MENGEJAR
BIDADARI-BIDADARI
(kisah
di: pondok pesantren modern “kyai satu ayat”)
Angin sejuk berhembus menerpa
daun-daun pohon mangga di samping pondok. Suasana terasa segar dan nyaman,
bikin hati dan pikiran jadi tenang dan damai...
Dari tadi Aman berteduh
di bawah pohon hasil cangkokan itu. Dia asyik mengamat-amati beberapa foto
hasil unggahan di hapenya. Sesekali dia menggumam, menggelengkan kepala dan
berdecak-decak...
“Ya Alloh... Subhanalloh...
Masya Alloh... Luar biasa...”
Tanpa disadarinya, ada
beberapa sosok makhluk datang di belakangnya. Mereka mengendap-endap dengan
sangat hati-hati...
“Assalamu ‘alaikum...!”
sapa Joren (Jomblo Keren), Coker (Cowok Keren) dan Budren
(Budak Keren) serempak.
“Wa ‘alaikum salam...!”
jawab Aman setengah kaget. “Kalian ini bikin orang jantungan.”
“Maafin,” pinta Trio Keren
itu.
“Lagi ngapain sih sendirian
aja?” tanya Joren.
“Santai aja... Cari angin...”
jawab Aman kalem
“Kayaknya asyik banget tuh
dari tadi melototin hape,” celetuk Coker.
“Iya, boleh tau dong
kita-kita,” timpal Budren.
“Boleh aja,” ujar Aman. “Tapi,
jangan mikir ngeres dulu ya?”
“Iya, beres, kayak gak tau
kita-kita aja. Kita ini kan orang-orang yang selalu husnuzhzhon,” sahut
Trio Keren selalu kompak.
“Nih...!” Aman memberikan
hapenya.
Sesaat kemudian...
“Waduh...!” Joren tersekat
nafasnya dan menelan ludah.
“Ini kan..., foto-foto artis
kita...!” seru Coker.
“Widdih... Cantik-cantik ya,”
timpal Budren tak kalah takjubnya.
Beberapa menit mereka
tenggelam dalam keasyikan memandangi foto-foto artis cantik itu. Rasanya mata
mereka enggan berkedip. Sampai akhirnya....
“Assalamu ‘alaikum...”
suaranya sudah sangat mereka kenal.
“Wa ‘alaikum salam. Eh,
pak kyai...” Mereka bertiga gelagapan.
“Lagi pada ngapain kalian ini?”
tanya pak kyai yang dari tadi sudah memperhatikan mereka, dan tiba-tiba ada di
belakang mereka.
“Santai, pak kyai...” jawab
mereka.
Joren segera mengembalikan
hape kepada Aman.
“Hape siapa tuh?” tanya pak
kyai.
“Aman, pak kyai,” jawab Coker
sigap.
“Coba saya lihat...” pinta pak
kyai.
Aman memberikannya.
Pak kyai lalu menelusuri
menu-menu yang rawan. Beliau percaya dengan kepribadian Aman, tapi apa salahnya
sesekali melihat isi hape santrinya itu.
“Ini ada beberapa foto-foto
artisnya, Man?” tanya pak kyai setelah membuka galeri foto.
“Itulah yang lagi jadi
pemikiran saya, pak kyai,” jawab Aman tenang.
“Maksudnya?” pak kyai heran.
“Mereka cantik-cantik, pak
kyai.”
“Yaa... Iya, sih. Lalu
kenapa?”
“Itu belom seberapa kan, pak
kyai. Masih banyak yang cantik-cantik lainnya.”
“Ya, betul. Lalu apa?”
“Rasanya, pengen memiliki
semuanya. Hehehe...”
“Hahahah... Aman, Aman...” pak
kyai ikut tertawa sambil menepuk-nepuk bahu Aman.
Sementara Trio Keren
mesem-mesem saja.
“Manalah bisa seperti itu...”
lanjut pak kyai.
“Tapi, emang kayak gitu
maunya, pak kyai. Hehehe...” timpal Joren.
“Betul begitu, pak kyai...”
Coker dan Budren sama.
“Betul memang, saya juga
maunya begitu...,” aku pak kyai sebagai sesama lelaki. “Tapi, itu maunya
hawa-nafsu!”
“Lantas gimana dengan perasaan
ini, pak kyai? Kalo lihat yang cantik, bawaannya kan pengen megang aja.
Hehehe...,” ujar Budren seakan sedih.
“Begini...” pak kyai memandang
empat santrinya itu dengan serius. “Kalian mau tau gak?”
“Iya ya ya, mau mau...!” empat
santri itu manggut-manggut serius.
“Ada perempuan-perempuan yang
lebih cantik lagi melebihi perempuan-perempuan yang pernah kalian lihat di
dunia ini!”
“Siapa mereka itu, pak kyai?”
“Mereka adalah... BIDADARI-BIDADARI!”
“Hah, bidadari-bidadari...!!”
Selanjutnya pak kyai menerangkan
tentang bidadari-bidadari itu lebih jelas lagi...
Dalam bukunya, Na’imul
Jannah (Kullu Syai’in ‘Anil Jannah), Ust. Zuhair Hasan Hamidat
begitu indahnya meramu tentang keadaan surga dan para bidadarinya (dengan
berdasar pada siratan ayat-ayat Al-Quran dan Hadits Rosululloh). Di antaranya
ialah...
