Monday, December 14, 2020

CERPEN: "BULAN TERBELAH DI LANGIT SULAWESI"

 



Sebuah asa yang hilang, bagai bulan yang terbelah, kepingannya buyar berserakan, di telan malam yang kelam...

Aku hanya duduk terpaku memandang, bersama sepi yang mulai datang, tak ada lagi yang bisa kulakukan...

Pantai Tanjung Dulang dan Sungai                          Tamborasi jadi kenangan...

 

“Ah, aku seneng kenal kamu...” ujar May dengan senyum renyah.

Seneng karena apa?” balas Krisna asyik memandangi May yang berhidung mungil.

“Banyak idenya.”

“Semua orang juga punya banyak ide kok.”

“Kamu beda. Pokoknya aku seneng banget...”

“O gitu...”

Sejenak jeda. Mungkin di benak mereka berdua sedanag mencari kata-kata yang pas untuk melanjutkan obrolannya. Semilir angin pantai ikut menyejukkan suasana hati mereka...

“Mmm... Aku boleh curhat gak?” lanjut May tersipu.

“Maunya gimana?” canda Kris bikin penasaran.

“Gak mau ya?”

“Siapa yang bilang gak mau?”

“Itu jawabnya gak langsung mau sih?”

“Kan supaya panjang ceritanya...”

“Ih, dasar!”

Dasar apa?”

Dasar banyak ide!”

Kris masih asyik memandangi May. Dalam hatinya, ia pun merasa sangat senang kenal dengan gadis Sultra ini.

Diam-diam May menguntit pandangan Kris. Hatinya berbunga-bunga melihat sikap seperti itu.

“Kenapa?” tanya May sambil memperpanjang ucapan huruf a-nya.

“Seneng kok,” sahut Kris sedikit kaget.

“Ya udah kalo gak mau aku curhat.”

“Kamu kan belum mulai curhatnya...”

“Ih, ribet amat sih?”

“Kan...”

Supaya panjang ceritanya, kan?”

“Oke, sekarang siap aku dengarkan.”

Kris memandang wajah May seakan tak berkedip. May jadi merasa tak enak. Lagi-lagi curhatannya jadi tertahan.

“Jangan lihatin aku seperti itu dong...” ucap May merasa agak risih.

“Kan supaya serius,” jawab Kris diiringi senyuman.

“Iya sih. Tapi kan...”

“Udah, sampaikan aja apa isi curhatanmu itu...”

“Ih, kamu...”

“Anggap aja aku patung.”

Akhirnya May tak peduli lagi dengan aksi memandang dari Kris itu. Ia sampaikan isi curhatannya. Bla-bla-bla...

“Oo... gitu ya,” komentar Kris manggut-manggut.

“Iya itulah...” balas May datar.

“Biasanya kan cinta itu gak memandang jarak, jauh atau dekat. Kalau memang cinta, kenapa jarak yang jauh itu dijadikan halangan? Semuanya kan bisa ditempuh!”

“Iya, memang. Tapi orang tuaku juga gak mengizinkan...”

Kris senyum-senyum. Pandangannya dilepas ke hamparan pantai. May merasa aneh...

“Kok senyum-senyum sih?” tanya May sambil melirik.

“Ya bagus lah...” sahut Kris masih berbalut senyum.

“Apanya yang bagus?”

“Berarti dirimu masih jomblo dong...”

“Kalo jomblo kenapa?”

“Ada kesempatan dong buat aku...”

“Ngapain?”

“Nawar-nawar.”

“Emangnya aku barang dagangan ditawar-tawar!”

“Nawar hatimu...”

May tak berkata lagi. Sesaat ada rasa senang meresap ke dalam hatinya. Permainan kata-kata Kris itu membuatnya lupa dengan kisah yang belum lama dialaminya itu.

        Senja semakin turun. Kris dan May beranjak meninggalkan pantai yang kelak akan menjadi kenangan.

 

***

 

Empat bulan berlalu...

