PEMIMPIN YANG
TIDAK AHLI,
SALAH
SATU PENYEBAB KEHANCURAN
BAGI
SUATU NEGERI
SEBUAH KAJIAN
Setelah ZINA sebagai “salah satu penyebab kehancuran suatu negeri”, maka
“penyebab
lain” yang bisa “menghancurkan
suatu negeri” ialah... PEMIMPIN YANG
TIDAK AHLI.
Sabda
Rosululloh SAW. menegaskan:
“Jika kamu menyerahkan suatu urusan kepada orang yang bukan ahlinya,
maka tunggulah saatnya (kehancuran).”
(Al-Hadits).
“Orang yang diserahi suatu urusan”, maka dia
akan menjadi “PEMIMPIN” dalam menangani urusan tersebut.
Dan..., PEMIMPIN YANG TIDAK AHLI (singkat: PYTA)
ialah... “pemimpin yang tidak memiliki kemampuan
keilmuan dan tidak sesuai dengan karakter dirinya dalam hal kepemimpinan”.
Dalam hal ini, PYTA terbagi
dalam 2
sosok pribadi:
Pertama: SOSOK ORANG BODOH
“Bodoh”
bisa ditujukan kepada orang yang “tidak bisa
baca-tulis, berotak tumpul, berpikiran sempit,
tidak cerdas, tidak mandiri, dan yang lebih parah lagi ialah tidak
mengenal Tuhan (Alloh)”.
Bisa juga, “bodoh” itu ditujukan kepada orang yang karakter/jiwanya
egois, tidak mau memahami pandangan orang lain, dan hanya memikirkan
kepentingannya sendiri.
Nah, dapat dibayangkan ketika
“orang bodoh” itu jadi pemimpin (Al-Imam Al-Jahil). Sudah tentu akan
banyak keputusan-keputusan hukum yang salah dan terbalik: yang salah dibenarkan
dan yang benar di salahkan, yang halal dipermasalahkan (dipersulit) dan yang
haram dibiarkan (diizinkan). Sebab, dia sudah tidak mau peduli lagi dengan yang
namanya “halal dan haram” itu. Yang ada di otaknya hanyalah soal kepentingan
dan keuntungan yang bisa didapatnya.
Selain itu, tentu makan banyak
tindakan-tindakan kezholiman. Sebab, dia bertindak hanya berdasarkan
kepentingan material untuk di dunia ini saja. Dia tidak
takut dengan azab Alloh. Yang paling dia
takuti ialah perut lapar, gengsi merosot, jabatan dirampas orang dan
hal-hal kerugian duniawi lainnya. Makanya, apapun dia lakukan untuk
mempertahankan eksistensi dirinya: “Yang gue
menang, yang penting gue senang...!”
Dengan demikian, pemimpin yang
bodoh itu tidak memiliki program-program yang jitu untuk masa kerja jangka
pendek dan jangka panjang.
Itulah kenyataannya! Pemimpin
yang bodoh itu tidak membawa kemajuan bagi orang-orang dan wilayah yang
dipimpinnya. Karena memang, sudah menjadi sunnatulloh, bahwa dia
akan berakhir pada kehancuran...!
Kedua: SOSOK ORANG PEREMPUAN
“Orang
yang bukan ahlinya” bagian kedua dari hal kepemimpinan itu ialah SOSOK
ORANG PEREMPUAN.
Dalam ajaran Islam, perempuan
tidaklah boleh dijadikan sebagai pemimpin bagi orang banyak atau suatu wilayah
yang di dalam banyak kaum laki-laki. Dengan tegas Al-Quran menjelaskan:
“Kaum laki-laki adalah
pemimpin atas kaum wanita,
sebab Alloh
sudah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang
lain (wanita),
dan karena kaum
laki-laki telah menafkahkan (kepada wanita) sebagian harta mereka...”
(QS. An-Nisa:
34).
Dengan jelas, perempuan itu
kedudukannya ada di bawah posisi laki-laki. Sebab itu, tidaklah patut perempuan
menjadi pemimpin melebihi kaum laki-laki.
