Friday, August 21, 2020

MEMPERINGATI TAHUN BARU HIJRIYAH

 

MEMPERINGATI TAHUN BARU HIJRIYAH

MENGENANG KEPRIBADIAN UMAR BIN KHOTHTHOB YANG AGUNG

 

Tahun Hijriyah atau Kalender Hijriyah dalam masyarakat Islam ditetapkannya ialah pada saat Kekholifahan Umar Bin Khoththob rodhiyallohu anhu, yang berlaku hingga hari ini.

Berawal dari kebingungan Umar saat memeriksa sebuah dokumen yang tertulis bulan Sya’ban. Beliau ragu menentukan Sya’ban tahun kapan dokumen itu ditulis. Tahun yang lalu, ataukah tahun yang sekarang?

Maka, kemudian Umar mengadakan musyawarah untuk menentukan kalender tahunan dalam masyarakat Islam yang berbeda dengan Kalender Masehi itu. Dengan mengambil nama hijriyah. Yakni, mengaitkannya dengan momentum peristiwa hijrah Rosululloh SAW dan Kaum Muslimin lainnya dari Mekkah ke Madinah (September 622 M).

Awal diberlakukannya Kalender Hijriyah ialah pada tahun 638 M, setelah 17 tahun berlalu sejak hijrah Rosululloh SAW dari Mekkah ke Madinah tersebut.

Kini, di awal Tahun Baru Hijriyah ini, sejenak kita mengenang kepribadian Umar yang agung itu...

Banyak hal-hal luar biasa di seputar diri Umar sepanjang perjalanan hidupnya. Beberapa di antaranya sangat terkenal ke seluruh dunia hingga zaman sekarang. Inilah yang tercacat dalam sejarah sepanjang masa...

 

1.      Rosululloh SAW Berdoa Untuk Umar Yang Belum Masuk Islam

Pada awal-awal kebangkitan Islam di tanah Arab itu, Rosululloh sering memohon kepada Alloh SWT tentang dua orang ini agar salah satunya ada yang menjadi pilar penguat Islam yang baru tumbuh itu.

“Ya Alloh, muliakanlah Islam dengan orang yang lebih Engkau cintai di antara dua laki-laki ini. Abu Jahal atau Umar Bin Khoththob.” (HR. Attirmizy, penshohih Al-Albani).

Alloh SWT kemudian mengabulkan doa Rosululloh SAW itu. Yakni, Dia memilih Umar yang masuk Islam, sedang Abu Jahal tetap dalam keadaan musyrik sampai meninggalnya.

Dan ternyata, Umar memang memiliki potensi yang besar untuk kemajuan Islam di kemudian harinya.

 

2.      Umar Menantang Orang Yang Berani Menghalangi Hijrahnya

Perjalanan hijrah dari Mekkah ke Madinah yang dilakukan oleh para pengikut Rosululloh SAW ialah dengan cara sembunyi-sembunyi dari Kaum Kafir Quraisy. Bagi siapa yang diketahui berangkat hijrah ke Madinah, akan ditangkap, disiksa bahkan dibunuh oleh Kaum Quraisy yang berkuasa pada saat itu.

Tapi Umar tidak takut dengan ancaman itu. Dia malah menantang: “Siapa yang ingin isterinya menjadi janda, atau anaknya menjadi yatim, silahkan hadang aku di tengah jalan...!”

Tak ada seorangpun yang berani menghadang langkah hijrah Umar pada saat itu, sehingga ia aman sampai di Madinah tanpa ada halangan dari siapapun.

 

3.      Umar Diperingati Dengan Mengacungkan Pedang

Pada saat awal kepemimpinannya sebagai kholifah, Umar mendapat teguran dari dari seorang rakyatnya manakala ia sedang berada di atas mimbar dalam rangka menyampaikan tentang program kenegaraan.

Orang itu berteriak: “Hai Umar! Bila engkau menyimpang dari Kitab Alloh dan tuntunan Rosul-Nya dalam kepemimpinanmu, maka pedang ini yang akan meluruskanmu!”

Jawab Umar sambil tersenyum dan tenang: “Alhamdulillah, masih ada orang mau meluruskan Umar dalam kesalahan.”

Umar malah merasa bangga, karena orang-orang di sekitarnya mempedulikan dirinya, sehingga ia bisa terhindar dari penyimpangan dan kepemimpinannya sebagai kholifah kaum muslimin.

