuinya, sekalipun seseorang terhadap dirinya sendiri.
Firman Alloh:
“... Dan tiada seorangpun yang bisa mengetahui apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tiada yang dapat mengetahui seorang bahwa di belahan bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Luqman: 34).

Dan juga, kematian itu akan mengakhiri hidup siapa saja, tidak pandang itu orang kaya, orang miskin, orang sehat, orang sakit, orang tua, orang muda, atau anak-anak (yang masih dalam kandungan ataupun sudah lahir ke dunia).
Firman Alloh:
“... Dan di antara kamu ada yang diwafatkan (mati sejak anak-anak) dan ada yang dipanjangkan umurnya sampai pikun...” (QS. Al-Hajj: 5).
“Setiap jiwa akan merasakan mati...” (QS. Al-Anbiya: 35).
“Di mana saja kamu berada, pastilah kematian akan mendapatkanmu, walaupun kamu berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh...” (QS. An-Nisa: 78).

Jadi, sekalipun seorang dokter ahli sudah memvonis mati kepada seseorang yang menderita penyakit berat stadium akhir atau karena kecelakaan yang sangat parah, tapi keputusannya ada di Tangan Alloh. Jika Alloh masih menghendaki hidup, maka hiduplah dia; dan jika Alloh menghendaki mati, maka matilah dia, tanpa ada seorangpun yang bisa menghalangi kehendak-Nya itu.

BEKAL KEMATIAN
Kematian bukanlah akhir dari segala permasalahan di dunia. Sebab, setelah kematian itu kita dihidupkan lagi oleh Alloh di akhirat untuk mempertanggung-jawabkan segala amal (perbuatan) kita sewaktu hidup di dunia ini.
Inilah kehidupan kedua yang lebih berat permasalahannya. Sebab, sudah tidak ada lagi kesempatan meminta maaf, memohon ampun dan memperbaiki diri. Yang ada ialah harus menerima segala baik-buruknya hasil panen dari tanaman yang sudah kita sebar sewaktu di dunia dulu itu.

Oleh karena itu,
sebelum kematian tiba,
kita harus sudah mempersiapkan bekal,
yakni: TAKWA.

Firman Alloh:
“... Berbekallah kalian (untuk akhirat), dan sebaik-baiknya bekal ialah takwa, dan bertakwalah kepada-Ku, hai orang-orang yang berakal!” (QS. Al-Baqoroh: 197).

PINTU KUBUR
Kematian adalah laksana “pintu kubur”, dan alam kubur adalah “pintu menuju akhirat” yang sebenarnya.
Sabda Rosululloh:
“Kuburan adalah perjalanan awal menuju alam akhirat. Siapa yang selamat di dalamnya, maka beruntunglah dan berbahagialah; dan siapa yang rugi di dalamnya, maka rugilah seluruh akhiratnya (celaka).”

Orang yang selamat di dalam kubur adalah orang yang sudah mengerjakan amal sholeh sewaktu hidup di dunia. Sedangkan orang yang rugi dan celaka, ialah orang yang hanya bersenang-senang sewaktu hidup di dunia dan hanya mengerjakan perbuatan yang sesuai dengan hawa nafsunya saja.

PERJALANAN MENUJU AKHIRAT
Setelah terjadi hari kiamat, maka dimulailah perjalanan menuju alam akhirat yang sebenarnya, di mana perjalanan manusia itu akan berhenti di dua tempat, yaitu: surga dan neraka.
Dan setelah pengadilan di hari kiamat itu diputuskan oleh Alloh Yang Maha Adil, maka terlihatlah manusia ada yang masuk surga dan ada yang masuk neraka.
Firman Alloh:
“Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahannam berombong-rombongan...”
“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan mereka dibawa berombong-rombongan...” ()QS. Az-Zumar: 71 dan 73).

MUMPUNG MASIH HIDUP
Nah, mumpung sekarang kita masih hidup, marilah memperbanyak bekal untuk hidup sesudah mati nanti. Yaitu, bekal takwa, berupa ibadah (seperti: sholat, puasa, zakat, haji) dan kebaikan-kebaikan lainnya (seperti: peduli, menolong dan melindungi orang lain dengan berupa pikiran, tenaga, materi dan yang lainnya).

Dengan sudah mempersiapkan bekal berupa takwa itu, insya Alloh kita bisa selamat dari pertanyaan-pertanyaan di dalam kubur dan selamat dari pengadilan di alam akhirat nanti, yang selanjutnya kita masuk ke dalam rombongan orang-orang yang menuju surga yang penuh kenikmatan itu. Aamiin...
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imron: 133).

Semoga Alloh senantiasa memberikan kesehatan, kekuatan dan petunjuk-Nya kepada kita, sehingga kita bisa mengerjaka amal-sholeh sebanyak-banyaknya hingga akhir hidup ini. Aamiin...

Barokallohu lii wa lakum...