Kris dan May makin dekat dan terbuka... dalam hal bicara dan rasa di hati. Mereka berdua berusaha saling memahami... dalam hal sikap dan alur pikiran masing-masing. Sehingga tak ada salah paham di antara mereka dalam mensikapi perbedaan-perbedaan yang terjadi.

Makanya, Kris berani terbuka menyampaikan tentang seseorang yang lain selain May...

“Eh, aku ada kenal juga dengan seseorang di pulau kamu ini lho,” ujar Kris terbuka.

“Ce apa co?” balas May singkat.

“Ce sih.”

“Lebih cantik dong.”

“Itu sih relatif.”

“Lantas?”

“Maksudnya, aku jadi ada teman ngobrol selain kamu di pulau ini. Tapi dia pemalu.”

“Terserah deh...”

Terserah gimana, May?”

“Ya kamu ngobrol aja deh sama dia.”

Kris menyadari, kalau keterbukaannya itu ternyata meleset dari dugaannya. Dalam hal ini, May ternyata benar-benar tersinggung.

Suasana di antara mereka berdua jadi terasa kaku. May tak banyak bicara lagi. Pancingan-pancingan dari Kris pun terasa hambar jawabannya.

Hingga akhirnya mereka meninggalkan sungai Tamborasi yang berair bening itu, dengan membawa perasaan yang resah.

 

***

 

Malam purnama yang indah...

Air di pantai berkilatan terkena cahaya bulan. Berkelip-kelip bagai gemintang di langit nun jauh di sana.

Ada pesan masuk di WA. Kris segera membukanya...

“Ternyata hatimu terbagi sama yang lain,” tulis May.

“Itu kan cuma teman di pulaumu ini, May,” balas Kris.

“Udahlah, lebih baik kamu berhenti mendekati aku...”

“May, jangan bikin aku seperti patung dong, gak bisa bergerak maju.”

“Aku ini orang kedua, setelah kamu kenal dia. Hatimu tentu lebih ke dia...”

“Aku belom tau perasaan dia yang sebenarnya, May.”

“Pastinya, dia juga tentu berharap.”

Berharap apa, May?”

“Ya berharap kamu memilihnya. Makanya, jangan patahkan hatinya. Kasian, dia kenal lebih duluan sama kamu, dari pada aku...”

Terasa oleh Kris, May terus membuka jarak. Perlahan menjauhi Kris. Namun, Kris tak menyesali karena sudah menghadirkan orang ketiga di antara dirinya dengan May. Baginya lebih baik jujur, kalaupun harus terusir.

“Maaf, Kris...” lanjut May. “Pilihanku hanya satu. Kalo udah satu, ya satu. Gak mau ada yang lain...”

“May...” balas Kris belum selesai.

"Aku pamit. Terima kasih untuk kebaikan yang udah kamu berikan padaku.”

“May...”

Bye...”

May menutup  hapenya. Tak ada lagi tampilan online di ruang WA Kris. Kris pun tak bisa berbuat apa-apa lagi. Ia mendesah...

Bulan purnama di langit malam seakan terbelah. Tak lagi indah memandanginya. Sebab, hati Kris sudah tak lagi bisa memantulkan cahayanya. Hatinya retak bergaris-garis.

Suasana pantai makin terasa sepi. Kris berusaha menyentuh air pantai itu. Mungkin untuk yang terakhir kali. Keberadaannya di Tanjung Dulang ini hanya sementara. Dan rupanya, tak ada tempat untuk hatinya berlabuh di pantai ini, di pulau Sulawesi...

 

***********akhir2020

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Sunday, December 13, 2020

A I S Y A H

 


Aisyah...

Ku syairkan namamu dalam sanjungan nan indah 

Ku renungi perjalanan hidupmu bersama sang Habiballoh Muhammad Rosululloh 

Prihidupmu tak hanya indah dalam nyanyian semata

Ku temukan kesempurnaannya saat ku jalani dalam langkah hidup ini

Kini dirimu menjadi kenangan sepanjang zaman 

Semoga bayangannya sebagai penuntun langkahku menjadi seperti dirimu

Aamiin...

*****