(Tentang: Jiwa Dan Rumah Yang Sepi Dari Ayat-ayat Al-Quran)
Membayangkan
sebuah rumah kosong yang berada di tengah wilayah pekuburan,
tentu yang melintas dalam pikiran kita adalah sebuah keadaan yang mengerikan: gelap,
sepi, angker, mencekam dan membuat bulu roma merinding.
Hiyy seram...!
Lalu,
mungkinkah ada orang yang mau memiliki dan tinggal di rumah kosong itu? Atau
barangkali sekedar numpang tidur beberapa malam di situ?
Rasanya
semua orang akan menggelengkan kepala dan berteriak: TIDAK !!!
Tapi...
apakah belum tahu, bahwa DIRI kita ini bisa menjadi seperti rumah yang
kosong itu, dan RUMAH yang kita tempati ini juga bisa menjadi seperti
pekuburan ?
Mau tahu ?!
Mari ikuti
sabda Rosululloh di bawah ini...
·
Innalladzii laisa fii jaufihi syai-un
minal-qurani kal-baitil-khorib. “Sesungguhnya orang yang di dalam
dirinya tidak ada sedikitpun Al-Quran, dia bagaikan rumah kosong yang rusak.”
(HR. Attirmizy).
·
Laa taj’aluu buyuutakum maqoobir.
“Janganlah kamu jadikan rumuh-rumah kamu bagaikan kuburan.” (HR.
Bukhori-Muslim).
Dua hadits
Rosululloh tersebut mengarah kepada: (1) diri kita sebagai manusia dan
(2) rumah yang menjadi tempat tinggal kita.
Lebih
jauhnya lagi ialah...
Pertama:
Bahwa diri ini bisa menjadi seperti rumah kosong yang rusak, ialah manakala
kita tidak menghidupkan (mengamalkan) Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari
sesuai kemampuan yang ada. Sehingga punya mata hanya untuk melulu
melihat pandangan-pandangan yang tidak banyak memberi manfaat (seperti: nonton
tivi, video, game dan visual lainnya) dan melihat hal-hal yang berbau maksyiat;
punya telinga hanya untuk mendengarkan hiburan semata (seperti: musik,
lagu dan nyanyian lainnya); punya mulut hanya untuk mengeluarkan
kata-kata yang tidak membawa kebenaran (seperti: menyindir, menghina, mengejek
dan lainnya); punya otak hanya untuk merancang hal-hal duniawi (seperti:
kesenangan, hobi, petualangan dan hal-hal mubadzir lainnya); dan punya hati
yang untuk mengikuti kepuasan hawa nafsu belaka (seperti: seksual, makan, minum
dan perbuatan foya-foya lainnya).
Kedua:
Bahwa dengan ketiadaannya Al-Quran dalam diri ini, maka rumah yang kita jadikan
sebagai tempat tinggal adalah laksana kuburan. Karena mungkin di dalamnya tidak
ada suara-suara Al-Quran yang dibaca dan ucapan-ucapan zikir lainnya; yang ada hanya suara-suara musik, nyanyian dan
ucapan-ucapan lagho (yang tidak berguna) lainnya.
Oleh karena
itu...
Pada
kesempatan bulan Romadhon ini, maka Al-Quran harus menjadi bacaan yang mengisi
ruang dada diri ini dan mengisi ruang rumah kita ini. Sehingga, tidak ada lagi
suara-suara tiada berguna itu yang keluar dari dalam diri kita, dan suara-suara
yang terdengar di dalam rumah kita hanya bacaan/ucapan yang mengandung zikir semata. Yang pada akhirnya, tidak
ada lagi kesan suasana “rumah kosong di
pekuburan” di tempat tinggal kita ini. Seiring dengan itu, jin-jin jahatpun
berhamburan pergi mencari tempat lain...
Nah!
Mulailah merutinkan membaca Al-Quran sekarang. Tidak perlu harus tamat dalam
waktu sehari atau dua hari. Yang penting terus membacanya, meskipun hanya
beberapa ayat dalam setiap hari (berdasarkan luang waktu yang ada/sempat).
Misalnya, setiap sehabis sholat fardhu (zhuhur, ashar, maghrib, isya dan
shubuh).
Rosululloh
sempat ditanya: Amalan-amalan apakah yang lebih dicintai oleh Alloh?
Jawab
Rosululloh: Adwamuhu wa inqola. “Ialah amalan-amalan yang terus
dikerjakan (rutin) meskipun sedikit.” (HR. Muslim).
Ya, bersama
Al-Quran, semoga diri ini dan rumah tempat tinggal kita ini tidak lagi nampak
seperti “rumah kosong di tengah
pekuburan” (yang angker dan menakutkan itu), berubah menjadi bercahaya,
damai dan berkah.....
“Bacalah
apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Quran), dan dirikanlah
sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah perbuatan keji dan jahat. Dan sungguh
mengingat (zikir) pada Alloh itu lebih besar nilainya. Dan Alloh mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Ankabut: 45).
Barokallohu lii wa lakum.
******
No comments:
Post a Comment