MAKAN API (BAGIAN DUA: TAMAT)
Pada bagian satu tentang MAKAN API, saya sudah menjelaskan, bahwa yang terlibat di dalamnya ialah
“orang-orang
yang memakan harta anak yatim secara zholim” (QS. An-Nisa: 10).
Pada bagian dua dari MAKAN API ini, saya akan membongkar tentang “orang-orang yang menyembunyikan dan menjual ayat-ayat Alloh”.
Sebagai
ayat sentral dalam pembahasan MAKAN API bagian dua ini, ialah...
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah
diturunkan Alloh dari Al-Kitab (Zabur, Taurot, Injil dan Al-Quran) dan menjualnya dengan harga yang murah,
mereka itu tidaklah memakan dalam perut mereka kecuali api. Dan Alloh tidak
akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat, dan tidak mensucikan mereka, dan
bagi mereka azab yang pedih.” (QS. Al-Baqoroh: 174).
Dalam ayat
tersebut, ada 2 (dua) sorotan penting yang menjadi tema-sentral
pembahasan MAKAN API bagian dua ini. Yakni: yaktumuuna dan yasytaruuna.
Satu : YAKTUMUUNA
“Yaktumuuna”
ialah “menyembunyikan”. Dalam
pemahaman detilnya secara global ialah meliputi 2 (dua) poin ini:
ü Tidak disampaikan dan tidak diamalkan.
Hal ini
berkaitan dengan masalah kekuasaan/kenegaraan dan kepentingan pribadi.
Yakni, misalnya, disembunyikannya ayat-ayat Alloh itu karena takut dengan penguasa sehingga di
penjara, dan/atau takut dagangannya tidak laku gara-gara banyaknya tuduhan
terhadap dirinya.
Hal
tersebut berlawanan dengan ayat Alloh iniu:
“Ha Rosul, sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan
jika tidak kamu kerjakan, maka tidaklah kamu menyampaikan ajaran-Nya. Dan Alloh
menjaga kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Alloh tidak menunjuki
orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Maidah: 67).
ü Memilih-milih ayat-ayat Alloh.
Artinya,
mengambil ayat-ayat Alloh hanya ringan-ringan saja; sementara ayat-ayat yang
dirasanya berat, maka tinggalkannya/dibiarkannya yang akhirnya jadi
tersembunyi.
“... Kami beriman (menerima) kepada sebagian
dan kami kafir (menutup, menolak) sebagian yang lainnya.” (QS. An-Nisa:
150).
Dua : YASYTARUUNA
“Yasytaruun”
artinya “menjual atau menukar”.
Dalam pemahaman detilnya secara global ialah mencakup 2 (dua) poin ini:
ü Dijadikan sebagai media promosi.
Artinya,
ayat-ayat Alloh digunakan hanya untuk kepentingan
pribadi, seperti: dagang,
populeritas, pengobatan, naik jabatan dan lainnya. Simpelnya, semua
aktifitasnya selalu mencari dukungan
dari ayat-ayat Alloh, padahal apa yang mereka lakukan itu bukan dalam rangka
dakwah di jalan Alloh.
Misalnya
dalam hal :
·
Dagang: “barang
ini sesuai dengan yang ada dalam ayat
Al-Quran...”
·
Pengobatan:
“bacaan/mantera/jampe menggunakan ayat-ayat Al-Quran...”
·
Populeritas: “dulunya
dia di pondok adalah juara bacaan ayat-ayat Al-Qurannya...”
·
Naik jabatan: “dia orangnya pinter membaca ayat-ayat Al-Quran...”
ü Sebagai penarik simpatik.
Yakni,
menyampaikan/mengerjakan ayat-ayat Alloh hanya bertujuan agar orang-orang simpatik yang kemudian memilihnya
sebagai pemimpin.
“Orang-orang yang berbuat riya (pamer kepada manusia).” (QS.
Al-Ma’un: 6).
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Alloh, dan
Alloh akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (pamer) di hadapan manusia. Dan
tidaklah mereka menyebut (zikir pada) Alloh, kecuali sedikit sekali
(asal-asalan).” (QS. An-Nisa: 142).
Maka, selanjutnya Alloh mengklasifikasikan “orang-orang yang menyembunyikan dan menjual ayat-ayat Alloh” itu
sebagaimana pernyataan-Nya ini:
“Mereka itu adalah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk,
dan membeli azab dengan ampunan.
Maka alangkah beraninya mereka menantang api neraka.” (QS. Al-Baqoroh: 175).
ANCAMAN
ALLOH
Selain mengancam dengan “api
yang masuk ke dalam perut”, Alloh juga memberikan ancaman yang lainnya, di
nataranya:
Ø Laknat
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami
turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya
kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknat
Alloh dan dilaknat oleh semua makhluk yang dapat melaknat (termasuk malaikat
dan manusia seluruhnya).” (QS. Al-Baqoroh: 159 dan 161).
Ø Kecelakaan Besar (diulang-ulang)
“Maka kecelakaan-besarlah
bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu
dikatakan: ‘Ini dari Alloh’ yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang
sedikit dengan perbuatan itu.
Maka kecelakaan-besarlah
bagi mereka karena apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri itu.
Dan kecelakaan-besarlah
bagi mereka karena apa yang mereka kerjakan itu.” (QS. Al-Baqoroh: 79).
PIHAK YANG BERPOTENSI
Orang-orang
yang sangat berpotensi melakukan “penyembunyian dan penjualan ayat-ayat Alloh”
itu ialah “orang-orang yang pandai
tentang Kitab Alloh (ar-rosikhuna fil-ilmi)”, yaitu yang
disebut sebagai: “ulama”.