 

4.      Umar Memanggul Karung Makanan Untuk Keluarga Yang Kelaparan

Pada suatu malam Umar dan Aslam (mantan budak Umar) keluar berpatroli langsung untuk mengetahui kondisi masyarakatnya.

Sampai di dusun Sharar, mereka berdua bertemu dengan seorang ibu yang sedang memasak air yang tidak ada apa-apa dalam air itu. Hal itu dilakukan si ibu agar anak-anaknya yang sedang lapar berharap bahwa sebentar lagi makanan akan matang. Padahal tujuan si ibu ialah agar anak-anaknya kelelahan menunggunya hingga mereka tertidur.

Setelah ditanya tentang kepemimpinan Umar, si ibu menjawab bahwa Umar adalah pemimpin yang telah menelantarkan mereka.

Kemudian Umar bergegas kembali dan membawa sekarung makanan. Dan beliau harus memanggulnya sendiri, sebab beliau merasa bahwa ia sudah berbuat dosa terhadap rakyatnya. Sehingga ketika Aslam memintanya agar dirinya yang memanggul karung itu, Umar pun menolak.

Kata Umar: “Apakah kamu bisa memikul dosa aku nanti di akhirat?”

Aslam pun tak berbuat apa-apa lagi. Dia mengiringi Umar memanggul karung makanan itu hingga sampai kepada seorang dan beberapa anaknya yang sedang kelapan itu.

 

 

5.      Umar Membebaskan Baitul Maqdis

Saat itu Palestina berada dalam kekuasaan Kerajaan Romawi yang dipimpin oleh Raja Heraklius. Penjaga keamanan di Palestina dipegang oleh Panglima Perang Romawi yang bernama Arthabun.

Panglima Arthabun telah mempersiapkan pasukan besar di kota Iliya yang di dalamnya terdapat Baitul Maqdis (Masjidil Aqsho).

Panglima Perang Islam yang dipimpin oleh Amr bin Al-Ash mengepung kota Iliya selama empat bulan dalam kondisi hujan, bersalju dan dingin yang sangat menggigil.

Akhirnya pasukan Romawi putus asa dan menyerah. Mereka ingin berdamai. Tapi mereka menuntut agar Kholifah Umar bin Khoththob secara langsung yang memberikan perjanjian perdamaiannya.

Kholifah Umar sebagai pemimpin besar Daulah Islam tidak menolak untuk datang menemui mereka. Beliau berangkat dengan menunggang kendaraan yang biasa.

Setelah tiba di kota Iliya, beliau turun dari kendaraannya dan berjalan kaki menemui mereka. Tidak perlu ada penyambutan yang dibesar-besarkan. Semuanya berjalan apa adanya.

Setelah ditulis perjanjian perdamaian, maka Raja Heraklius menarik mundur seluruh pasukannya untuk keluar meninggalkan wilayah Syam dan Palestina.  Mereka menuju kota Konstantinopel di Turki.

Saat sampai di daerah Syimsath, Raja Heraklius menoleh ke arah Baitul Maqdis. Dia merasa, bahwa tidak akan ada pertemuan lagi dengan negeri Suriah (Syria, Syam) dan Baitul Maqdis setelah itu.

Lalu Raja Heraklius bertanya kepada seorang prajuritnya yang pernah ditawan oleh Pasukan Kaum Muslimin. Jawab prajurit itu bahwa Kaum Muslimin itu adalah para penunggang kuda yang handal di siang hari dan ahli ibadah di malam harinya. Mereka tidak pernah takut dalam menghadapi musuh sampai mereka yang mati atau musuh yang kalah. Mereka terlebih dahulu menawarkan perdamaian kepada musuh yang dihadapinya...

Kata Raja Heraklius kemudian: “Jika apa yang dijelaskan oleh kamu itu benar, maka nanti mereka pun akan menguasai tempat kedua dari kakiku berpijak ini (Konstantinopel).”

Dan benar saja, beberapa tahun kemudian kota Konstantinopel itu berhasil dikuasai oleh Pasukan Kaum Muslimin.

 

Demikianlah beberapa keagungan Umar bin Khoththob itu yang terkenal hingga hari ini. Dan sebenarnya masih banyak lagi keagungan-keagungan dari Umar tersebut.

Semoga uraian yang singkat itu bisa memberi pelajaran dan bermanfaat bagi kita semua dalam kehidupan ini.

 

**********

 


 

 

 

No comments:

Post a Comment