NOSTALGIA
Nostalgia artinya “kenangan masa lalu”. Adapun
monyet dan babi adalah dua jenis binatang yang sudah sangat kita kenal
keberadaannya, tapi keduanya tidak umum dikonsumsi layaknya sapi atau
kambing.
Di masa
lalu, tepatnya di zaman Nabi Musa (‘alaihissalam),
monyet dan babi ini pernah menghebohkan pemberitaan dunia. Kejadian tersebut
berhubungan dengan keberadaan manusia pada saat itu.
Adapun di
zaman sekarang, monyet dan babi sering disebut-sebut sebagai “binatang
pesugihan”. Yakni, binatang “jelmaan manusia” dalam rangka mencari harta untuk
memperkaya diri secara mistik!
Mari kita telusuri nostalgia-nya...
1. MONYET
Firman Alloh:
“Sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang
melanggar di antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka:
‘Jadilah kamu monyet yang hina’.”(QS. Al-Baqoroh: 65).
Kutukan “menjadi monyet” ini diberikan kepada
orang-orang yang melanggar hari Sabtu.
Hari Sabtu adalah hari khusus beribadah bagi
orang-orang Yahudi dari Bani Isroil. Saat itu mereka mendiami kota Eilah di tepi pantai Laut Merah,
yang terletak di antara kota Madyan
dan bukit Thur. Kehidupan mereka
ialah dari hasil menangkap ikan di laut. Namun, pada hari Sabtu mereka dilarang oleh Alloh menangkap ikan. Karena, hari Sabtu
itu khusus bagi mereka untuk beribadah kepada Alloh.
Lalu, kenapa mereka berani melanggar larangan Alloh
itu?
Firman Alloh menjelaskan:
“Dan tanyakanlah kepada Bani Isroil tentang negeri
yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu,
yaitu di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (di pantai) sekitar mereka dengan
terapung-apung di permukaan air. Dan pada hari-hari selain Sabtu, ikan-ikan itu
tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami menguji mereka terhadap prilaku
mereka yang fasik.”(QS. Al-A’rof: 163).
Jadi, orang-orang Bani Isroil itu berani melanggar
aturan Alloh itu karena mereka lebih tertarik dengan ikan-ikan yang muncul di
permukaan air di pantai sekitar mereka itu.
Sebenar Alloh bermaksud menguji mereka dengan
ikan-ikan yang muncul itu, agar terlihat kekuatan mereka dalam beribadah pada
hari Sabtu itu. Tapi ternyata, mereka lebih memilih kepada keuntungan duniawi
itu, yakni mereka sibuk
berlomba-lomba
dan berebutan menangkapi ikan-ikan yang bermunculan itu.
Akhirnya jatuhlah kutukan Alloh kepada mereka, dan
jadilah mereka sebagai “monyet-monyet yang hina”!
Sebagaimana sudah kita ketahui, monyet atau kera
adalah sejenis binatang yang umum bergelantungan di pohon-pohon, dan makanannya
ialah buah-buahan yang tidak pahit.
Sekilas mungkin tidak menarik apa yang ada pada monyet
itu. Tapi harus diingat selalu, bahwa seperti itulah “prilaku orang-orang fasik
yang melalaikan ibadah kepada Alloh hanya gara-gara ingin mendapatkan
keuntungan duniawi”!
Ya! Walaupun kutukan ini awalnya ditujukan kepada
orang-orang Bani Isroil yang melanggar hari Sabtu itu, tetapi juga merupakan
pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahnya, hingga sampai kepada orang-orang
yang hidup saat ini.
Lantas, apalah bedanya dengan “orang-orang yang
meninggalkan ibadah sholat Jumat” hanya karena malas, sibuk dengan
urusan-urusan dunia, dan alasan-alasan lain yang tidak sesuai dengan aturan
Alloh?
Sebab, ibadah sholat Jumat itu adalah wajib. Firman
Alloh:
“Hai orang-orang yang beriman! Apabila diseru untuk
menunaikan sholat pada hari Jumat, maka segeralah kepada mengingat Alloh dan
tinggalkan jual-beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.”(QS. Al-Jumu’ah: 9).
Orang-orang yang “melanggar hari Jumat” (tidak
menunaikan ibadah sholat Jumat), bentuk dan rupa mereka memang tidak berubah
seperti monyet, tapi prilaku (jiwa) mereka mungkin saja seperti monyet-monyet
yang tak tahu malu dan liar itu!
Beberapa karakter monyet yang paling menonjol yang
bisa kita lihat dalam keseharian mereka, ialah:
- Konyol (tengil), yakni suka mengganggu orang yang diam atau lewat dengan prilaku yang menyebalkan.
- Diam memelas, yakni seakan-akan meminta dikasihani orang agar memberikan sesuatu kepadanya.