Kenapa?
Seorang pemimpin dalam ajaran
Islam, tidaklah hanya mengurusi masalah-masalah di kantor dan rakyatnya semata. Tapi
juga, dia harus jadi pemimpin (imam) dalam sholat.
Sedangkan perempuan, dia memiliki dua-rutinitas alamiah yang tidak bisa
dihindarinya, yakni: haidh (menstruasi) dan nifas (melahirkan). Ditambah lagi,
dia harus mengurusi urusan rumah tangga dan anak-anaknya.
Hal-hal lainnya yang membuat
perempuan tidak layak jadi seorang pemimpin di atas laki-laki, ialah:
·
Lemah dalam hal akal/logika. Perempuan lebih
banyak menggunakan perasaannya daripada otak atau pikirannya.
·
Lemah dalam hal persaksian. Untuk menjadi
saksi, perempuan harus ada dua orang, sedangkan laki cukup satu orang.
·
Lemah dalam hal warisan. Perempuan mendapat
warisan satu-bagian, sedangkan laki-laki mendapat dua-bagian.
·
Lemah dalam hal fisik. Perempuan cenderung
dipandang lemah kekuatan tenaga dirinya, sekalipun berbadan besar dan tinggi.
Bentuknya tubuhnya selalu dipandang sebagai penebar seksualitas dan gairah
birahi (bagi laki-laki).
·
Lemah dalam hal perjalanan. Perempuan dalam
perjalanan (bepergian) harus disertai mahromnya (suami atau kaum kerabatnya),
apalagi untuk perjalanan yang cukup jauh sampai berhari-hari.
Dan, masih ada hal-hal lainnya
yang menjadi alasan bahwa perempuan tidak boleh jadi pemimpin (selama itu masih
ada dan banyak kaum laki-laki).
Catatan:
Bila seorang perempuan menjadi
pemimpin, sedangkan dia cantik, masih perawan atau sudah janda, sudah tentu hal
tersebut akan menjadi ruang-fitnah yang terbuka lebar. Pastilah banyak
laki-laki yang akan menggoda dan merayunya, bahkan mungkin anak buahnya juga
banyak yang naksir padanya. Kalau hal ini sampai terjadi, sungguh itu merupakan
kesongongan yang sangat menghinakan dan merusak citra dan kedudukan seorang
pemimpin.
Di antara laki-laki yang
songong itu tentu ada yang berceloteh: “Habis... pemimpinnya cantik sih, singel
lagi... Dia kan sebagai pemimpin di kantor, tempat kerja, tapi kalo di luaran
mah, dia bukan pemimpin saya lagi... Jadi, apa salahnya kalo saya naksir dia?
Hehehe......!”
Nah, kalau anak-buah atau
bawahan sudah songong-blengong seperti itu, bukankah itu merupakan
alamat-kehancuran bagi sebuah negeri yang dipimpin oleh seorang perempuan itu?
RENUNGAN
Itulah dua-sosok dari “orang yang bukan ahlinya (dalam suatu urusan)” yang
dimaksud dalam pernyataan sabda Rosululloh di atas itu. Dua-sosok itu ialah “orang bodoh” dan “orang
perempuan”.
Maka, ketika “dua-sosok orang
yang bukan ahlinya” menjadi pemimpin, maka dengan sangat logis... “tunggulah
saat-saat yang akan terjadi di negeri yang dipimpinnya itu, yakni: sebuah
kehancuran”!
Oleh sebab itu, kita harus cerdas dan tidak sembarangan dalam memilih seorang pemimpin. Kalau kita komitmen dengan ajaran Islam,
maka hindarilah seorang pemimpin dari sosok “orang bodoh dan perempuan”.
Semoga Alloh ‘Azza wa Jalla
selalu membimbing dan menunjuki kita dalam segala urusan di dunia ini.
Barokallohu lii wa lakum.
Aamiin......
************
No comments:
Post a Comment