- Seanadainya satu orang saja dari bidadari-bidadari itu turun ke dunia ini, niscaya semua orang akan pingsan, karena memandang kecantikannya yang luar biasa dan tiada tandingannya itu.
- Bidadari itu di ciptakan dalam 3 (tiga) bagian:
1. Bagian atas dari sejenis kapur barus yang putih.
2. Bagian tengah dari sejenis minyak anbar.
3. Bagian bawah dari sejenis minyak misik.
- Air liur bidadari mengandung aroma yang wangi dan rasa yang manis. Seandainya seorang bidadari muncul di dunia ini, niscaya aroma harumnya memenuhi dunia ini.
- Bahkan seandainya bagian dari jari-jari tangannya nampak di dunia ini, niscaya cahayanya akan mengalahkan matahari dan bulan.
Dari hadits-hadits Rosululloh
menerangkan tentang bidadari sebagai gambaran singkat saja, di antaranya
ialah...
- “Bidadari itu tinggi badannya sama dengan Nabi Adam ‘Alaihissalam dulu, yakni 60 hasta menjulang ke langit.” (HR. Bukhori dan Muslim).
- “Bidadari itu tidak pernah kencing, tidak BAB, tidak meludah, tidak ingusan, dan bau keringatnya bagaikan harumnya kasturi.” (HR. Bukhori dan Muslim).
- “Saking beningnya, sampai-sampai sumsum tulang betis bidadari itu seakan-akan terlihat dari balik dagingnya.” (HR. Bukhori dan Muslim).
Dan keterangan-keterangan yang
lebih otentik (asli) lagi tentang bidadari itu ialah dari ayat-ayat Al-Quran,
inilah beberapa di antaranya...
- Bidadari itu diciptakan oleh Alloh secara “langsung”, yakni tanpa melalui proses kelahiran (QS. Al-Waqi’ah: 35).
- Statusnya selalu “perawan dan sebanding usianya (dengan suaminya di surga)” (QS. An-Naba: 36-37).
- “Tidak pernah disentuh oleh manusia dan jin (sampai dia dimiliki oleh suaminya di surga)” (QS. Ar-Rohman: 56).
- “Terpelihara dalam bangunan yang di dalamnya ada semacam kemah” (QS. Ash-Shoffat: 49 dan Ar-Rohman: 72).
“Nah, gimana...?” tanya pak
kyai. “Tapi itu belum seberapa, hanya baru gambaran yang cuma sekilas aja dari
keadaan yang sebenarnya...”
“Itupun udah luar biasa, pak
kyai...!” seru empat santri itu.
“Tapi...,” keluh Aman, “hati
ini masih aja penasaran dengan yang cantik-cantik di dunia ini, pak kyai...”
“Bagus itu...” ujar pak kyai.
“Lho, kok bagus?” mereka heran
dengan pernyataan kyainya itu.
“Maksudnya ialah...” tandas
pak kyai, “jadikanlah ketertarikan kepada makhluk-makhluk cantik di dunia ini
sebagai MOTIVASI dan SEMANGAT untuk...” pak kyai sengaja
berhenti.
“Untuk apa, pak kyai?” tanya
mereka bengong.
“MENGEJAR BIDADARI-BIDADARI ituuu...” lanjut pak
kyai.
Plong...!
Aman, Joren, Coker dan Budren
menarik nafas lega. Keterangan pak kyai itu membuat mereka ngos-ngosan.
Bagaimana tidak, soal bidadari adalah satu hal yang membuat banyak orang
(khususnya laki-laki) jadi penasaran...
Selanjutnya pak kyai mengutip
kembali ayat-ayat Al-Quran untuk jadi motivasi yang lebih kuat lagi dalam hal
MENGEJAR BIDADARI-BIDADARI itu...
·
“... Dan untuk hal yang
demikian itu, maka hendaklah orang berlomba-lomba (untuk mendapatkannya).” (QS.
Al-Muthoffifin: 26).
·
“Dan bersegeralah kamu
kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan
bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imron: 133).
Santri-santri pilihan itu
manggut-manggut, logikanya bisa memahami apa-apa yang diterangkan kyainya itu.
“Sebab,” lanjut pak kayi,
“biar bagaimanapun, kita tidak akan bisa memenuhi semua keinginan hawa-nafsu
itu di dunia ini, laksana ‘maksud hati ingin memeluk gunung, apalah daya
tangan tak sampai’. Kecuali...” lagi pak kyai berhenti.
“Apa ya?” empat santri itu
bertanya-tanya.
“Kecuali...,” lanjut pak kyai,
“di SURGA nanti...”
Dan terakhir, pak kyai
mengutip lagi ayat Al-Quran...
“... Dan sesungguhnya pada
hari kiamat sajalah disempurnakan balasan untukmu...” (QS. Ali Imron: 185).
“Sebagai balasan dari
Tuhanmu yang merupakakan pemberian yang cukup banyak.” (QS. An-Naba: 36).
“Oke, siap?!” ujar pak kyai
laksana seorang komandan. “Mari... kita MENGEJAR BIDADARI-BIDADARI itu...!”
“Siap, komandan!” sahut Aman,
Joren, Coker dan Budren kompak.
Azan ashar berkumandang di
hape Aman seiring suara azan di mesjid-mesjid. Pak kyai dan empat santrinya itu
melangkah menuju mesjid di tengah pondok untuk sholat berjamaah.
(Baca juga: TIGA BIDADARI DI RUMAH, sabdaalqushwa.blogspot.com)
**********