******



ISTERI TERBARING DI RUMAH SAKIT, SUAMI NEKAD DI JALANAN



Fulanah sudah dua minggu dirawat di rumah sakit. Dia menderita penyakit tipes berat. Saat pihak rumah sakit menyatakan dia sudah layak pulang, dia dan suaminya kesulitan untuk melunasi pembayaran biaya pengobatannya itu.  

Fulan, suami Fulanah, lalu pergi ke Bogor ke rumah saudaranya untuk meminjam uang. Tapi, sesampainya di sana, saudaranya tidak punya uang sebanyak yang dia butuhkan itu. Dia hanya mendapatkan uang 50.000 rupiah untuk tambahan ongkos pulang.

Selama perjalanan pulang itu, Fulan benar-benar puyeng: dari mana lagi dia bisa mendapatkan uang untuk melunasi biaya berobat isterinya itu.

Sedang kalut-kalutnya pikiran, tiba-tiba ada suara mengagetkannya...
“Paaa..., tolong belum makan dari pagi...” ujar seorang anak kecil sambil menadahkan tangannya, di belakangnya berdiri seorang ibu yang nampak sudah bongkok punggungnya.
Fulan terenyuh dan merasa kasihan memandangnya. Tapi dia bingung. Uang disakunya tinggal 14.000. Kalau dia berikan 4.000 ke anak kecil itu, rasanya tidak cukup buat makan mereka berdua. Kalau 10.000 yang diberikan, maka untuk ongkos pulang ke rumah kurang, mau tidak mau harus jalan kaki kurang-lebih 5 km.

Dihitung-hitungnya... Kesana kurang, kesini kurang...
Akhirnya, Fulan nekad. Dia berikan saja 10.000 ke anak kecil itu. Urusan ongkos ke rumah, terserah nanti. Sebab, dia sendiri bisa merasakan bagaimana kalau perut sudah sangat lapar, apalagi untuk orang yang sudah tua.
La hawla wa la quwwata illa billaah...

Setelah itu, pikiran Fulan kembali ke soal biaya pengobatan isterinya itu. Sementara anak kecil dan ibunya itu sudah menghilang entah kemana...
Setibanya di rumah sakit, Fulan memburu kamar isterinya. Dia kaget sekali. Isterinya sudah tidak ada di tempat pembaringannya.
Setelah menanyakan kepada pasien yang di sebelahnya, katanya isterinya tadi pulang terburu-buru sekali.
Fulan terpikir, jangan-jangan isterinya kabur. Maka diapun segera buru-buru pergi, takut disandera oleh pihak rumah sakit.

Setelah berjalan kaki kurang-lebih 3 jam, Fulan sampai di rumah dengan nafas terengah-engah. Lalu menemui isterinya dan menanyakan proses kepulangannya itu.
Isterinya kemudian menceritakannya...
Ada seorang ibu dan anak kecil perempuan datang menemuinya dan memberinya sebuah amplop berisi uang, yang tidak tahu berapa jumlah yang sebenarnya. Dan katanya:
“Ini bayaran hutang kami kepada suami ibu. Terimalah...”
Isterinya menerimanya dengan rasa ragu. Sebab dia tidak kenal dengan orang itu dan tidak tahu permasalahannya.
Belum sempat isterinya mengucapkan terima kasih dan juga mau menanyakan nama dan tempat tinggal, kedua ibu dan anak itu sudah menghilang.
“Memangnya ibu dan anak itu siapa?” tanya sang isteri setelah cerita.
“Tidak tahu juga,” suaminya menggelengkan kepala.
Tiba-tiba sang suami teringat kepada kejadian tadi di terminal itu...
“Mungkinkah mereka berdua itu adalah ibu dan anak yang di terminal itu?” gumamnya pelan.

Fulan dan Fulanah lalu menyungkur sujud kepada Alloh. Mereka sangat bersyukur karena Dia sudah  memberikan jalan kepadanya...

“... Barangsiapa yang bertakwa kepada Alloh,
niscaya Dia akan memberikan jalan keluar kepadanya.
Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada diduga-duga...” (QS. Ath-Tholaq: 2-3).

“Jika kamu berbuat baik,
maka kamu berbuat baik buat dirimu sendiri...”
(QS. Al-Isro: 7).
“Dan berbuat baiklah kepada siapapun,
sebagaimana Alloh telah berbuat baik kepadamu...”
(QS. Al-Qoshosh: 77).

“Siapa yang mau memberi pinjaman kepada Alloh berupa pinjaman yang baik,
maka Alloh akan melipat-gandakan pembayarannya dengan kelipatan yang banyak.
Dan Alloh menyempitkan dan melapangkan (rezeki),
dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”
(QS. Al-Baqoroh: 245).

“Siapa orang yang ingin doanya terkabul
dan terbebas dari kesulitannya,
maka hendaklah dia
mengatasi (membantu) kesulitan/penderitaan orang lain.”
(HR. Ahmad).

Semoga kita selalu merasa terketuk hati dan peduli terhadap kesususahan, penderitaan dan kekurangan orang lain, lalu mau membantu dan membereskannya. Insya Alloh, aamiin......

>>>>>>>>kajian.dan.motivasi-diri******