- Tegaan, yakni tidak peduli dengan keadaan orang lain, sekalipun dia mampu menolongnya.
- Serakah, yakni walau kaki dan tangannya sudah memegang makanan, tapi masih saja merebut makanan orang lain.
Itulah
watak-watak monyet yang sangat umum yang ada dalam lingkungan kehidupannya. Ini
menjadi cermin bagi orang-orang yang ingin membedakan dirinya dengan monyet
itu.
2. BABI
Firman Alloh:
“Katakanlah: ‘Apakah akan aku beritakan kepadamu
tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya di sisi Alloh? Yakni dari
orang-orang yang dikutuki (la’natun) dan dimurkai (ghodhbatun) oleh Alloh. Di
antara mereka ada yang dijadikan monyet dan babi, dan (termasuk yang dikutuk
dan dimurkai) ialah budak-budak thoghut (syetan)’. Mereka itu lebih buruk
tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.”(QS. Al-Maidah: 60).
Sekarang membahas “nostalgia” yang kedua, yaitu dengan
“babi”..
Babi ialah binatang yang terkenal dengan prilakunya
yang jorok dan kotor. Dia suka berkubang dengan lumpur dan suka makan kotoran.
Alloh menghukumkannya sebagai binatang yang “haram”. Firman-Nya:
“Diharamkan bagimu (memakan:) bangkai, darah, daging
babi...”(QS. Al-Maidah: 3).
“Katakanlah: ‘Tidaklah aku dapati dalam apa-apa yang
diwahyukan kepadaku, yaitu sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak
memakannya, kecuali makanan itu ialah bangkai, atau darah yang mengalir, atau
daging babi, maka sesungguhnya semua itu adalah kotor, atau (juga haram) daging
hewan yang disembelih tidak menyebut nama Alloh’...”(QS. Al-An’am: 145).
Dalam QS. Al-Maidah: 60 itu, bahwa orang-orang yang
dijadikan “monyet dan babi” itu ialah orang-orang yang “dikutuki dan dimurkai” oleh Alloh.
Alasan mereka “dikutuk
dan dimurkai” ialah karena:
- Mereka menyalahi orang-orang yang beriman kepada Alloh, kepada Al-Quran dan kepada kitab-kitab terdahulu.
o
Yakni, menghina, mengejek atau merendahkan orang-orang beriman karena
mereka miskin atau tidak punya kedudukan apa-apa.
o
Dan, menganggap Al-Quran sebagai kitab biasa saja, menilainya sebagai
kitab yang sudah ketinggalan zaman, atau menuduhnya sebagai kitab palsu yang
sudah kemasukan rekayasa tangan manusia.
- Mereka adalah orang-orang fasik (menyimpang dan jorok, sama dengan babi).
o
Yakni, menganggap enteng perintah Alloh, memanfaatkan ayat-ayat Alloh
demi mendapatkan keuntungan materi, atau memutar-balikkan kebenaran untuk
menutupi kejelekan diri pribadi.
o
Dan, rakus kepada isi perut, dan mengumbar nafsu birahinya semaunya.
Dua alasan tersebut tersimpul, lebih jelas dan lebih
mudah lagi dipahami ialah dalam firman Alloh ini:
“Katakanlah: ‘Hai Ahli Kitab! Apakah kamu memandang
kami salah, hanya karena kami beriman kepada Alloh, kepada apa yang diturunkan
kepada kami, dan kepada apa yang diturunkan sebelumnya, dan sesungguhnya
kebanyakan kamu adalah orang-orang yang fasik’.”(QS. Al-Maidah: 59).
Adapun karakter babi yang sangat populer terlihat
dalam kesehariannya dan berdasarkan penyelidikan, ialah:
- Jorok, yakni senang berkubang di dalam lumpur berlama-lama.
- Rakus, yakni doyan makan sampai-sampai kotorannya sendiri dimakan lagi.
- Tak punya rasa cemburu, yakni babi jantan menggauli pasangannya (betina) bisa beramai-ramai dengan yang lainnya (saling bergiliran).
KESIMPULAN
Jadi, secara kronologisa urutannya dari awal hingga
menjadi monyet dan babi pada diri manusia, ialah:
- Mengejek dan mempermainkan agama (ajaran Alloh).
- Menghina dan merendahkan orang-orang beriman dan Kitab Alloh (Al-Quran).
- Mengejar dan membanggakan kenikmatan-kenikmatan dunia.
- Dikutuk dan murkai oleh Alloh.
- (Silahkan renungi QS. Al-Maidah: 57-63).
Mudah-mudahan semua itu hanya nostalgia di masa lalu
semata, dan tidak terjadi pada diri, keluarga dan lingkungan kita saat ini. Insya Alloh...
*******
No comments:
Post a Comment