Ada 3 (tiga) tingkatan keilmuan ulama,
ialah:
1. Al-‘Ulama
Al-‘Alamiyah (internasional, high class)
Ialah ulama
yang sudah diakui oleh dunia, seperti ulama-ulama zaman dahulu yang masih
terkenal nama dan karyanya hingga hari ini.
2. Al-“Ulama
Al-Wathoniyah (kenegaraan, middle class)
Ialah ulama
dalam negeri yang kiprahnya belum terkenal ke seluruh dunia.
3. Al-‘Ulama
Al-‘Awwamiyah (masyarakat, low class)
Ialah ulama
yang kiprahnya hanya sebatas lingkungan dan sekitarnya.
Catatan:
Siapapun
orang yang mengetahui dan memahami Kitab
Alloh (Zabur, Taurot, Injil dan Al-Quran), sedikit ataupun banyak, maka
dia dikatakan sebagai “ulama” (orang
yang memiliki ilmu).
Ukuran terendahnya ialah sebagaimana yang
dinyatakan oleh Rosululloh ini:
“Ballighuu ‘annii walau aayatan. Sampaikan
dari aku walaupun satu ayat.” (HR.
Bukhori).
DUA TIPE ULAMA
Hanya ada 2 (dua) tipe karakter ulama di dunia
ini (selain itu tak ada lagi), dari dulu hingga hari ini, ialah:
1.
‘Ulama Sholih (baik, jujur)
Ini adalah
ulama yang disebutkan dalam salah satu hadits Rosululloh: “Al-‘ulamaa-u warotsatul-anbiya. Ulama-ulama adalah
pewaris para Nabi.”
Karakter ulama sholih ini adalah
sebagaimana keterangan dalam Al-Quran ini, ialah:
“... Sesungguhnya orang yang takut kepada Alloh di antara
hamba-hamba-Nya hanyalah ulama
(orang yang berilmu)...” (QS. Fathir: 28).
2.
‘Ulama
Suu’ (jahat, salah)
Seperti
sebelum Al-Quran diturunkan, “orang-orang
pandai” dari Nashroni dan Yahudi sudah mengetahui dari kitab mereka (Taurot, Injil), bahwa akan datang seorang Nabi terakhir yang didampingi oleh Kitab Al-Quran. Tapi berita itu ditutup-tutupi
(disembunyikan) oleh orang-orang pandai Nashroni dan Yahudi itu. Yang kemudian
Alloh menyinggung mereka dengan firman-Nya:
“Apakah
tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Isroil
mengetahuinya (kedatangan Nabi Muhammad Saw. dan Al-Quran)?” (Asy-Syu’aro:
197).
Kemudian prilaku
seperti itu diikuti oleh ulama-ulama
lainnya di sepanjang zaman hingga hari ini dengan motivasi dan alasan yang
berbeda.
RENUNGAN
Dari 2 (dua) tipe ulama itu, bisa
diprediksi mana ulama yang benar-benar menyampaikan/mendakwah ayat-ayat Alloh apa adanya,
dan mana ulama yang menyembunyikan/mendagangkan ayat-ayat Alloh itu.
Sebagaimana keterangan Alloh ini:
“... Di antara kamu ada orang-orang yang
menginginkan dunia (materi), dan di antara kamu ada orang-orang yang
menginginkan akhirat (surga)...” (QS. Ali Imron: 152).
Dengan
demikian, sebagai kesimpulannya, bahwa orang-orang/pihak yang berpotensi “menyembunyikan dan menjual
ayat-ayat Alloh” itu ialah orang-orang pandai atau ulama yang berjiwa buruk/jahat
(suu’, sayi’ah). Karena mereka tidak punya rasa takut lagi kepada Alloh. Yang
mana keinginannya untuk mendapatkan materi duniawi sebanyak-banyaknya telah
mengalahkan rasa takutnya itu, dan Alloh membiarkannya bersenang-senang di
dunia ini...
“... Siapa orang yang menginginkan balasan
materi duniawi itu, niscaya Kami berikan balasan dunia itu...” (QS. Ali Imron:
145).
Maka, keuntungan materi duniawi dari hasil
“menyembunyikan dan menjual ayat-ayat Alloh” itu, kemudian masuk ke dalam perut
mereka berupa makanan dan minuman yang enak, lezat, gurih dan sedap..., namun pada hakikatnya semua
itu adalah api yang akan terasa panas di dalam tubuh mereka karena
tidak ada berkahnya...!
“Maka biarkan mereka bersenang-senang
sebentar, lalu Kami paksa mereka ke dalam azab yang dahsyat.” (QS. Luqman: 24).
Na’udzu billahi min dzalik...
Yuk, kita
sampaikan ayat-ayat Alloh apa adanya sekemampuan kita, “walaupun satu ayat”
saja. Alloh tidak akan membebankan kita dengan urusan yang diluar kemampuan
kita.
“Dan sesungguhnya di antara Ahli Kita ada
orang yang beriman kepada Alloh dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan
yang diturunkan kepada mereka, sedang mereka merendah hati kepada Alloh , dan
mereka tidak menjual ayat-ayat Alloh
dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya
Alloh sangat cepat perhitungan-Nya.” (QS. Ali Imron: 199).
>>> Dengarkan
audionya
MAKAN API (Bagian Dua)
di :
soundcloud.com/sabdaalqushwa
*******
No comments:
Post a Comment